Share

Takdir Tidak Memihak

Setelah menunggu 10 menit, akhirnya burritos kesukaan Gea dan Tiara sudah tersaji di meja. Kedua gadis cantik itupun segera menikmati sajian makan siang mereka.

Sesekali Tiara menceritakan beberapa hal. Mulai dari pekerjaannya, sampai beberapa fashion item terbaru dari brand favorite mereka, namun ... sepertinya Gea kurang antusias mendengar ceritanya. 

"Ge ... "

"Hem ... "

"Hari ini Lo gak asik deh!" protes Tiara sambil memajukan bibirnya 5cm. "Lo diam mulu daritadi. Kesel banget gue jadinya!"

Gea yang mengajak makan siang bersama, eh malah Gea sendiri yang tampak tidak berminat. Dasar jiwa-jiwa jomblo labil!

"Sorry, Ti," Geapun merasa bersalah pada sahabat gesreknya itu. "Gue masih kepikiran besok. Bayangin deh, gue harus ketemu Bang Abizar, di meeting resmi pula. Gimana ya jadinya nasib gue besok?"

Bete sekali kalau mengingat jadwal pertemuan besok. Apalagi membayangkan human satu itu akan gentayangan di kehidupanku dalam beberapa bulan kedepan karena proyek yang harus kami selesaikan bersama.

Tiarapun mendengus sebelum menanggapi kegalauan sahabatnya itu. "Aelah! Masih tentang si Abizar Belver Permadi nih? Gea ... Gea! 'Kan sudah gue ajarin, gak usah Lo gubris ocehan menyakitkanya. Anggap angin lalu aja."

"Gak mungkin bisa, Ti! Gue pasti bakal terprovokasi sama ocehan kejamnya. Mana besok ada Om Brian sama Tante Lexie pula, tengsin 'kan gue kalau di ocehin aneh-aneh sama Bang Abizar."

Wajah Gea kembali tertekuk sempurna. Kalau mamanya melihat ini pasti dia akan diberi kultum tentang botox!

"Jangan sering mengerutkan dahi, Ge! Nanti garis halus di dahimu muncul bahkan sebelum umur 30 tahun. Kalau sudah seperti itu Kamu harus rajin botox dahi di klinik kecantikan langganan mama," kultum Mama Livy setiap melihat kedua anaknya, Gea dan Luna, mengerutkan dahi.

"Ge, kayaknya gue dapat ide deh?

"Ide? Ide apaan?"

"Lo besok dandan yang sexy deh."

"Dandan sexy? Buat apaan?"

"Ya kali kalau Bang Abizar teralihkan secara visual karena tampilan sexy Lo, dia jadi lupa ngoceh jahat ke Lo!"

Astaga, ide si Tiara somplak banget sih!

"Ti, walau gue telanjang sekalipun, Bang Abizar gak bakal nafsu sama gue! Dendam salah alamatnya itu malah bakal ngebuat dia muntah kalau melihat body bahenol gue."

Sontak Tiara terkekeh mendengar gerutuan Gea. Sahabat gesreknya itu belum tau saja, pria mana sih yang tidak tergoda kalau melihat tubuh wanita secantik dan seindah Gea, ternasuk Abizar. Tiara yakin bisa langsung tekdung tralala kalau sampai Gea telanjang bulat di depan Abizar.

"Gak percaya banget sih Lo sama gue!" gumam Tiara sambil terus terkekeh geli melihat wajah penuh amarah Gea. "Makan burritos Lo aja nih!" Tiarapun menyodorkan sajian makan siang mereka hari itu, spicy burritos kesukaan mereka berdua dan ... Reksa.

Ah, rindu sekali dengan sahabat Kami itu. Huft!

"Jangan manyun terus dong! Nanti cantiknya berkurang 1% loh," goda Tiara.

"Gue bete, Ti! Bete banget! Mana Om Gibran minta gue terlibat langsung membantu Om Brian di proyek ini pula. Artinya gue bakal sering bertemu manusia pendendam salah alamat itu! Bisa stroke usia muda gue!" ujar Gea berapi-api seperti ibu-ibu sedang demo kenaikan gula dan bawang.

Tak ayal Tiara kembali terkekeh mendengar ocehan sahabat gesreknya itu. "Setdah! Ngapain Lo sampai stroke? 'Kan gue sudah ajari, besok Lo pakai baju yang mengundang kenaikan hormon testosteron Bang Abizar! Dijamin gak akan ada kalimat-kalimat pedas selevel mie iblis paling iblis se ibukota. Terus Lo pandangi wajah tampan dan body sexy Bang Abizar. Gue jamin Lo pasti akan menikmati setiap pertemuan kalian," ujar Tiara seraya menaik turunkan alisnya.

Sialan memang sahabat gesrek satu ini! Bisa-bisanya menyuruhku memakai baju yang menggundang kenaikan hormon testosteron si Abizar! Apalagi sambil memandangi wajahnya! Yang ada malah aku diplototin mata elangnya! Makin aneh-aneh saja 'kan ocehan Tiara! Ide yang tidak bermanfaat sama sekali!

"BTW ya Ge, terakhir gue ketemu Bang Abizar dua bulan lalu, setdah ... tambah ganteng aja dia," ujar Tiara sambil membayangkan wajah tampan Abizar. "Em ... kalau dipikir-pikir, Bang Abizar itu selera Lo banget ya? Gantengnya Manly banget!"

