Share

Bab 7

Author: Uzmen
Pernikahan Deon dan Naomi akhirnya tiba, disambut dengan penuh antusiasme oleh semua orang.

Mungkin ini memang sudah menjadi takdir. Hari bahagia mereka bertepatan dengan hari yang telah ditentukan Griselle sebagai akhir hidupnya.

Pagi itu, sejak fajar menyingsing, Deon dan Naomi telah berseri-seri. Mereka berjalan menuju gereja diiringi kerumunan tamu yang memberi ucapan selamat dan doa bahagia.

Sebelum pergi, Deon sempat menoleh ke arah Griselle dengan ekspresi rumit di wajahnya. Suaranya dingin saat berkata, "Hari ini adalah hari bahagia aku dan Naomi. Nggak ada yang mau kamu sampaikan?"

Griselle menatap wajah pria itu yang kini tampak kabur akibat penglihatannya yang terus memburuk. Dia berkata dengan datar, "Aku harap kalian panjang umur dan hidup bahagia selamanya."

Satu adalah pria yang pernah dia cintai sepenuh hati, satu lagi adalah adik kandungnya. Doa itu diucapkannya dengan tulus.

Namun di telinga Deon, ucapan itu justru terdengar begitu menyakitkan. Dia mendengus dingin. "Munafik!"

Setelah itu, dia pun pergi dari vila tanpa menoleh lagi. Kini, hanya Griselle seorang diri yang tersisa di dalam vila. Tepat seperti yang dia harapkan. Dengan begini, dia bisa menyelesaikan semua urusannya, lalu mengakhiri hidupnya dengan tenang.

Griselle menyalakan perapian di ruang tengah, lalu melemparkan semua barang pribadi miliknya ke dalam api dan membiarkannya musnah tanpa jejak. Dia juga mencatat semua aset yang dia miliki, lalu menandatangani beberapa cek besar dan menyumbangkannya ke berbagai lembaga sosial.

Setelah semuanya selesai, Griselle duduk di kursi rodanya, bergerak menuju pintu depan dan memesan taksi. Dia meminta sang sopir membawanya ke rumah sakit tempat program euthanasia akan dilaksanakan.

Wajahnya begitu tenang. Tak seorang pun yang akan menyangka bahwa perjalanan ini adalah perjalanannya yang terakhir.

Sementara itu, pernikahan Deon dan Naomi disiarkan secara langsung melalui siaran langsung. Sesaat sebelum tindakan dilakukan, Griselle tak kuasa menahan diri untuk membuka siaran itu.

Di dalam gereja, kerabat dan sahabat Deon berkumpul dengan penuh tawa dan kebahagiaan. Di hadapan pastor, Deon dan Naomi saling bertukar cincin dan berciuman dengan penuh kasih.

Andai dulu tidak terjadi semua musibah itu, mungkin yang berdiri di sana adalah Griselle dan Deon yang melangsungkan pernikahan mereka dengan penuh kebahagiaan dan membangun keluarga yang penuh tawa anak dan cucu.

Masa depan yang tak bisa dia berikan, biarlah Naomi yang menyelesaikannya untuknya.

"Dokter, aku sudah siap." Griselle mematikan siaran langsung di ponselnya, lalu berbaring di atas ranjang di ruang tindakan.

Tubuhnya terasa nyeri di setiap sudut dan suaranya terdengar lirih. Namun, dokter yang akan menjalankan prosedur euthanasia menggelengkan kepala. "Maaf, Bu Griselle. Kami belum bisa memulai sekarang."

"Sesuai peraturan, untuk donasi tubuh, kami harus mendapatkan persetujuan keluarga dengan tanda tangan langsung."

Griselle mengerutkan alis lemah. "Tapi, bukankah tubuhku ini seharusnya bisa aku putuskan sendiri?"

Dokter itu tampak canggung. "Kami paham, tapi ini adalah prosedur hukum yang wajib kami ikuti. Kami tidak bisa melanggarnya."

