- Flashback ON -
Tiara tampak panik ketika membaca pesan yang baru saja masuk di layar ponselnya. "Ge, si Reksa tertabrak mobil."
"Tertabrak Mobil? Dimana? Dan bagaimana kondisinya sekarang?" Sontak Gea tak kalah panik dari Tiara.
Siang itu Gea dan Tiara sedang menikmati lemon cake di salah satu cabang Alina Gump, kedai cake dan kopi milik Tante kesayangannya, Audrey. Mereka sedang menunggu kedatangan Reksa. Namun betapa kagetnya ketika Tiara mendapat kabar bahwa salah satu sahabatnya itu tertabrak mobil ketika hendak menyebrang.
"Di depan lapangan basket dekat komplek sekolah. Abang gue kebetulan baru kelar main basket di situ, jadi dia menyaksikan langsung kejadian itu. Sekarang Reksa sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Permai Utama."
Rumah Sakit Permai Utama? Bukannya itu Rumah Sakit milik Tante Shabina, sahabat Tante Audrey? Baguslah, berarti tidak jauh dari sini. Jadi aku dan Tiara bisa segera menyusul Reksa.
"Menurut kabar dari abang gue, Reksa masih dalam kondisi tidak sadar," ujar Tiara dengan penuh kepanikan.
Ya Tuhan, semoga Reksa tidak kenapa-kenapa. Semoga dia baik-baik saja.
Padahal baru saja sebulan lalu mereka lulus SMA. Dua minggu lagi mereka akan berangkat ke negara tempat kampus mereka masing-masing. Gea ke Amerika, Tiara ke Jerman, dan Reksa ke Inggris.
Rencananya hari ini ketiga sahabat itu akan menghabiskan waktu bersama sebelum mereka berpisah karena harus melanjutkan kuliah di tempat yang berbeda. Namun ternyata takdir berkata lain.
Gea dan Tiarapun bergegas beranjak dari tempatnya dan segera berlari ke arah Audrey yang kebetulan saat itu sedang melakukan pengecekan stock di kedai Alina Gump.
Gea meminta Audrey untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Reksa dilarikan sesaat setelah kejadian naas itu. Kebetulan Gea dan Tiara hari itu sama-sama diantar sopir. Karena rencananya mereka akan pergi dengan menggunakan mobil Reksa. Apadaya takdir sedang tidak berpihak pada mereka.
"Untuk apa Kita ke Rumah Sakit milik keluarga Shabina?" tanya Audrey kebingungan. Apalagi melihat Gea dan Tiara yang tampak panik. Tentu hal tersebut membuat istri Gibran Maharsa Adinata itu semakin bingung.
"Reksa kecelakan, Tante."
"Ya Tuhan. Ayo Kita segera ke sana!" Audreypun bergegas mengantar Gea dan Tiara menuju ke Rumah Sakit milik sahabatnya itu.
Setibanya di rumah sakit, Reksa sudah berada di dalam ruang operasi. Kecelakaan itu membuatnya terkena Spinal Cord Injury sehingga Reksa harus segera menjalani operasi untuk menyelamatkan susunan saraf pusatnya.
Operasi berlangsung sekitar lima jam. Kondisi Reksa sedikit membaik jika dibandingkan dengan kondisinya sebelum operasi dikerjakan. Namun dia masih belum juga sadar.
Kerusakan pada sistem sarafnya cukup fatal. Bahkan Gadis cantik itu sempat koma selama beberapa hari. Hal ini tentu menciptakan kesedihan untuk semua orang yang menyayangi Reksa, termasuk dua sahabatnya, Gea dan Tiara.
Setiap hari Gea dan Tiara selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi Reksa. Menanti sahabat mereka itu sadar dan kembali ceria seperti sebelumnya.
Namun terjadi suatu hal yang tidak terduga di hari ketiga Reksa mengalami koma. Tidak ada angin, tidak ada hujan, dan tidak ada badai maupun tsunami, tiba-tiba satu-satunya saudara kandung Reksa, Abizar Belver Permadi, tampak begitu murka pada Gea.
"Ini semua karena Lo, Ge!" geram Abizar. "Sampai terjadi sesuatu dengan Reksa, gue pastikan Lo akan menyesel seumur hidup Lo!"
Salahku? Yang nabrak 'kan bukan Aku? Lalu kenapa jadi salahku?
"Salah Aku apa, Bang?" tanya Gea kebingungan.
"Salah Lo? Lo masih tanya?" Abizar menggeratakkan gigi gerahamnya. "Pergi Lo! Jangan pernah muncul di hadapan keluarga Kami lagi!"
Lah, memangnya salahku apa sampai Bang Abizar mengusirku?
"Gue bilang PERGI!" gertak Abizar pada Gea.
