LOGINMenurut rumor, Duke Alexander Aslan Kim itu tidak tertarik dengan wanita karena telah menolak banyak perempuan yang dijodohkan dengannya. Sifatnya yang angkuh dan dingin selalu membuat banyak orang segan mendekatinya duluan. Tapi tidak menutup fakta jika itulah pesona dirinya..
“Saya berikan waktu 5 menit untuk berpikir. Silakan pikirkan baik-baik tawaran saya, Nona. Menikah dengan saya atau bayar denda.” Bulu kuduk Elowyn langsung merinding mendengar ucapan pria di hadapannya ini. Ia tak menyangka jika calon bosnya akan segila ini. Menikah bukan hal yang bisa dijadikan permainan. Lagipula, mereka baru bertemu dua kali. Ini benar-benar diluar dugaan. Bagaimana mungkin pria itu dengan mudah menyuruhnya menjadi istrinya? Ini terdengar sangat konyol meski sebelumnya mereka telah melewati malam panas bersama. Bukankah ia sudah berjanji akan melunasi sisa bayarannya jika sudah punya uang? “3 menit 10 detik.” “Tu-tunggu dulu!” ucap Elowyn terbata. “Kenapa saya harus menikah denganmu? Saya melamar jadi sekretaris Tuan, bukan calon istri!” “Siapa bilang kamu boleh memilih?” tanya balik Duke. Ekspresi datarnya membuat suasana semakin mencekam. “Saya bosnya disini, terserah saya mau menerima kamu sebagai pegawai saya atau istri saya.” “Tidak bisa begitu dong!” Tanpa sadar Elowyn meninggikan suara. “Ma-maksud saya, kenapa Tuan ingin saya jadi istri Tuan? Kita kan belum cukup dekat untuk ke jenjang itu.” Ia pun menundukkan kepala, tidak berani menatap mata tajam pria di depannya ini. “Saya kira hubungan kita lebih dari kata dekat setelah malam itu. Jadi apa kamu tidak tertarik dengan tawaranku?” Duke menelisik mata Elowyn, gadis itu terlihat sangat gugup. Ia dapat melihatnya dari maniknya yang bergerak gelisah. Lagian, ini salahnya karena datang sendiri padanya disaat ia sedang dituntun mencari calon istri oleh keluarganya. “Sisa 30 detik lagi,” ucap Duke dengan ekspektasi yang sama. Datar dan dingin. “Tuan, saya janji akan melunasi sisa bayarannya nanti. Tapi tidak dengan menikah—” “10 detik,” potong Duke membuat Elowyn kelabakan. “Tuan maksa saya!” Elowyn terlihat kesal. Kepalanya sudah pusing memikirkan masalah hidupnya sendiri dan sekarang tiba-tiba ada orang yang kebelet nikah dan memaksanya menjadi istrinya. Rasanya ia ingin memakan orang ini. Duke sendiri juga kagum sekaligus terheran-heran karena ada perempuan yang tidak takut padanya. Bahkan dia terang-terangan membentaknya. Semakin dipikirkan, Duke semakin penasaran. “Kok jadi lebih galakan kamu? Disini saya yang dirugikan karena keperjakaan saya sudah diambil. Kalau menolak jadi istri saya, dengan senang hati saya akan mengajukan tuntutan dua kali lipat dari bayaran yang kamu janjikan.” Elowyn terkesiap, matanya membulat dengan mulut tertutup rapat. Ia kemudian meletakan berkas-berkas yang dibawanya dan menarik kursi di hadapan Duke. Sebisa mungkin untuk tetap tenang. “Baiklah. Kalau begitu berikan satu alasan kenapa Tuan ingin sekali saya menjadi istri Tuan.” Duke tersenyum miring. Ini yang dia cari, seorang gadis pemberani yang memiliki pemikiran cerdas. “Pertama, karena kau sudah merenggut keperjakaan saya. Kedua, saya butuh seorang istri untuk mempertahankan posisi saya sebagai pewaris, dan kau butuh uang bukan?” “Jadi maksud Tuan?” “Saya tahu kamu cukup cerdas untuk mencerna kata-kata saya, Nona Adison.” Senyum devil Duke berhasil membuat sisi gelap dalam diri Elowyn keluar. Gadis itu