Share

Dendam Putri Yang Terbuang
Dendam Putri Yang Terbuang
Penulis: Story_pufia

1. Malam Kehancuran

Penulis: Story_pufia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-06 07:53:33

“Ada apa dengan tubuhku? Ughh panas sekali ….”

Seorang gadis cantik terlihat sedang duduk sendiri di sudut bar. Tubuhnya bersandar dan sedikit menggeliat pada kursi tinggi yang tengah didudukinya. Elowyn ingat, siang tadi dia baru saja mengetahui fakta bahwa dirinya bukan bagian asli dari keluarganya. Dia juga ingat bagaimana tadi memergoki tunangannya yang sedang bercumbu dengan saudarinya sendiri—Liona. Tapi dia tidak ingat bagaimana bisa sampai di tempat terkutuk ini dan menghabiskan satu gelas vodka yang membuat tubuhnya terasa panas.

“Kenapa semuanya jadi berputar-putar? Apa dunia sedang gempa?” Ia terkekeh sambil memegangi kepalanya yang begitu pusing.

Elowyn melihat sekelilingnya untuk mencari seseorang yang cocok untuk diajak menghabiskan malam bersama. Hingga atensinya menemukan seorang pria tampan yang duduk sendirian di sofa single pojok ruangan. Pria itu rupanya juga tengah menatap ke arahnya.

“Tuan … maukah kau bermalam denganku?”

Pria dengan tatapan setajam elang itu hanya diam memperhatikannya. Bau alkohol menguar ketika Elowyn mendekatkan wajahnya. Dengan lancang, gadis itu membelai dada bidangnya.

“Aku punya banyak uang. Satu miliar untuk satu malam, bagaimana?” ucapnya pada pria yang ia berpikir adalah seorang gigolo.

“Enyah dari hadapanku!” Suara dingin dan berat itu terdengar. Pria itu menoyor dahi Elowyn menjauh.

Lalu tiba-tiba, Elowyn menjatuhkan tubuhnya ke arah pria tersebut. “Tolong aku … seseorang memasukan obat ke minumanku,” lirihnya seraya mencengkram lengan sang pria.

Diperhatikannya wajah cantik yang gelisah itu dalam-dalam, kemudian sang pria menariknya lebih dekat. “Kau yakin?”

Elowyn hanya mengangguk, tidak dapat lagi menahan gejolak yang semakin liar dalam tubuhnya. Sebuah seringai tipis muncul di wajah tampan pria tersebut sebelum akhirnya mengangkat tubuh Elowyn ala bridal style dan membawanya pergi.

***

Clap! Clap!

“Ughhh!”

Suara kecapan dan desahan memenuhi sebuah kamar hotel malam ini. Elowyn semakin terbawa suasana, membiarkan pria itu melumat bibirnya tanpa ampun. Ia tak banyak mendominasi, maklumlah ia sangat amatir dalam hal seperti ini.

“Emhh ahh ….” Elowyn mendesah ketika tangan pria itu mengerayap pada bagian pahanya.

“Ahhh aku mohon, cepatlah! Tubuhku rasanya seperti terbakar.”

Pria itu mengangkat dagu Elowyn, lalu berbisik. “Kau wanita yang berani dan tidak sabaran, ya? Baiklah, tapi jangan menyesal nantinya.”

Bisikan itu menjadi kata-kata terakhir yang Elowyn dengar, sebelum sang pria menarik kasar gaun miliknya dan melemparnya sembarangan. Rasa panas dalam tubuhnya semakin menjadi, seolah merenggut kewarasannya.

“Akkkh … s-sakit!” Elowyn menitikkan air matanya saat merasakan sesuatu yang teramat menyakitkan seolah mengoyak tubuhnya habis-habisan.

Sang pria melepaskan pelukannya, rasa terkejut menghampirinya ketika melihat sesuatu menodai sprei putih di bawah tubuh Elowyn. “Ahh shit! Kau masih perawan?”

Elowyn hanya memejamkan matanya pasrah, menikmati sensasi panas yang perlahan mulai memudar. Dan malam ini, jatuh sudah harga dirinya. Elowyn merutuki seseorang yang telah mengerjainya hingga membuatnya kehilangan kesuciannya seperti ini.

Tak terasa matahari pun mulai menerjang. Sinar hangatnya menyapa wajah yang masih mengarungi mimpi indah di dalam kamar bernuansa putih tersebut.