Asataganaga, kenapa Bang Abizar seperti orang kesetanan gini sih?
"Ge, ayo pergi!" bisik Tiara ketakutan. Daripada kakak sahabatnya itu semakin mengamuk, Tiara yang saat itu juga datang bersama Gea, segera membawa Gea pergi.
Sejak saat itu Gea tidak pernah bertemu lagi dengan Reksa. Abizar menutup semua akses Gea untuk bertemu dengan sahabatnya itu.
Bahkan ketika Reksa hendak dirujuk ke salah satu rumah sakit di Jepang tepat dua minggu setelah Reksa sadar, Gea tetap tidak diizinkan bertemu oleh Abizar.
Gea hanya bisa menangis melihat kerasnya hati abang dari sahabatnya itu. Padahal Gea sudah berusaha menjelaskan kondisi yang sesungguhnya. Menjelaskan kesalahpahaman Abizar padanya. Namun Abizar tidak bergeming.
Gea hanya bisa melihat dari jarak jauh, bagaimana Reksa yang terbaring lemah dipindahkan ke ambulance yang akan membawanya menuju bandara untuk proses rujukan ke negeri sakura. Reksa harus menjalani pengobatan di Jepang untuk menyembuhkan kelumpuhan pada kedua kakinya akibat kerusakan pada sistem sarafnya.
Kini 7 tahun berselang. Semua akses komunikasi dengan Reksa masih tertutup. Kabarnya Reksa juga masih stay di Jepang untuk pemulihan.
Menurut kabar dari salah satu kerabat dekatnya, walau fungsi sensorik kakinya kini sudah kembali sempurna, namun fungsi motorik kedua kaki Reksa masih juga belum membaik. Hal itu yang membut Reksa mengalami depresi berat. Hal itu juga yang membuat Abizar masih belum bisa menghilangkan kemarahannya pada Gea.
"Kemungkinannya hanya 30% untuk Reksa bisa kembali berjalan. Artinya, besar kemungkinan dia memang akan di kursi roda selama sisa hidupnya," ujar salah satu dokter yang merawat Reksa.
Mendengar kenyataan itu, awan mendung menyelimuti keluarga besar Permadi. Edgar dan Thabita, kedua orang tuanya, tidak mampu lagi membendung air mata. Membayangkan betapa malangnya nasib anak gadis mereka.
Begitun Abizar. Rasa sedihnya menjadi berkali-kali lipat ketika melihat takdir buruk yang menimpa sang adik. Gadis cantik kesayangannya itu kini tak lagi seceria dulu, dan ... mungkin memang tidak akan pernah lagi seceria dulu.
Karena takdir buruk yang ditimpa sang adik itulah, Abizar bertekad, dia akan membuat Gea merasakan level kesakitan yang sama seperti yang adik kesayangannya rasakan, namun tentu dalam kemasan kesakitan yang berbeda.
- FLASHBACK OFF -
"Kenapa Lo bermuram durja, Ge?" suara Tiara memecah lamunan Gea. Siang ini Gea memilih makan siang bersama Tiara di restoran Mexico favorit sahabatnya itu.
"Gue lagi bete, Ti."
"Why? Perasaan gincu matte sama pallete eye shadow Lo laku keras deh. Apalagi gincu velvet sama mascara anti badai Lo. Pasti Lo dapat keuntungan berkali-kali lipat 'kan? Lalu apa gerangan yang membuat Lo bermuram durja seperti ini wahai Gea Liberty Kiswoyo?"
Gea menghembuskan nafasnya dengan kasar. Mengumpulkan kekuatan untuk menjawab pertanyaan sahabat gesreknya itu. "Besok gue harus bertemu Bang Abizar."
"Bang Abizar? Abizar Belver Permadi?"
"Yes he is. Proyek hotel Adinata di Bali akan dipegang human satu itu." Membayangkan bertemu Abizar besok saja sudah membuat moodku terjun bebas, apalagi membayangkan harus sering bertemu dengannya untuk beberapa bulan ke depan demi mega proyek ini. Bisa-bisa aku depresi akut!
"Aelah, ternyata perkara ketemu Bang Abizar yang ngebuat Lo bermuram durja. Gak usah diambil pusing kali! Lo juga sudah biasa didendamin salah alamat sama human satu itu 'kan? Jadi woles aja lah! Anggap aja angin lalu semua kelakuan dingin dan ocehan pedasnya."
Ah, mana bisa? Aku pasti terprovokasi dengan kelakuan dan ocehan Abizar.