tersenyum tipis sambil menopang dagunya dengan satu tangan. “Pernikahan kontrak ya?” ucap Elowyn, “jadi apa yang akan saya dapat jika menerima tawaran Tuan?” Duke menarik kursi yang diduduki Elowyn lalu berlutut di hadapannya. Ia meraih tangan Elowyn kemudian menciumnya. “Saya bisa memberikan apapun yang kamu inginkan.” “Sungguh?” tanya Elowyn memastikan. Duke mengangguk. “Saya akan menjadikanmu bebanku. Jadi maukah kau menikah denganku?” ~••~ Menjadi istri calon pewaris konglomerat nomor satu bukanlah impian hidup Elowyn. Apalagi secepat ini setelah pertunangannya dengan kekasihnya putus. Tujuan Elowyn datang ke perusahaan ini juga bukan untuk melamar menjadi seorang istri. Tapi kenapa hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya justru yang dia dapatkan sekarang? Teringat percakapannya dengan calon bosnya beberapa saat yang lalu, Elowyn tak menyangka ia akan membuat kesepakatan gila seperti ini. Beberapa saat yang lalu. “Saya akan menerima tawaran Tuan jika Tuan bersedia membantu saya,” kata Elowyn kepada Duke. Duke menyunggingkan senyumnya, akhirnya gadis itu menyerah juga. “Katakan apa yang bisa saya bantu?” tanyanya sambil mengangkat dagu Elowyn dan bergerak semakin dekat. “Pertama, Tuan harus menganggap hutang saya lunas. Kedua, saya ingin menemukan orang tua saya,” jawab Elowyn membuat kening Duke berkerut. Duke melepaskan dagu Elowyn kemudian duduk di atas meja menghadap gadis itu. “Apa orang tuamu menghilang?” Elowyn menggeleng. “Tidak tahu. Saya tumbuh dan dibesarkan oleh orang tua angkat. Saya juga baru tahu kalau ternyata saya hanya anak yang mereka pungut saat saat masih kecil. Oleh karena itu saya ingin mencari orang tua kandung saya,” jelasnya. Duke nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujuinya. “Baiklah, bukan hal sulit bagi saya.” “Benarkah? Tuan sungguh bisa menemukan mereka?” tanya Elowyn penuh harap. “Meski sedikit tidak mudah karena kau tidak tahu bagaimana rupa mereka, tapi saya berjanji akan berusaha menemukan orang tuamu.” Elowyn mengusap wajahnya kasar setelah keluar dari gedung perusahaan tersebut. Ia mulai frustasi, di telungkupkannya wajahnya diantara kedua lututnya. Namun, detik berikutnya ia menggeleng dengan tegas mengingat berapa banyak nominal yang harus ia keluarkan jika menolak tawaran Duke. “Tidak-tidak! Dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat untuk melunasi bayaran Tuan Duke?” monolognya sendiri. “Menjadi istrinya adalah pilihan yang paling tepat. Lagipula dia kan sudah berjanji akan membantuku menemukan keluarga asliku. Setelah perjanjian itu selesai, aku bisa bertemu keluargaku dan pergi jauh dari hidup Duke. Ha ha ha! Tidak salah, aku memang jenius!” ~••~ Sesuai perjanjian yang dibuat dua hari yang lalu, hari ini Elowyn akan melangsungkan pernikahannya dengan Duke. Tidak ada yang tahu rencana ini kecuali sahabatnya Elie dan pengawal pribadi Duke. “Aku tidak menyangka kau akan menjadi Nyonya Aslan Kim sebentar lagi,” ucap Elie heboh. “Kau iri?” tanya Elowyn. “Tentu saja! Siapa yang tidak iri jika kau menikahi pewaris keluarga Kim. Coba katakan padaku, bagaimana caramu merayu Tuan Duke sampai dia mengajakmu menikah tiba-tiba?” cerocos Elie sambil menggoyang-goyangkan tangan Elowyn. “Sudah kukatakan aku tidak merayunya, El. Kau pikir aku perempuan macam apa?” kesal Elowyn. Sejak subuh hingga mereka tiba di depan kantor pencatatan sipil, Elie terus mengoceh tentang