“Uggh ….” Elowyn mengerjap-ngerjapkan matanya ketika cahaya silau itu menyorot kearahnya. Ia menggeram pelan saat merasakan kepalanya berdenyut. Lalu beberapa detik berikutnya, matanya terbuka secara paksa. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah langit-langit dengan ukiran unik yang tampak asing baginya.

Dimana dia sekarang? Ini bukanlah kamarnya?

Dan ia terkejut bukan main saat menemukan sosok pria tampan bertelanjang dada terlelap di sebelahnya. “A-apa sudah yang terjadi?” Elowyn menundukkan pandangan pada tubuhnya yang tertutup selimut. Sekali lagi ia terkejut. “A-apa ini? Kenapa aku tidak pakai baju?”

Elowyn memejamkan matanya lagi guna meyakinkan diri jika ini hanyalah mimpi.

“Wake up, Elowyn!”

Plakk!

“Akkh sakit!”

“Ini bukan mimpi. Ja-jadi … aku menggoda gigolo itu sungguhan?”

Tubuh Elowyn terasa lemas sekarang. Bisa-bisanya karena patah hati setelah memergoki kekasihnya selingkuh dan menemukan fakta jika dirinya hanyalah anak angkat orang tuanya, membuatnya jadi gila dan berakhir masuk ke bar? Tempat yang seumur hidup tidak pernah disentuh olehnya.

“Oh tidak! Aku pasti sudah gila. Aku harus pergi sekarang!”

Melihat pria itu masih tertidur pulas, Elowyn menahan semua rasa sakit di sekujur tubuhnya untuk bangkit dan mencari pakaiannya. Namun, ia justru menemukan pakaian yang semalam ia kenakan telah berbuah seperti kain lap yang sudah koyak dan tak terbentuk lagi. Sebrutal itukah permainan mereka semalam? Ia bahkan tidak ingat jelas apa saja yang sudah dilakukannya.

“Pakai ini sajalah,” gumamnya ketika menemukan sebuah kemeja putih yang tergeletak di bawah meja. Tanpa pikir panjang, ia segera memungut dan memakainya. Elowyn menghela napas sejenak setelah mengenakan kemeja yang sangat kebesaran untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Tapi tidak apa. Setidaknya ia bisa keluar dari tempat ini tanpa telanjang.

“Astaga! Dimana dompet dan ponselku?” paniknya saat tidak menemukan dua benda keramat miliknya itu.

“Bagaimana ini?” Elowyn menggigit bibir bawahnya. Ia teringat ucapannya pada pria itu semalam yang menawari uang satu miliar untuk bermalam dengannya.

Tapi yang dia temukan sekarang hanyalah sebuah koin yang terselip di antara lekukan tasnya. Dengan ragu-ragu, Elowyn meletakan koin itu di telapak tangan sang pria. “Terima kasih karena sudah menolongku semalam. Kalau kita bertemu lagi, aku akan melunasi sisanya. Dan maaf, aku tidak bermaksud mencuri kemejamu,” ucapnya sangat pelan. Takut pria itu akan bangun sebelum dirinya pergi.

Bisa mati berdiri dirinya jika itu terjadi.

Setelahnya ia keluar dari kamar dengan perlahan. Persis seperti maling yang takut ketahuan. Ia berjalan cepat meninggalkan tempat itu tanpa peduli tatapan aneh dari orang-orang yang dijumpainya sepanjang jalan. Elowyn terus menyumpah serapahi orang yang membuatnya jadi seperti ini. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua kekacauan yang terjadi padanya, dan Elowyn yakin orang itu adalah Liona, yang pasti tujuannya adalah ingin mempermalukannya.

“Liona brengsek! Akan kujadikan kau daging cincang setelah ini.”

***

Setelah dua jam terpaksa berjalan kaki dari hotel hingga rumahnya, Elowyn meluruhkan tubuhnya pada dinding di teras. Ia menarik napas panjang lalu menatap kakinya yang gemetar hebat. Elowyn merutuki nasib sialnya karena ponsel dan dompetnya yang hilang entah kemana, membuatnya jadi kelelahan.

“Sekarang aku harus bagaimana? Aku sudah tidak perawan, hikz ….”

Ia mendesah berat kemudian menangkup wajahnya frustasi.

“Aku tidak bohong, Ayah. Elow memaksaku masuk ke bar lalu dia minum-minum. Aku sudah melarangnya melakukan itu, tapi dia mengancam akan menyakitiku jika aku tidak menurutinya.”

