Ketika Starla terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya."Tenang, kau sudah ada di daratan. Kau bisa bernapas secara normal." Suara Skylar membawa Starla kembali pada kesadarannya.Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Skylar sedang duduk di tepi ranjangnya. Starla beringsut menjauh sejauh mungkin dari Skylar dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Skylar."Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi? Di mana mulut cerewetmu itu menghilang?" Nada geli pun tersamar dalam suara Skylar.Kurang ajar, batin Starla dalam hati. Dia baru saja berjuang mempertaruhkan nyawa, dan lelaki ini malah duduk di sini dan menertawainya.Tetapi, apakah benar Skylar yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Skylar sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki ini malah berubah piki
Perspektif seorang Skylar untuk mengeluarkannya dari rumah ini, yaitu membawanya ke lantai dua atau tepatnya di pinggiran balkon yang di bawahnya terdapat kolam renang yang sangat jernih namun terlihat sangat dalam. Tanpa sadar Starla bergidik ngeri."Apa maksudmu, Skylar?!""Tentu saja mengeluarkanmu dari tempat ini seperti yang kau inginkan!" jawab Skylar dengan tenang."Lalu? Kenapa kau membawaku ke tempat ini?" tanya Starla masih belum mengerti dengan isi pikiran Skylar kali ini."Ayo, Starla! Lompat sekarang juga!" Perintah Skylar tanpa belas kasihan.Starla tercengang mendengar perintah pria gila di depannya itu. "Apa maksudmu, Sky?" teriak Starla sekali lagi tidak mengerti dengan perintah tidak masuk pria gila itu.Skylar maju mencengkeram lengan Starla, lebih mendorongnya mendekati balkon. "Sekarang, Star!"Starla menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau gila!"Skylar berdecak. "Kenapa? Kau tidak mau? Baiklah biar Jeane yang menggantikanmu."Skylar berbalik menarik Jeane yang tern
"Tuan Skylar akan datang sebentar lagi. Kau harus makan. Dia akan marah jika tahu perutmu sama sekali belum terisi sejak tadi."Mendengar hal itu, Starla berjengit ngeri dan membenarkan perkataan Jeane. ia tidak ingin mengambil risiko. Jadi, wanita itu memilih duduk di tepi ranjang dan menandaskan setengah dari makanan tersebut, lalu membasuh diri setelahnya."Aku akan pulang. Beristirahatlah dengan baik, Mrs. Wolves."Semenjak Skylar menikah dengan dirinya, pria itu memang sengaja menyuruh para pekerja untuk kembali beristirahat ke rumah mereka masing-masing tepat jam lima sore, lalu kembali bekerja di pagi hari sebelum ia berangkat kerja. Skylar tentu tidak bodoh untuk membiarkan Starla sendirian di kediamannya. Bisa saja wanita itu akan melarikan diri dari sana.Tetapi jika menjelang malam tiba, para pekerja akan kembali ke kediaman mereka masing-masing yang telah disiapkan dan tidak jauh dari mansion besar ini. Karena setiap sore harinya Skylar kembali, oleh sebab itu mereka harus
Perasaan tidak nyaman menghantui Skylar seharian ini, pikirannya terus berkelana ke kejadian tadi pagi. Skylar tahu betul bahwa kalimat yang dilontarkan pagi tadi memang sudah sangat keterlaluan. Jujur saja, pria itu merutuki dirinya sendiri saat ini. Tetapi demi Tuhan, perempuan itu selalu berhasil memancing emosinya. Hanya karena sifat keras kepala yang dimiliki wanita itu, sudah membuat Skylar terlihat layaknya sosok pembunuh berdarah dingin. Tetapi bukankah itu benar?Suara ketukan pintu seketika membuyarkan lamunannya dan melihat Andreas memasuki ruangannya."Sebentar lagi pertemuan akan dimulai, Sir," ujar Andreas kemudian.Sial! Skylar bahkan hampir lupa bahwa hari ini memang ada jadwal pertemuan.Pria itu mengangguk. "Ya, aku akan menyusulmu."Skylar membuang napas berat. Matanya kembali terpejam. Membiarkan sosok Starla kembali menghantui benaknya. Wajah kesakitan itu, suara jeritan dan tangisannya, lalu air mata yang menetes dari mata teduhnya, sungguh mengganggu pikiran Sky
"Maaf …."Kernyitan samar di dahi Starla kini terlihat jelas ketika mendengar ucapan seseorang yang tengah duduk di sisi kirinya itu."Untuk apa?" tanyanya tanpa menoleh. Tatapannya terus tertuju ke obyek di depannya yang baginya cukup menarik."Karena kau juga jadi korban mereka, dan itu semua karena aku."Mendengar jawaban itu, Starla seketika menoleh dan malah terkekeh. "Itu tidak masalah. Aku—""Kau bisa menjauhiku," ucap gadis itu cepat sembari tertunduk lesu.Dan kalimat itu berhasil membuat pandangannya teralihkan. Ia menatap lekat gadis itu. Bibirnya mulai bergerak ingin menantang, namun sedetik kemudian, gadis itu kembali mengulum senyuman geli ketika melihat wajah berantakan Gabriella."Kenapa?" tanya Gabriella heran setelah melihat Starla malah tergelak."Wajahmu benar-benar jelek dengan luka seperti itu," jawab Starla dan malah dihadiahi sentilan ringan oleh Gabriella di dahinya. Namun itu tidak menghentikan tawanya yang sekarang berubah terbahak-bahak."Kau juga sama. Tid
Skylar membuka pintu kamarnya. Suara gemericik air langsung terdengar dari arah kamar mandi menandakan keberadaan Starla. Segera ia berjalan menuju kamar mandi menyusul Starla yang tidak mengunci pintu kamar mandi tersebut.Starla yang menyadari kedatangan Skylar tentu saja kaget, namun itu tidak bertahan lama, ia memilih mengacuhkan kedatangan pria itu yang datang menyusulnya. Ia sempat mengira kalau pria itu akan menemani Ariana di bawah, melihat kekhawatiran pria itu terhadap Ariana begitu besar, sangat mustahil kalau ia tidak menemaninya di bawah sana."Apa sebenarnya yang terjadi, Starla?"Skylar sebenarnya masih berada di kantor, tetapi mendapat telepon dari Jeane bahwa Ariana datang menemuinya dan sekarang sedang bersama Starla. Ia sangat tahu kalau Ariana pasti sengaja datang untuk bertemu Starla, bertemu dengannya hanyalah salah satu alasan. Ariana sudah lama terobsesi dengannya, dan menjadi kekasihnya one night standnya. Hanya saja sebatas itu, dan Skylar selama ini sudah be