Awalnya, mereka tidak pernah menyangka akan ada pasien yang datang menjalani prosedur ini seorang diri, tanpa satu pun keluarga yang mendampingi.

"Kalau begitu, hubungi kontak nomor dua di daftar kontakku. Dia adik kandungku, Naomi."

Perawat muda yang bertugas langsung mengangguk, lalu mengetik nomor di ponsel Griselle dengan cekatan. Namun tanpa sadar, dia malah menekan kontak nomor satu.

"Tunggu ...." Griselle belum sempat menyelesaikan ucapannya, telepon sudah tersambung. Dia menoleh pada perawat itu. Bibirnya sedikit terkatup rapat, tetapi di matanya tampak kilatan perasaan tak rela yang bahkan tak disadari dirinya sendiri.

Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa mendengar suara itu sekali lagi.

Di saat bersamaan, di tengah sorakan para tamu undangan, Deon dan Naomi tengah menuangkan sampanye ke menara gelas kristal. Cairan berkilau itu mengalir perlahan, tetapi hati Deon justru terasa gelisah. Sejak pagi, Griselle belum juga menghubunginya.

Saat itulah, ponselnya berdering.

Seakan kegelisahan dalam dadanya menghilang begitu saja, Deon menatap layar ponselnya dengan perasaan yang tiba-tiba menjadi lapang. Deon mengangkat sudut bibirnya sedikit, lalu menjawab panggilan itu. "Siapa ini?"

"Selamat siang, kami dari rumah sakit. Bu Griselle saat ini sedang menjalani prosedur dalam program euthanasia. Kami membutuhkan tanda tangan dari keluarga langsung untuk persetujuan donasi tubuh. Apakah Anda bisa datang sekarang?"

Program euthanasia?

Alis Deon langsung mengerut tajam.

Griselle selalu sangat menjaga kesehatannya. Saat mereka masih bersama, dia sering membicarakan soal pola hidup sehat, bahkan bertekad ingin hidup panjang umur. Katanya, hidup itu harus dijalani sebaik mungkin agar tidak sia-sia datang ke dunia.

Orang seperti itu ... bagaimana mungkin memilih mati secara sukarela?

Mungkin karena hari ini adalah hari pernikahannya dengan Naomi, Griselle akhirnya tidak sanggup menahannya lagi.

Deon sempat merasa lega, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum dingin. "Kalau dia benar-benar ingin mati, kenapa aku harus menolak? Silakan tandatangani."

Di sampingnya, Naomi turut mengambil alih ponsel. "Kak Griselle ingin menandatangani dokumen apa ya? Aku adik kandungnya, aku setuju juga! Cepat tandatangani!"

Saat Deon lengah, Naomi segera memutus panggilan dan langsung mematikan ponsel.

Ketika perawat mencoba menghubungi lagi kedua kontak tersebut, yang menjawabnya adalah suara mesin, "Nomor yang Anda tuju tidak aktif."

Perawat pun akhirnya mengirim beberapa pesan teks, tetapi tetap tidak ada balasan.

Sementara itu, Griselle yang terbaring di ranjang mendengar seluruh percakapan mereka. Sorot terakhir di matanya pun perlahan padam. Dia lalu mengeluarkan selembar dokumen dari tas kecil di sisinya. Itu adalah surat perceraian yang telah ditandatangani olehnya dan Deon.

Griselle menemukannya di ruang kerja Deon. Mungkin pria itu berniat menyerahkannya usai pernikahan.

"Kami ... sudah resmi bercerai."

"Jadi ... untuk persetujuan donasi ini, tanda tangan mereka nggak lagi dibutuhkan, bukan?"

Dokter pelaksana mengangguk pelan. "Ya. Prosedur euthanasia bisa dilakukan sekarang."

Cairan dingin pun mulai masuk ke dalam tubuhnya dan kesadarannya perlahan-lahan memudar. Berbagai kenangan berkelebat di dalam benaknya.