Setelah menunggu 10 menit, akhirnya burritos kesukaan Gea dan Tiara sudah tersaji di meja. Kedua gadis cantik itupun segera menikmati sajian makan siang mereka. Sesekali Tiara menceritakan beberapa hal. Mulai dari pekerjaannya, sampai beberapa fashion item terbaru dari brand favorite mereka, namun ... sepertinya Gea kurang antusias mendengar ceritanya. "Ge ... " "Hem ... " "Hari ini Lo gak asik deh!" protes Tiara sambil memajukan bibirnya 5cm. "Lo diam mulu daritadi. Kesel banget gue jadinya!" Gea yang mengajak makan siang bersama, eh malah Gea sendiri yang tampak tidak berminat. Dasar jiwa-jiwa jomblo labil! "Sorry, Ti," Geapun merasa bersalah pada sahabat gesreknya itu. "Gue masih kepikiran besok. Bayangin deh, gue harus ketemu Bang Abizar, di meeting resmi pula. Gimana ya jadinya nasib gue besok?" Bete sekali kalau mengingat jadwal pertemuan besok. Apalagi membayangkan human satu itu akan gentayangan di kehidupanku dalam beberapa bulan kedepan karena proyek yang harus kami s
Sebuah range rov*r hitam berhenti di lobby utama kantor pusat Adinata Group. Tampak seorang wanita cantik dengan kemeja satin berwarna hitam yang dipadukan dengan celana berwarna senada keluar dari mobil itu. Dia melenggang ke arah lift khusus para petinggi Adinata Group. "Selamat Pagi, Nona Gea," terdengar suara dari arah belakang Gea. Suara yang sangat dia hafal, suara yang sudah didengarnya sejak masih bayi. Suara bariton Sang CEO Adinata Group. "Selamat Pagi, Pak Gibran," balas Gea seraya menyunggingkan senyumnya. "Hari ini cantik banget sih ibu direktur pengembangan bisnis Adinata Group," terdengar suara yang juga tidak kalah familiar dengan suara Gibran. Ya ... siapa lagi kalau bukan, Audrey Liliana White, istri tercinta Gibran. "Cantikku setiap hari kali, Te," ujar Gea seraya menyelipkan beberapa anak rambutnya di belakang telinganya. "Tiap hari memang cantik, tapi hari ini cantik banget, bukan sekedar cantik seperti hari-hari yang lain," gumam Audrey seraya memindai penamp
Setelah memastikan penampilannya sudah paripurna dan file untuk meeting siang ini sudah matang, Gea bergegas berjalan ke meja sang asisten, Fanny. "Let's go, Fan. Kalau sampai Kita terlambat, bisa dipastikan lahar panas akan meluncur dari mulut Bapak Abizar yang terhormat," ujar Gea yang melenggang dengan anggun menenteng The Lady Di*r Bag hitamnya. Fanny, hanya terkekeh mendengar ucapan bossnya itu. Sudah menjadi rahasia umum jika Abizar sangat galak, bahkan cenderung kejam pada Gea. Catat baik-baik ya! HANYA PADA GEA! Abizar memang tegas, namun biasanya dia masih sopan dalam menunjukkan ketidaksukaannya pada sesuatu ataupun seseorang, kecuali pada Gea. Sebenarnya Fanny penasaran dengan penyebab kekejaman Abizar pada boss cantiknya itu. Tapi dia tidak berani bertanya. Em ... terlalu pribadi sepertinya. "Kamu ikut mobilku saja, Fan. Lumayan kita bisa sambil bergosip." "Siap laksanakan Bu Boss, hehehe." Gea memang cukup dekat dengan asisten kesayangannya ini. Ketika sedang bekerj
Kedua tim menikmati makan siang terlebih dulu sebelum berdiskusi tentang mega proyek mereka di Bali. Sesekali Abizar tampak menatap ke arah Gea. Bukannya Gea tidak tau, tapi lebih tepatnya dia memilih tidak peduli.Di lain sisi, Abizar sedang berusaha melenyapkan semua pikiran kotor yang tiba-tiba muncul ketika melihat Gea datang dengan gincu merahnya.Sial! Bibir ranumnya damage sekali untukku. Lagian kenapa dia harus menggunakan lipstick merah merekah seperti itu sih? Belum lagi leher jenjangnya. Astaga! Aku bisa hilang kendali jika terus seperti ini.Abizar terus berusaha mengendalikan lonjakan hormon testosteronnya. Pria tampan itu mencoba tidak menatap bibir dan leher Gea. Namun entahlah, rasanya dua area itu menjadi magnet tersendiri bagi mata Abizar."Warna lipstickmu sexy sekali hari ini," bisik Lexie."Makasih, Tante. Ini ide Tante Audrey," balas Gea yang juga berbisik."Ide Bu Audrey sepertinya berhasil.""Berhasil? Maksud Tante?" tanya Gea kebingungan."Sedari tadi Pak Abiz
