MasukWanita yang muncul di altar ini adalah salah seorang Penguasa yang turun ke dunia fana lewat suatu persembahan besar-besaran. Tentunya, Ying Xuan sangat mengenali siapa itu.
"Namamu, Ying Xuan bukan?" tanya wanita itu. "I-Iya, aku Ying Xuan," jawab Ying Xuan sembari tersenyum paksa. Tanpa basa-basi, wanita itu langsung memeluk Ying Xuan dengan begitu hangat, lalu ia bergumam pelan. Meski gumaman itu sangat pelan, Ying Xuan yang memiliki pendengaran super tajam, ia bisa mendengar betapa pilu kata-kata yang digumam kan wanita itu. Dalam hati Ying Xuan berkata."Mei Ran. Dulu, ku pikir kau menyebalkan karna terus menempel seperti parasit. Sekarang, ku rasa aku tahu, kau menempeliku bukan untuk mendapat manfaat dariku, tapi karna kauSetelah Ying Xuan menyadari situasi di sekitarnya tidak beres, Ying Xuan dengan cepat merubah ekspresinya, lalu memeluk ayah yang sudah lama tidak ia lihat itu. "Hahahha! Aku hanya bercanda, Ayah. Tadi, suasana di rumah rasanya sedikit tegang. Jadi, aku ingin membuat sedikit candaan," ujar Ying Xuan. "A-Apa?! Candaan? Astaga....anak ini, kau membuat Ayah panik saja," sahut Menteri Yohan sambil mengelus kepala Ying Xuan. "Tapi Ayah, kenapa rasanya suasana di rumah sedikit tegang?" tanya Ying Xuan seraya melepaskan pelukannya. Bukan hanya sekedar mengubah topik pembicaraan, setibanya Ying Xuan di depan kediaman Menteri Yohan, ia memang sudah merasa kalau suasana di Kediaman tersebut memang tegang. Karena ia sekarang adalah Putri satu-satunya Menteri Yohan, Ying Xuan rasa, sudah seharusnya ia me
Setelah Ying Xuan menyelesaikan proses kultivasinya, ia memutuskan untuk kembali ke Yanzi dengan membawa Xiao Bai bersamanya. Tentunya, keberadaan Xiao Bai yang seekor mahluk ilahi akan menarik perhatian. Oleh karena itu, selama di perjalanan, Xiao Bai terus berada di dalam tas Ying Xuan bersama beberapa bahan obat. "Bertahanlah, Xiao Bai. Kita akan segera tiba di Yanzi," ujar Ying Xuan. Stibanya Ying Xuan di Yanzi, ia langsung menuju rumah Menteri Yohan, yang dalam ingatannya terletak di tengah-tengah ibu kota Yanzi. Selama perjalanan, Ying Xuan mencoba menanyakan sesuatu pada kusir tentang kondisi Yanzi saat ini. Tentunya, dengan posisi ia sedang menyamar dan merubah wajah sepenuhnya. "Apa ada peristiwa besar di Yanzi belakangan ini?" tanya Ying Xuan. "Selain Yanzi menjadi semakin luas karena Yang Mulia Kaisar berhasil menaklukkan beberapa kerajaan lain, tidak ada hal istimewa yang terjadi, Nona," sahut K
Setelah menyelesaikan urusannya di sekte Nuza, Ying Xuan memutuskan untuk kembali ke gubuk bambu dengan membawa beberapa keping emas bersamanya. Niat hati Ying Xuan ingin menyerahkan semua keping emas yang ia ambil dari Sekte Nuza itu kepada si Kakek. Tapi setibanya ia di sana, si Kakek sudah tidak ada, dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuk Ying Xuan. "Xiao Bai, dengan siapa Kakek pergi? Apakah dia sendiri?" tanya Ying Xuan. Untuk menjawab Ying Xuan, Xiao Bai pun mengangguk pelan. Setelah itu, Ying Xuan membuka surat yang ditinggalkan si kakek dan membacanya. isi surat Kakek: Nak, terima kasih sudah menjagaku. Karena umur yang sudah tua, Kakek jadi keliru menganggap mu Cucu Kakek. Tapi Kakek harus segera kembali ke rumah sekarang. Sudah ada kereta kuda yang menjemput Kakek karena Cucu Kakek telah kemb