Sayup-sayup telinga Elowyn mendengar namanya disebut dari dalam rumah. Ia menyudahi acara 'mari meratapi nasib' dan memilih bangkit untuk mengintip dari celah jendela. Disana ia melihat kedua orang tuanya bersama Liona dan Zeros, mantan tunangannya.

“Zeros? Mau apalagi dia kesini?” batin Elowyn.

“Aku mohon Ayah, jangan hukum Elowyn nanti,” ucap Liona terdengar sendu. Tapi Elowyn tahu itu hanyalah sandiwara. Sejak satu persatu rahasia orang-orang di dalam sana terungkap, tidak ada lagi yang bisa Elowyn percayai.

“Permainan apalagi yang dia buat?” gumam Elowyn, kemudian beranjak dan membuka pintu rumah secara kasar.

“Elowyn?” ucap mereka semua hampir serempak.

Elowyn berjalan ke arah mereka yang berada di ruang tamu. Kemudian berhenti di hadapan orang tuanya. Senyum manis yang sulit diartikan menjadi sapaan mereka yang pertama.

“Apa kalian sedang menungguku?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dendam Putri Yang Terbuang    6. Menemui Kakek

    Dalam perjalanan setelah pernikahan, Duke terus menatap gadis yang duduk di sampingnya dari atas hingga ke bawah. Duke heran, kenapa gadis seusianya memiliki tubuh semungil itu? Ia jadi khawatir nantinya orang-orang akan mengira dirinya menikahi anak kecil.Elowyn yang sadar akan tatapan Duke jadi merasa agak risih. Dia bahkan sengaja memalingkan wajah untuk menghindari kontak mata dengan Duke. Namun, akhirnya ia kalah juga. “Kenapa Tuan melihat saya seperti itu?” Suara Elowyn menyadarkan lamunan Duke. Saat Elowyn balas menatapnya dengan pandangan menuntut, Duke justru menampilkan ekspresi dingin. “Memang kenapa? Saya melihat istri sendiri, ada masalah?” tanyanya datar. “Masalah. Karena saya jadi risih,” jawab Elowyn sekenanya.“Benarkah?” Duke mengangkat sebelah alisnya. “Kalau begitu saya akan sering menatapmu agar kau terbiasa.” Elowyn melirik ke arah Emilio yang menyetir di depan. Pria itu dengan kikuk berdehem kecil saat menyadari tatapan Elowyn. “Abaikan saja aku. Anggap saj

  • Dendam Putri Yang Terbuang    5. Sebuah perjanjian

    Menurut rumor, Duke Alexander Aslan Kim itu tidak tertarik dengan wanita karena telah menolak banyak perempuan yang dijodohkan dengannya. Sifatnya yang angkuh dan dingin selalu membuat banyak orang segan mendekatinya duluan. Tapi tidak menutup fakta jika itulah pesona dirinya.. “Saya berikan waktu 5 menit untuk berpikir. Silakan pikirkan baik-baik tawaran saya, Nona. Menikah dengan saya atau bayar denda.” Bulu kuduk Elowyn langsung merinding mendengar ucapan pria di hadapannya ini. Ia tak menyangka jika calon bosnya akan segila ini. Menikah bukan hal yang bisa dijadikan permainan. Lagipula, mereka baru bertemu dua kali. Ini benar-benar diluar dugaan. Bagaimana mungkin pria itu dengan mudah menyuruhnya menjadi istrinya? Ini terdengar sangat konyol meski sebelumnya mereka telah melewati malam panas bersama. Bukankah ia sudah berjanji akan melunasi sisa bayarannya jika sudah punya uang? “3 menit 10 detik.” “Tu-tunggu dulu!” ucap Elowyn terbata. “Kenapa saya harus menikah denganm

  • Dendam Putri Yang Terbuang    4. Kembali bertemu

    “Hah! Beruntung semua berkas ini bisa cepat di urus. Ingat Elowyn, saat diwawancarai nanti kau harus menunjukan wajah yang garang!” Elowyn seketika meletakan sendoknya saat hendak memasukannya ke dalam mulut. Ia menghela napas panjang. “Kau mau aku ditolak sebelum wawancara? Lagian bukan salahku kalau wajahku imut begini,” ucapnya kemudian meraih tas dan berkas-berkas yang telah Elie siapakah. “Masalahnya pekerjaan yang kau dapatkan ini sangat jauh dari bidang yang kau ambil saat kuliah. Dan lagi, kau sama sekali tidak punya pengalaman di bidang ini.” Elowyn merotasi bola matanya malas, tidak mau lagi mendengar omelan dari sahabatnya. Sejak dua hari yang lalu setelah Elowyn mendapatkan panggilan untuk wawancara, Elie selalu memperingatinya banyak hal layaknya anak kecil. “Jangan khawatir, El. Aku tidak akan menyia-nyiakan usahamu yang membantuku sejauh ini. Akan kutraktir jika diterima, okay pesek!” Setelah puas membuat Elie kesal dengan kata-kata terakhirnya, Elowyn men