Sontak mata Gea melotot sempurna. "Dih, amit-amit. Walau dia setampan Jamie Dorn*n sekalipun, gue sih ogah sama human pendendam salah alamat macam dia."

Tiara semakin terkekeh mendengar ucapan Gea. "Hati-hati mulut Lo! Nanti malah Lo klepek-klepek sama Bang Abizar pula! Lagian Lo gak inget kisah kasih kalian berdua 7 tahun lalu?" goda Tiara sambil menaik turunkan alisnya.

Sontak godaan Tiara membuat Gea memelototinya.

"Jangan pernah melupakan masa lalu, Ge! Jaman Kita masih SMA dulu, kalian berdua 'kan sebenarnya saling C-I-N-T-A," ledek Tiara seraya melafalkan kata 'cinta' dengan irama lagu salah satu band melayu yang hits pada masanya.

Sialan! Kenapa sih Tiara mengungkit masa lalu! "Dasar sahabat gak ada akhlak!"

Tiarapun terkekeh menimpali ketusnya ocehan Gea. "Gue berbicara fakta. Dulu 'kan Kalian memang pernah saling cinta. Namun sayangnya takdir buruk yang menimpa Reksa membuat cinta kalian akhirnya gugur sebelum berkembang. Tampaknya takdir tidak berpihak pada cinta kalian, hehehe."

Sontak dengusan kasar kembali keluar dari mulut Gea. Rasanya dongkol sekali mendengar ocehan sahabat gesreknya itu. Walau kalau dipikir-pikir sih betul juga istilah si Tiara, cinta Gea dan Abizar itu 'Gugur sebelum berkembang'.

Seketika terbesit di sel-sel otak Gea beberapa memori di masa itu. Masa dimana Abizar menjelma menjadi sosok pria yang Gea kagumi, bahkan sedari Gea masih duduk di kelas 5 sekolah dasar.

Bagi Gea, Abizar adalah sosok yang begitu sempurna di masa itu. Catat baik-baik ya! DI MASA ITU! Bukan di masa sekarang!

Di masa itu Abizar selalu memperlakukan Gea dengan manis. Saking dari manisnya, seandainya kadar gula darahnya diukur saat itu, pasti angkanya melonjak tinggi seperti pasien diabetes.

Namun semenjak kejadian yang menimpa Reksa, Abizar benar-benar berubah. Dendam salah alamatnya membuat Abizar berubah menjadi sosok yang kejam di hadapan Gea. Abizar menjadi dingin bagai lemari es, ucapannya sepanas kompor dan sepedas mie iblis level paling iblis di muka bumi setiap kali bertemu Gea.

"Gue gak nyangka dia bisa berubah segitu bencinya sama gue, Ti. Padahal Gue sudah menjelaskan panjang kali lebar kesalahpahamannya."

Seketika mood Gea langsung terjun bebas. Bahkan burritos di hadapannya serasa hambar di lidah.

"Ge ... "

"Hem ... "

"Lo masih sayang ya sama Bang Abizar?" tanya Tiara hati-hati. 7 tahun setelah kejadian yang menimpa Reksa, baru kali ini Tiara berani menanyakan ini pada Gea.

Gea terdiam mendengar pertanyaan Tiara. Dia mencoba menyelami perasaannya sendiri. Selama 7 tahun ini Gea sudah berusaha membuka hati pada beberapa pria, namun entahlah rasanya berbeda dengan perasaannya ketika bersama Abizar dulu. Rasanya tidak senyaman seperti dulu bersama Abizar.

Sejujurnya Gea rindu tatapan hangat Abizar, sapaan lembut Abizar, belaian tangan Abizar, pelukan Abizar, dan segala hal manis tentang Abizar. Namun melihat kesalahpahaman Abizar selama bertahun-tahun padanya, rasanya hampir tidak mungkin apa yang dirindukannya itu kembali ia rasakan.

Kini Abizar begitu membencinya. Gea tentu tidak akan pernah lupa bagaimana semua tingkah dan ucapan kejam Abizar padanya. Bagaimana Abizar membentaknya, bagaimana Abizar mencelanya habis-habisan, bagaimana Abizar mengulitinya dengan kalimat-kalimat yang menyakitkan.

Mengingat semua itu, rasanya dada Gea terlalu sesak untuk menyimpan rasa sayangnya pada Abizar. Bahkan terkadang ada titik dimana Gea merasa menyesal pernah menyukai kakak kandung Reksa itu.

"Gue gak tau, Ti. Ada kalanya gue rindu dengan sikap manisnya, tapi ada kalanya gue menyesal pernah suka sama dia!"

Tiara hanya menganggukkan kepalanya. Dia paham kondisi sahabatnya itu.

"Ya Lo bayangin aja deh, Ti. Gimana kejam dan kejinya omongan si Abizar ke gue setiap kali kami bertemu. Mulutnya jahat banget 'kan? Kelakuannya juga iblis banget ke gue. Kalau ingat semua itu, rasanya gue menyesal pernah suka sama dia."

"SAMA! Gue juga menyesal, bahkan amat sangat menyesal karena pernah suka sama Lo," terdengar suara bariton dari arah belakang kursi Gea dan Tiara. Dua perempuan cantik itupun serempak menoleh ke arah sumber suara.

Abizar?

DEGH!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status