Share

6

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-07-03 20:54:46

Gaun merah itu masih terlipat rapi di dalam kotak, ada tas cantik dengan untaian mutiara sebagai talinya, juga sepatu dari brand mewah. Lelaki itu menghadiahkan segalanya dengan romantis sementara satu lantai di atas kami ada istrinya yang sedang sangat butuh perhatian dan kehadiran suaminya.

Bila wanita tahu tentang hadiah dan ucapan Tuan Ghazali, dia pasti akan menyeret dan melemparku ke neraka. Tapi di sisi lain aku akan bersenang-senang melihat kemarahannya, aku menuangkan anggur dan menikmatinya di atas kecemburuan dan keresahan hati Valerie. Aku tidak akan menyimpan semua ini tapi aku akan memamerkannya.

Lihat saja.

"Terima kasih Tuan. Kalau begitu saya akan kembali ke meja."

"Ok."

Aku tersenyum lalu mengambil kotak itu, tak panjang percakapan dan tak perlu banyak penolakan yang kuberikan sebab gaun itu sangat mahal, kalau aku tidak memakainya aku sisa melelangnya dan mendapatkan uang yang banyak dari itu. Sebuah rezeki tidak boleh ditolak, alih-alih ditolak lebih baik dimanfaatkan.

"Apa itu?" Rudi yang baru saja datang dan menghidupkan laptopnya terlihat terkejut melihat kotak merah dengan pita berwarna putih itu.

"Tebak siapa yang memberikannya padaku?"

"Oh pria itukah?"

"Uh-hmm."

"Kau beruntung!" Temanku memukul bahuku dengan tawa gembira, aku mendelik padanya karena dia selalu kebiasaan memukul orang saat senang, dan dia segera minta maaf.

"Ups, sorryy...."

"Kalau kau lihat gaunnya kau akan mati... Dia sangat cantik dan mewah."

"Aku yakin kau akan terlihat seperti ratu saat memakainya."

"Tentu saja," bisikku perlahan,sebenarnya aku pura-pura berbisik, tapi sengaja memperdengarkan suaraku pada orang lain agar berita tersebut sampai ke telinga nyonya Valerie. Di dalam divisiku ada satu perempuan yang suka sekali mencari muka dan mengadu domba para staf yang berseberangan pendapat dengannya. Aku yakin, gadis muda bernama Cindy itu akan segera melapor kepada nyonya besar.

"Hei, kau! Hati-hati saat bicara Cindy akan bicara pada nyonya besar!"

"Memang itu keinginanku!"

"Emang kamu nggak capek dipanggil terus?"

"Aku bersenang-senang di atas kemarahannya!"

"Tapi tuanmu itu tidak selalu ada untukmu. Bagaimana kalau dia kebetulan rapat di luar dan tidak ada yang menyelamatkanmu?!"

"Bukankah kau akan ada di sini?"

"Tapi aku tidak bisa naik ke lantai 5 dan langsung merangsek ke ruangan nyonya Valerie. Apa kau gila!" Sahabatku mendelik lagi sementara aku tergelak dengan senang.

*

Seperti yang kuduga, berita hadiah yang diberikan oleh tuanku terdengar oleh wanita itu. Terbukti saat kami sedang rapat dengan tim manajemen wanita itu selalu melirik ke arahku dan menatapku dengan tajam. Aku yang selalu duduk di belakang suaminya sebagai asisten dan pencatat, terlihat begitu dibenci olehnya. Setiap kali ia curi pandang dan kami bertemu tatapan, wanita itu selalu mencengkeram tangan dan melotot ke arahku.

Seolah dia ingin memamerkan dominasi dan membuatku ketakutan. Sayangnya aku tidak takut sama sekali.

"Baiklah, terima kasih semuanya!" Tuan Ghazali mengakhiri rapat, lalu menyalami para manajernya dengan senyum lebar. Presentasi laba pada kuartal awal membuat lelaki itu tersenyum bahagia dan bersyukur bahwa penjualan ribuan set perhiasan mengalami progres yang bagus.

"Temui aku di ruanganku!" Desis wanita itu saat dia mendekat ke arahku.

"Maaf saya tidak bisa. Saya harus ikut dengan tuan untuk memeriksa grand opening toko yang baru dibangun."

"Aku adalah direktur utama di sini! Apa kau ingin membantahku?!' sekali lagi wanita itu berbisik, berusaha agar suaminya tidak mendengarnya. Tapi lelaki itu segera melirik ke arahku dan melihat Valeri tengah mendesis ke arah diri ini.

Mengetahui sinyal dari tatapan mataku, pria itu segera paham kalau aku sedang terancam. Jadi seperti biasa Tuanku adalah malaikat penolongku, ia segera memanggil dan memintaku mendekat.

"Arimbi kemarilah!"

"Siap tuan!"

"Tunggu aku ingin bicara sesuatu pada asistenmu!'

"Kau butuh sesuatu?!' tanya Tuan Ghazali dengan nada yang sedikit tinggi.

"Iya! Benar!"

"Minta pada asistenmu sendiri, aku sedang membutuhkan asistenku," balas pria berstatus suami yang sudah menikahinya selama 15 tahun itu.

"Mas! Kenapa kau selalu membuatku dipermalukan, even, itu di hadapan asistenku sendiri. Tidak bisakah kau bersikap baik? Emang apa salahnya kalau aku sesekali membutuhkan bantuan asistenmu. Bagaimana pun dia juga bekerja di kantor ini dan aku adalah atasannya!"