  • Dendam Putri Yang Terbuang    3. Meninggalkan rumah

    Elowyn melangkah keluar dari kediaman keluarga Adison. Tatapannya perlahan tertuju pada jalanan yang sunyi dan kosong di depannya, sesaat ia merenungkan 20 tahun hidupnya yang dihabiskan bersama keluarga Adison. Tidak ada sesuatu yang istimewa ataupun kenangan indah bersama mereka. Dia menyadari betapa menyedihkannya hidupnya selama ini. Lebih sedih lagi, yang dia dapatkan selama ini hanyalah sikap apatis dan tuntutan yang tiada henti dari keluarga yang ia harapkan kasih sayangnya. Kini ia telah melepaskan segalanya. Fasilitas mewah, tunangannya, dan keluarganya. Meski rasa sakit karena pengkhianatan dan amarah masih tertinggal ruang hatinya.“Aku harus kemana sekarang?” gumamnya tanpa sadar telah berjalan jauh dari dari rumah.Tiba-tiba Elowyn tersenyum saat menoleh ke samping kirinya. Ada sebuah pantai dengan pemandangan senja yang indah. “Aku bahkan tidak sadar kalau sudah sampai di pantai.”Elowyn melangkah ke arah tepi laut lalu menapaki sebuah batu besar dan berdiri di atasnya.

  • Dendam Putri Yang Terbuang    2. Ketidakadilan

    “Dari mana saja kamu?” Suara dingin Adrian—sang Ayah, membuat Elowyn membeku. “Apa saja yang kamu lakukan semalaman di luar?” tanyanya dengan tatapan tajam. “Tanyakan saja ke anak kesayangan Ayah itu. Dia lebih tahu apa yang terjadi padaku,” jawab Elowyn dingin. Ia mengepalkan tangannya kuat saat melihat ke arah Liona yang tengah menunduk tapi diam-diam tersenyum sinis. “Oh, jadi yang dikatakan Liona itu benar?” Berlya, sang Ibu yang duduk di sofa pojok menyahut. Ia melempar tumpukan foto ke atas meja. “Jelaskan semua ini!” Elowyn tersenyum miris. Tepat seperti yang ia duga sebelumnya. “Ya, seperti yang kalian lihat.” “Menjijikkan! Bikin malu keluarga!” murka Adrian. Sementara itu, Zeros mantan tunangannya yang sejak tadi berada disamping Liona, tiba-tiba ikut bicara. “Aku tidak menyangka ternyata kamu serendah itu, Elow.” “Hah! Lihat siapa yang bicara? Kau berkata seperti itu tanpa berkaca lebih dulu, Tuan Zeros?” celetuk Elowyn, tatapannya beralih pada Liona. “Dan kau … h

  • Dendam Putri Yang Terbuang    1. Malam Kehancuran

    “Ada apa dengan tubuhku? Ughh panas sekali ….” Seorang gadis cantik terlihat sedang duduk sendiri di sudut bar. Tubuhnya bersandar dan sedikit menggeliat pada kursi tinggi yang tengah didudukinya. Elowyn ingat, siang tadi dia baru saja mengetahui fakta bahwa dirinya bukan bagian asli dari keluarganya. Dia juga ingat bagaimana tadi memergoki tunangannya yang sedang bercumbu dengan saudarinya sendiri—Liona. Tapi dia tidak ingat bagaimana bisa sampai di tempat terkutuk ini dan menghabiskan satu gelas vodka yang membuat tubuhnya terasa panas. “Kenapa semuanya jadi berputar-putar? Apa dunia sedang gempa?” Ia terkekeh sambil memegangi kepalanya yang begitu pusing. Elowyn melihat sekelilingnya untuk mencari seseorang yang cocok untuk diajak menghabiskan malam bersama. Hingga atensinya menemukan seorang pria tampan yang duduk sendirian di sofa single pojok ruangan. Pria itu rupanya juga tengah menatap ke arahnya. “Tuan … maukah kau bermalam denganku?” Pria dengan tatapan setajam elang i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status