"Pak?" Aku mengetuk pintu memasuki ruangan pria yang beberapa jam lalu bertengkar dengan istrinya. Apa yang kuhadapi di kantor ini sudah tidak kondusif meski sebenarnya aku tidak terlalu peduli. *Aku ingin memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk berpikir dengan jernih, sekaligus melangkah keluar dengan integritas. Jika aku bertahan orang-orang akan menilaiku tidak tahu malu, memberi mereka alasan bahwa aku benar-benar berselingkuh dengan Tuan Ghazali juga, juga membenarkan mereka untuk menghinaku. Jadi, kukemasi barang-barangku ke dalam kotak, mematikan komputer dan mengumpulkan berkas, lalu memasukkannya ke kotak yang sama. "Ada apa Mbak? Mau kemana?" Seorang wanita terlihat heran, kenapa aku berkemas-kemas. "Saya harus pergi dari tempat ini.""Kenapa?""Lebih baik saya mundur daripada ...kau tahu kan, Nyonya Valerie tidak menyukai kehadiran saya, terlebih saya adalah asisten suaminya. Kamu juga pasti sudah dengar isu yang beredar di kantor ini kan?""Aku dengar tapi aku t
"Perbuatan yang mana?!' tanya Nyonya Valeri dengan santainya. Seakan dia lupa kalau kemarin dia menganiaya diri ini Dan hampir melenyapkan nyawaku. "Akan kutelepon ayahku sekarang dan kuberitahu apa yang telah kau lakukan. Ia pasti akan sangat marah jika seorang CEO yang dia banggakan melakukan perbuatan rendahan!""Tunggu apa maksudmu!' Valerie panik, dia segera merampas ponsel Tuan Ghazali dari tangan suaminya. "Akan ku beritahu kalau kau memukuli dan hampir menguburkan Arimbi hidup-hidup!""Ayah tidak akan marah karena itu! Dia tahu kalau aku sangat membencinya dan bagaimana sepak terjang wanita ini. Seharusnya kalau Arimbi punya malu dia sudah lama mengundurkan diri mengingat ia telah menerima uang dari ayahmu.""Uang itu tidak ada pada Arimbi! Uang itu ada padaku!" Tuan gak saling berbohong untuk membela diri ini di muka istrinya. Wanita itu semakin meradang saja, nafasnya memburu naik turun dengan jelas. "Kau jangan keterlaluan Mas! Apa kau benar-benar akan memilih wanita itu
Dendamku bertumpuk, setelah menghancurkan keluarga dan melenyapkan nyawa orang yang kucintai. Wanita itu memukuliku, menyebarkan gosip, selalu mencurigaiku dan sekarang memfitnahku sebagai pencuri. Ditambah kemarin dia hampir menguburkanku hidup-hidup. Sekarang aku akan menjawab perbuatannya, aku akan membuat dia membayar dengan cara yang lebih keji lagi. *"Kudengar kau berpengalaman dalam bidang ini?" Aku bertemu seorang pria yang berprofesi sebagai escort, gig0l0 pemuas nafsv wanita. Dia cukup tampan, terkenal di kalangan sosialita dan berpenampilan menarik. Selain itu dia terlihat seperti seorang pebisnis yang begitu meyakinkan. Tampilannya rapi, tatanan rambut dan bau parfumnya juga berkelas. "Ya, aku berpengalaman. Tapi siapa targetnya?!'"Wanita ini!" Aku menyodorkan amplop berisi foto Valeri yang sedang duduk di ruang kerjanya. Wanita itu tampak sangat berkarisma dengan perhiasan berlian yang ia kenakan. "Bukankah ini adalah Valeri Sanjaya.""Iya.""Berapa bayarannya.""
Wanita itu salah perhitungan ingin menyakitiku, tapi akan kuikuti alur permainannya dan kubiarkan dia bersenang-senang. Mungkin dia ingin membunuhku tapi aku tidak akan dipatahkan oleh ancaman dan sedikit kesakitan. "Jadi kau ingin membunuhku sekarang?!""Aku akan melakukan, akan kucor mayatmu di balik di dinh, sehingga tidak akan yang menyadari kalau aku membunuh seseorang.""Kalau begitu tunggu apa!""Aku akan memberimu harga betapa sakitnya konsekuensi menggoda suami orang!" Wanita itu mendekatkan wajahnya sambil tertawa tapi aku yang membencinya, mengingat betapa sakitnya kematian suamiku langsung meludahi wajah wanita itu sembari menghantamkan kepalaku ke hidungnya.Gubrak!Wanita itu terjengkang, jatuh menabrak tumpukan papan yang tergeletak di lantai, hidungnya berdarah, ia menjerit, salah satu pria yang memegangiku sigap menolongnya, membantunya berdiri dan memberinya sebuah sapu tangan untuk mengelap darah dari hidungnya. "Pukuli dia, masukkan dia ke dalam bak mandi dan tu
Melihat Valeri menangis, melihat Tuan Ghazali dan Tuan Sanjaya saling bersitatap dengan netra yang berkobar atas kemarahan masing-masing aku berinisiatif untuk kembali memanaskan suasana. Alih-alih diam saja dan bersikap lemah seperti seorang gundik, aku memutuskan untuk bermain drama. "Pak Ghazali... Sebaiknya Anda dengarkan perkataan ayah anda. Toh saya dan Anda tidak berpacaran. Hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Mendengarkan istri dan ayah anda!""Ada apa denganmu? Aku sudah meyakinkanmu bahwa semua ini akan berhasil. Aku juga sudah tidak tahan lagi dengan pernikahan penuh sandiwara ini!""Sandiwara apa Mas!" Wanita itu sontak terdiam sambil mengusap air mata. "Apa maksudnya, aku dan kamu menjalani pernikahan penuh kepura-puraan?" Wanita berambut sebahu itu kembali bertanya pada suaminya dengan heran. "Kau dan aku sudah lama tidak akur. Kita tak lagi bahagia dan saling mencintai, tidak ada lagi percakapan sehat atau sentuhan yang menyenangkan. Aku sudah tidak tahan
Aku keluar sambil menggebrak pintu ruangan Nyonya Valeri dengan marah, begitu melihatku muncul dari sana para pegawai yang sedangs sibuk dengan tugasnya memperhatikanku.Mereka semua memandangku seakan ingin mengkonfirmasi isu yang sedang terjadi. "Kenapa??!" Aku mendengus dengan kesal sambil mengedarkan pandangan tajam. "Apa yang kalian lihat!" Aku tidak bisa mengendalikan kemarahanku tapi untungnya mereka tidak menanggapiku. "Sialan!" Aku menggeram lalu kembali ke mejaku. Aku mulai merasa bahwa wanita itu sedang mengacaukan dan ingin menyingkirkanku. Aku tahu bahwa dia tidak akan tinggal diam melihat sinyal bahaya dalam rumah tangganya, terlebih aku dan Tuan Ghazali makin hari makin dekat saja. Wanita itu jelas melihatku tapi sebagai saingan yang akan menghancurkan hidupnya, hingga dia merasa penting untuk menyingkirkanku. Tapi aku tidak akan berhenti, semakin ia berusaha untuk membuatku menjauh, aku akan semakin dekat dan nekat. Sebelum ia mengatur langkah untuk membuat renca