Malam-malam ketika dia dan Deon tidur saling berpelukan, menyambut sinar matahari pagi bersama. Setiap perayaan ulang tahun dan hari jadi, di mana Deon menyiapkan kejutan dengan sepenuh hati.

Malam musim panas yang tenang, ketika mereka berdua berbaring di pasir pantai sambil menghitung bintang dan membayangkan masa depan mereka bersama.

Griselle memejamkan mata perlahan. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya.

'Deon, mulai sekarang ... kita tidak akan pernah bertemu lagi. Semoga umurmu panjang dan hidupmu bahagia.'
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 18

    Setelah keluarga kecil itu pergi, barulah Deon melangkah maju untuk mengunjungi Griselle. Di foto pada batu nisannya, Griselle masih tersenyum manis, seolah dirinya tidak pernah benar-benar meninggalkan dunia ini.Namun Deon tahu, sudah sangat lama sejak terakhir kali dia melihat Griselle tersenyum seperti itu. Dia membersihkan makam itu hingga benar-benar rapi dan bersih, lalu duduk di depannya dan menemaninya untuk waktu yang lama sambil mengajak Griselle "berbicara"."Griselle, aku sangat merindukanmu ....""Tanpamu, dunia ini nggak lagi berarti bagiku.""Griselle, di kehidupan berikutnya ... bisa nggak kita bersama lagi?""Kali ini, kumohon hiduplah dengan bahagia, agar aku bisa membayar lunas semua utangku padamu ... seratus, seribu kali lipat."Deon menunduk dan mengecup pelan foto Griselle yang terukir di batu nisan, lalu akhirnya berdiri dan pergi dengan berat hati.Namun tak lama setelah dia mengemudi dan menjauh dari pemakaman, dia menyadari sesuatu yang tidak beres di jalan

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 17

    Seketika, para polisi di sekitar ruangan pun langsung panik dan sibuk bergerak. Sebelumnya tanpa izin dari Jeffrey, tidak ada satu pun dari mereka yang boleh bertindak.Namun kini, melihat langsung kejadian di depan matanya, Jeffrey tak bisa lagi menahan diri dan segera mengeluarkan perintah, "Cepat! Tangkap dia sekarang juga!""Siap!" Beberapa polisi langsung bergegas maju dan mencengkeram kedua lengan Deon, lalu membanting tubuhnya ke lantai dengan keras.Deon tidak melakukan sedikit pun perlawanan. Dia menyerah begitu saja, membiarkan borgol dipasang di pergelangan tangannya. Dia tahu, tujuannya sudah tercapai. Anak yang ada di dalam kandungan Naomi, sudah tidak mungkin bisa diselamatkan.Memikirkan hal itu, Deon yang tertekan ke lantai malah kembali tertawa puas.Jeffrey mengerutkan kening. "Deon ini benar-benar sudah gila ...."Entah bagaimana perasaan Griselle, jika dia bisa melihat semua ini dari alam sana. Jeffrey menggelengkan kepala sambil memandang Deon, seulas rasa iba meli

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 16

    Tatapan mata Deon menajam saat dia menoleh menatap Naomi, lalu tersungging senyum dingin di wajahnya. "Sekarang kamu bisa tinggal di rumah Keluarga Maxime dan hidup bebas, menikmati kemewahan dan perhiasan mahal. Aku yakin kamu juga tahu, semua itu dari mana asalnya, bukan?"Mendengar ucapannya, Naomi seperti tersadar akan sesuatu. Wajahnya langsung pucat pasi, tubuhnya refleks mundur beberapa langkah. "Kak Deon, kumohon ... jangan ...."Namun, Deon telah mengangkat tangan dan mengambil sebilah pisau bedah yang paling panjang."Benar, semua ini adalah hasil dari kebohonganmu dengan menggunakan satu ginjal dan setengah hati milik Griselle untuk menipuku. Itulah cara kamu mendapatkan semuanya.""Jadi, kalau sekarang aku mengambil satu ginjal dan setengah hatimu sebagai ganti, itu nggak berlebihan, 'kan?"Tatapan mata Deon kini dipenuhi kegilaan, bagaikan seekor binatang buas yang sedang terperangkap dalam amarah dan dendam. Semua yang pernah dilakukan Naomi terhadap Griselle harus dibaya