"Devisi pengembangan bisnis rasanya juga tidak perlu ikut ke Bali. Cukup devisi operasional dan Tim dari Adinata Properties," ujarku meniru cara Tante Lexie menolak secara halus untuk ikut serta pada survey lapangan ke Bali. Lagipula malas sekali harus ke Bali dua hari bersama Abizar. Cuih! Bisa-bisa aku jadi bulan-bulanan si pendendam salah alamat itu."Mungkin untuk devisi keuangan tidak masalah jika tidak ikut. Kita bisa mendiskusikan masalah keuangan setelah survey dari Bali. Namun untuk devisi pengembangan bisnis, Saya rasa lebih baik ikut, Bu Gea," ujar Wahyu, salah satu Tim Abizar yang lain.Gea sontak mengerutkan dahinya. Hal ini sepertinya bisa dibaca oleh anggota rapat yang lain."Mohon maaf jika kurang berkenan, Bu Gea. Namun Saya rasa devisi anda memang harus ikut untuk melihat lokasi di sekitar mega proyek kita ini. Saya dengar masih banyak lahan kosong di sekitar proyek Kita ini. Saya rasa bisa menjadi peluang bisnis yang lain untuk Adinata Group terutama Adinata Propert
Seminggu berlalu dari meeting antara Adinata Group dengan PT Jaya Nuansa Permadi. Gea baru saja memasukkan pakaiannya ke koper untuk perjalanan bisnisnya ke Bali besok.Tak lama dia segera turun ke lantai satu rumah keluarga Adinata. Sudah ada papa dan mamanya yang sedang menunggunya untuk makan malam. Sedangkan Luna, sang adik, sedang makan malam bersama sahabat-sahabatnya di restoran barunya yang dia rintis bersama tante kesayangan mereka, Audrey."Besok berangkat ke Bali jam berapa, Kak?" tanya Livy pada anak sulungnya itu."Pesawat jam 9 pagi.""How long di Bali?" kini giliran Nathan yang bertanya."Dua hari," jawab Gea tidak antusias.Ya ... ini adalah perjalanan bisnis yang paling tidak dia harapkan selama dia berkarir di Adinata Group. Apalagi kalau bukan karena Abizar si pendendam salah alamat yang juga ikut dalam perjalanan bisnis kali ini.Tak banyak percakapan antara Gea dan kedua orang tuanya malam ini. Selesai makan malam, Gea segera beranjak ke teras rumah mewah itu.Gea
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, dan tidak ada tsunami, tiba-tiba Abizar sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Gea pagi-pagi buta. Sejujurnya tidak hanya Gea, bahkan Nathan dan Livy juga terkejud. Apalagi ketika mengetahui kedatangan Abizar kali ini untuk menjemput Gea. Ternyata anak dari salah satu sahabat mereka itu hendak mengajak Gea berangkat bersama ke bandara pagi ini."Tante sudah membuatkan kopi kesukaanmu. Ayo diminum dulu!" ujar Livy seraya menyajikan kopi buatannya."Terima kasih, Tante Livy," balas Abizar yang kemudian menikmati kopi buatan mama mantan cemcemannya itu.7 tahun lalu Abizar cukup sering datang ke rumah ini. Dan kopi racikan Livy merupakan salah satu minuman favoritnya. Biasalah, resep contekan dari Audrey si pengusaha cafe, hehehe.Sambil menunggu Gea selesai bersiap, Abizar berbincang santai dengan Nathan dan Livy. Rasanya seperti baru kemarin setiap akhir pekan dia ke rumah ini untuk melepas rindu dengan Gea sambil menikmati secangki
"Kenapa abang tiba-tiba menjemputku pagi ini?" tanya Gea tanpa basa-basi."Untuk memastikan Kamu benar-benar ikut hari ini ke Bali."Dih, kenapa Abizar obsesi sekali membuatku ikut ke Bali? Sampai-sampai dia harus menjemputku segala. Sepertinya dia memang merencanakan sesuatu selama di Bali nanti. Aku benar-benar harus awas dan waspada dangan pria ini!Tak lama seorang pramugari sudah menyajikan sarapan pagi kedua anak Konglo itu. Keduanya sama-sama khusyu' dengan makanan mereka masing-masing, sampai akhirnya ...."Ck, bulan depan sudah umur 25 tahun, tapi makan aja masih blepotan, gumam Abizar seraya membersihkan salah satu sudut bibir Gea.DEGH!Jantung apa kabar Jantung? Kok detaknya kencang sekali? Aelah ... baru juga diseka sudut bibirnya. Jangan norak deh, Jantung!Tapi bentar deh, apa Kata Abizar barusan? Bulan depan sudah umur 25 tahun? Setdah, dia ingat tanggal ulang tahunku?Geapun tersipu malu. Jantungnya kembali kebit-kebit tidak karuan. Ya ampun, gini ini yang membuat sul