Duke. Tidak tahukah dia jika sahabatnya ini tidak punya pilihan selain menerimanya? “He he, maafkan aku. Calon pengantin jangan marah-marah di hari baik. Sana pergi, itu calon suamimu sudah datang.” Elowyn menoleh melihat seorang pria dengan pakaian rapi keluar dari mobil. Sejenak keduanya sama-sama terpaku dengan penampilan mereka. “Kau sudah menunggu lama calon istriku?” tanya Duke sambil meraih tangan Elowyn. “Ayo cepat!” Elowyn menarik tangan Duke. Duke tersenyum tipis. “Sepertinya calon istriku sudah tidak sabaran ya?” katanya menggoda. Elowyn hanya memalingkan wajahnya yang merona sampai mereka masuk ke dalam kantor tersebut. Satu jam kemudian, mereka keluar dengan membawa akta nikah di masing-masing tangan mereka. Tanpa Elowyn sadari jika ini adalah awal dari kisahnya yang sesungguhnya. “Selamat sudah menjadi istriku, Elowyn Aslan Kim.”Dalam perjalanan setelah pernikahan, Duke terus menatap gadis yang duduk di sampingnya dari atas hingga ke bawah. Duke heran, kenapa gadis seusianya memiliki tubuh semungil itu? Ia jadi khawatir nantinya orang-orang akan mengira dirinya menikahi anak kecil.Elowyn yang sadar akan tatapan Duke jadi merasa agak risih. Dia bahkan sengaja memalingkan wajah untuk menghindari kontak mata dengan Duke. Namun, akhirnya ia kalah juga. “Kenapa Tuan melihat saya seperti itu?” Suara Elowyn menyadarkan lamunan Duke. Saat Elowyn balas menatapnya dengan pandangan menuntut, Duke justru menampilkan ekspresi dingin. “Memang kenapa? Saya melihat istri sendiri, ada masalah?” tanyanya datar. “Masalah. Karena saya jadi risih,” jawab Elowyn sekenanya.“Benarkah?” Duke mengangkat sebelah alisnya. “Kalau begitu saya akan sering menatapmu agar kau terbiasa.” Elowyn melirik ke arah Emilio yang menyetir di depan. Pria itu dengan kikuk berdehem kecil saat menyadari tatapan Elowyn. “Abaikan saja aku. Anggap saj
Menurut rumor, Duke Alexander Aslan Kim itu tidak tertarik dengan wanita karena telah menolak banyak perempuan yang dijodohkan dengannya. Sifatnya yang angkuh dan dingin selalu membuat banyak orang segan mendekatinya duluan. Tapi tidak menutup fakta jika itulah pesona dirinya.. “Saya berikan waktu 5 menit untuk berpikir. Silakan pikirkan baik-baik tawaran saya, Nona. Menikah dengan saya atau bayar denda.” Bulu kuduk Elowyn langsung merinding mendengar ucapan pria di hadapannya ini. Ia tak menyangka jika calon bosnya akan segila ini. Menikah bukan hal yang bisa dijadikan permainan. Lagipula, mereka baru bertemu dua kali. Ini benar-benar diluar dugaan. Bagaimana mungkin pria itu dengan mudah menyuruhnya menjadi istrinya? Ini terdengar sangat konyol meski sebelumnya mereka telah melewati malam panas bersama. Bukankah ia sudah berjanji akan melunasi sisa bayarannya jika sudah punya uang? “3 menit 10 detik.” “Tu-tunggu dulu!” ucap Elowyn terbata. “Kenapa saya harus menikah denganm
“Hah! Beruntung semua berkas ini bisa cepat di urus. Ingat Elowyn, saat diwawancarai nanti kau harus menunjukan wajah yang garang!” Elowyn seketika meletakan sendoknya saat hendak memasukannya ke dalam mulut. Ia menghela napas panjang. “Kau mau aku ditolak sebelum wawancara? Lagian bukan salahku kalau wajahku imut begini,” ucapnya kemudian meraih tas dan berkas-berkas yang telah Elie siapakah. “Masalahnya pekerjaan yang kau dapatkan ini sangat jauh dari bidang yang kau ambil saat kuliah. Dan lagi, kau sama sekali tidak punya pengalaman di bidang ini.” Elowyn merotasi bola matanya malas, tidak mau lagi mendengar omelan dari sahabatnya. Sejak dua hari yang lalu setelah Elowyn mendapatkan panggilan untuk wawancara, Elie selalu memperingatinya banyak hal layaknya anak kecil. “Jangan khawatir, El. Aku tidak akan menyia-nyiakan usahamu yang membantuku sejauh ini. Akan kutraktir jika diterima, okay pesek!” Setelah puas membuat Elie kesal dengan kata-kata terakhirnya, Elowyn men