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 15

    Setelah upacara pemakaman selesai, Deon mengemudi pulang ke rumah yang kini tak lagi dihuni oleh Griselle. Dengan tubuh yang masih basah kuyup oleh hujan, dia melangkah masuk ke ruang tamu.Naomi sedang duduk di sofa, sibuk mengatur setumpuk perhiasan mahal yang dulu pernah diberikan Deon padanya.Sejak kebenaran tentang Griselle terungkap, Naomi tidak berani keluar rumah satu langkah pun. Dia telah menjadi sasaran kebencian semua orang. Makian dan hinaan dari luar membuatnya hanya bisa bersembunyi dan satu-satunya hal yang bisa memberinya sedikit rasa nyaman hanyalah tumpukan perhiasan ini.Namun di mata Deon, hanya ada kebencian dan rasa jijik.Dulu, demi membuat Griselle cemburu, Deon pernah sengaja membawa Naomi ke butik-butik mewah dan memborong perhiasan. Apa pun yang menarik perhatian Naomi, seberapa mahal pun harganya, Deon akan langsung membelinya.Dia tahu Naomi akan mengenakan perhiasan itu hanya untuk dipamerkan di depan Griselle. Deon juga selalu diam-diam mengamati reaksi

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 14

    Tak lama kemudian, pihak kepolisian secara resmi mengonfirmasi status Griselle sebagai seorang pahlawan nasional dan menerbitkan surat penghargaan, yang kemudian diserahkan langsung ke tangan Deon.Berita ini segera diikuti oleh berbagai media resmi yang berlomba-lomba memberitakannya.Apalagi, tak lama sebelumnya, jutaan orang menyaksikan langsung dalam siaran influencer ternama saat Jeffrey datang ke rumah Deon dan mengungkapkan kebenaran tentang siapa Griselle sebenarnya.Ternyata, Griselle adalah seorang pahlawan tak dikenal yang menyembunyikan identitasnya. Dia mempertaruhkan nyawa untuk menyusup sendirian ke sarang penjahat, menghancurkan jaringan kejahatan demi negara, dan melindungi keselamatan rakyat.Namun tragisnya, adiknya sendiri, Naomi, malah memanfaatkan kesempatan di tengah kerapuhan itu untuk merebut suami sang kakak.Yang lebih menyakitkan lagi, hari di mana Naomi dan Deon menggelar pernikahan, adalah hari yang sama saat Griselle mengembuskan napas terakhirnya.Arah o

  • Dendam Mengubur Cinta   Bab 13

    Mendengar ucapan Caspian, seluruh tubuh Deon seperti disambar petir. Ternyata, Griselle sama sekali tidak pernah mengkhianatinya. Ternyata, demi membersihkan namanya, Griselle rela mengorbankan segalanya.Satu ginjal dan setengah hatinya diambil hidup-hidup ....Griselle, dengan kekuatan seperti apa kamu bisa menahan rasa sakit sekejam itu?Deon bahkan tak sanggup membayangkannya.Yang dia tahu, dia bukan hanya tidak mengetahui luka dan penderitaan yang dialami Griselle, tapi selama ini dia malah berkali-kali menyakitinya karena salah paham. Dia benar-benar bodoh. Orang paling bodoh dan paling dungu di dunia ini.Deon mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Caspian yang berdiri di hadapannya dengan sikap congkak. Dialah orang yang membocorkan identitas asli Griselle dan membuatnya disiksa oleh para penjahat.Orang seperti ini sudah sepantasnya mati.Tangan Deon mengepal dengan kuat, lalu menghantamkan pukulan keras ke arah tubuh Caspian."Bajingan! Kamu yang membuat Griselle-ku mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status