Setelah bunga lotus yang terbentuk dari cahaya merah muda itu terbentuk sempurna, para murid di Sekte Nuza tampak tercengang. Meski tampilannya hanya sebuah bunga lotus yang tampak indah dan lembut, saat itu mereka dapat merasakan, kalau bunga itu berbahaya. Oleh karenanya, mereka langsung waspada. "Ho~ tidak buruk juga. Aku suka bagaimana kalian langsung bereaksi terhadap bahaya," sanjung Ying Xuan. "Serang dia sebelum Lotusnya mekar sempurna!" seru salah satu murid yang tampaknya, murid paling berpengaruh di sekte Nuza. "Kalian pikir bisa menyentuhku, lucu sekali," ujar Ying Xuan. Persis seperti yang dikatakan Ying Xuan, meski murid sekte Nuza mengerahkan seluruh kemampuan mereka, serangan mereka tetap tiak dapat menyentuh barang sehelai rambut pun dari Ying Xuan. "Pftt...lucu sekali melihat sekumpulan kecoa," hardik Ying Xuan. Tak lama kemudian, Bunga lotus itu semakin mekar, lalu keluarlah asap merah muda yang menyelimuti seluruh murid sekte Nuza. Asap merah muda terse
Kehadiran sang Patriak diiringi dengan suasana yang mencekam. Berkat Patriak sekte Nuza, para penjaga yang terkekang dan tidak bisa bergerak akhirnya terbebas. Lalu untuk Ying Xuan, tanpa menundukkan kepalanya barang sedetik pun, ia menatap sang Patriak dengan penuh keberanian. "Apa kau, wanita yang melukai Shu Ryongku?" tanya Patriak dengan nada dingin. "Aku tidak menyangka wanitamu begitu lemah. Aku hanya mendorongnya sedikit lalu ia terlempar jauh," sahut Ying Xuan sembari menyeringai. Melihat kesombongan Ying Xuan, Patriak sekte Nuza tidak bisa menahan amarahnya. Ia mulai mengeluarkan pedangnya, lalu pedang yang penuh dengan Qi itu ia ayunkan ke arah Ying Xuan begitu saja. Trangg!!. Namun, Ying Xuan bukanlah wanita lemah. Ayunan pedang itu baginya tidak perlu ditakuti, dan ia menepisnya hanya dengan tangan kosong. "Siapa kau?" tanya Patriak sembari menatap tajam ke arah Ying Xuan. "Hanya seorang rakyat biasa yang datang untuk meminta ganti rugi," sahut Ying Xuan. "
Saat Ying Xuan melihat wanita bertampang malang itu, ia merasa kasihan, tapi juga kesal karna tatapan sombong wanita tersebut ke arahnya. "Apa kau Ketua sektenya?" tanya Ying Xuan. "Bukan, aku bukan Patriak. Kalau boleh tahu, ada urusan apa kau ingin menemui Patriak?" tanya wanita itu balik, sembari menatap Ying Xuan dari atas kepala sampai kaki. "Aku ingin meminta pertanggung jawaban atas perbuatan murid-murid sektenya," sahut Ying Xuan dengan wajah tenang. "Ohh...apakah murid-murid di sekte kami membuat ulah di luar sana?" tanya wanita itu lagi. "Ya. Murid-murid dari sekte kalian, telah menindas orang tua dan merampas uangnya. Sebagai sebuah sekte yang disegani di desa sekitar sini, bukankah kalian harus menunjukkan sikap bijak," Ying Xuan menatap si wanita malang dengan tatapan iba. "Apakah ada ja