Elowyn melangkah keluar dari kediaman keluarga Adison. Tatapannya perlahan tertuju pada jalanan yang sunyi dan kosong di depannya, sesaat ia merenungkan 20 tahun hidupnya yang dihabiskan bersama keluarga Adison. Tidak ada sesuatu yang istimewa ataupun kenangan indah bersama mereka. Dia menyadari betapa menyedihkannya hidupnya selama ini. Lebih sedih lagi, yang dia dapatkan selama ini hanyalah sikap apatis dan tuntutan yang tiada henti dari keluarga yang ia harapkan kasih sayangnya. Kini ia telah melepaskan segalanya. Fasilitas mewah, tunangannya, dan keluarganya. Meski rasa sakit karena pengkhianatan dan amarah masih tertinggal ruang hatinya.“Aku harus kemana sekarang?” gumamnya tanpa sadar telah berjalan jauh dari dari rumah.Tiba-tiba Elowyn tersenyum saat menoleh ke samping kirinya. Ada sebuah pantai dengan pemandangan senja yang indah. “Aku bahkan tidak sadar kalau sudah sampai di pantai.”Elowyn melangkah ke arah tepi laut lalu menapaki sebuah batu besar dan berdiri di atasnya.
“Dari mana saja kamu?” Suara dingin Adrian—sang Ayah, membuat Elowyn membeku. “Apa saja yang kamu lakukan semalaman di luar?” tanyanya dengan tatapan tajam. “Tanyakan saja ke anak kesayangan Ayah itu. Dia lebih tahu apa yang terjadi padaku,” jawab Elowyn dingin. Ia mengepalkan tangannya kuat saat melihat ke arah Liona yang tengah menunduk tapi diam-diam tersenyum sinis. “Oh, jadi yang dikatakan Liona itu benar?” Berlya, sang Ibu yang duduk di sofa pojok menyahut. Ia melempar tumpukan foto ke atas meja. “Jelaskan semua ini!” Elowyn tersenyum miris. Tepat seperti yang ia duga sebelumnya. “Ya, seperti yang kalian lihat.” “Menjijikkan! Bikin malu keluarga!” murka Adrian. Sementara itu, Zeros mantan tunangannya yang sejak tadi berada disamping Liona, tiba-tiba ikut bicara. “Aku tidak menyangka ternyata kamu serendah itu, Elow.” “Hah! Lihat siapa yang bicara? Kau berkata seperti itu tanpa berkaca lebih dulu, Tuan Zeros?” celetuk Elowyn, tatapannya beralih pada Liona. “Dan kau … h
“Ada apa dengan tubuhku? Ughh panas sekali ….” Seorang gadis cantik terlihat sedang duduk sendiri di sudut bar. Tubuhnya bersandar dan sedikit menggeliat pada kursi tinggi yang tengah didudukinya. Elowyn ingat, siang tadi dia baru saja mengetahui fakta bahwa dirinya bukan bagian asli dari keluarganya. Dia juga ingat bagaimana tadi memergoki tunangannya yang sedang bercumbu dengan saudarinya sendiri—Liona. Tapi dia tidak ingat bagaimana bisa sampai di tempat terkutuk ini dan menghabiskan satu gelas vodka yang membuat tubuhnya terasa panas. “Kenapa semuanya jadi berputar-putar? Apa dunia sedang gempa?” Ia terkekeh sambil memegangi kepalanya yang begitu pusing. Elowyn melihat sekelilingnya untuk mencari seseorang yang cocok untuk diajak menghabiskan malam bersama. Hingga atensinya menemukan seorang pria tampan yang duduk sendirian di sofa single pojok ruangan. Pria itu rupanya juga tengah menatap ke arahnya. “Tuan … maukah kau bermalam denganku?” Pria dengan tatapan setajam elang i