Tuan Ghazali hanya menggelengkan kepala sambil berkali-kali mengusap wajah.

"Akan kuizinkan dia menemuimu setelah menyelesaikan pekerjaannya denganku!" jawabnya.

"Ayo Arimbi!" Lelaki itu memberi isyarat dengan dagunya agar aku segera keluar dari pintu utama ruang rapat.

"Iya Pak." Aku mengangguk penuh hormat lalu berjalan melewati nyonya Valerie.

"Awas kau ya... aku tidak akan melepaskanmu." bisik wanita itu yang hanya terdengar olehku, sambil dia tersenyum kepada suaminya.

Dasar psikopat, dia bersikap manis dan kejam dalam satu kesempatan.

Sekitar 1 jam aku dan Pak Ghazali berada di ruangan beliau, kami menyusun rencana kegiatan untuk rapat di luar kota, juga beberapa hal yang harus dilakukan pria itu kepada kliennya. Aku mencatatnya dengan baik dan mengerjakan tugas-tugasku dengan serius.

Begitu menyelesaikan semuanya aku kembali ke ruangan kerja, melewati lorong panjang di mana ada dapur dan ruang yang diperuntukkan untuk istirahat para staf. Tiba-tiba dua orang menarikku dan menyeretku, memaksa diri ini untuk ikut dengan mereka ke balkon lantai 5.

"Hai apa-apaan ini lepaskan aku!"

"Ikut saja karena nyonya ingin bertemu denganmu!"

"Tapi aku masih ada pekerjaan!" Dua orang itu membawa aku ke balkon di mana Nyonya Valerie sedang menghisap rokok dan menunggu kehadiranku.

Melihatku datang wanita itu hanya tersenyum sinis lalu menginjak kotak merah pemberian Tuan Ghazali pagi tadi.

"Astaga wanita itu mengambil gaunku," batinku.

Brak! Aku didorong dengan kasar dan terjerembab di lantai tepat di bawah kaki Nyonya vallerie.

"Jadi kau dapatkan hadiah ini dari suamiku?!"

"Nyonya... Itu adalah pemberian dari tuan. Saya tidak bisa menolaknya!"

"Oh ya?" Wanita itu mendekat, menghisap kembali batang rokok filter lalu menghembuskan asapnya ke wajahku. Aku terbatuk dan tersengal oleh asap pekat itu.

"For your information... Gaun yang diberikannya padamu adalah gaun impianku. Aku tidak mengerti kenapa suamiku memberikan hal yang sangat kuimpikan pada wanita lain. Apa menurutmu ini masih kebaikan bos pada karyawannya ...atau sebuah sikap yang romantis?!'

"Mana saya tahu!"

Plak!!

Wanita itu menamparku dengan sangat kencan, aku terhenyak sambil memegangi pipiku yang terasa panas dan perih. Satu tanganku memegang wajah dan satu lagi menopang tubuhku di lantai tapi tiba-tiba wanita itu menginjak tanganku dengan sepatu hak tingginya yang tajam. Aku menjerit kesakitan dan menangis.

Bukan tidak mampu aku membalasnya tapi aku sengaja mengalah agar bisa memperlihatkan bekas perbuatannya pada Tuan Ghazali.

Wanita bodoh ini... sekalipun dia membawa staf dan bodyguard untuk menyiksaku, ia tetap wanita tolol yang tidak memperhitungkan langkahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   68

    Berhubung Valerie memutuskan untuk vakum dari dunia bisnis demi fokus mengurus Kevin, aku dipanggil ibu mertua dan diajak bicara olehnya. Wanita yang selalu memandangku dingin dan bicara seperlunya itu tiba-tiba mengajakku minum teh."Kau betah dengan posisi manajer bayangan?""Apa maksud ibu?" " aku tahu secara teknis kau belum diangkat sebagai apapun semenjak berhenti jadi asisten Ghazali tapi kau mengatur segalanya, mengambil alih tugas banyak orang dan kurasa itu merepotkan."" tidak juga, saya berusaha melakukan yang terbaik, dan semua yang terjadi sudah atas bimbingan suamiku."" Bagaimana kalau kau kuberikan posisi strategis yang akan membuatmu puas dan bahagia.""Apa itu?""Direktur perencanaan dan strategi!"Aku terkejut mendengarnya aku nyaris melompat bahagia Tapi aku berusaha mengendalikan diriku. Kupandateg Nyonya Reiko tanpa berkedip sedikit pun sementara dia hanya menganggukkan kepalanya dengan tatapan tegas." hanya yakin Bukankah itu posisi yang sangat penting dan

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   67

    "Arimbi!" Melihatku berdiri mematung dan salah tingkah di antara para pelayat dan orang-orang yang memperhatikan ibu mertua segera mengambil peran, dan memberiku isyarat dengan anggukan kepalanya. "Pergilah ke dapur, lihat persiapan para pelayan dan catering. Kita harus menjamu tamu minimal menyiapkan minuman.""Baik Nyonya." Aku mengangguk lalu merapikan kerudung dan beranjak ke dapur. Saat melewati bibi dan keluarga suamiku, wanita-wanita elit itu memandang diri ini dengan sinis, tapi aku tidak membalas, hanya memberikan gestur hormat dengan menundukkan kepala pada mereka. "Itu siapaa?""Bininya Ghazali." Tante dengan kerudung merah memandangku dari atas ke bawah aku hanya tersenyum tipis dan beranjak perkahan. "Cantik ya.""Iya tapi licik." Suara bisikan itu terdengar sumbang di telinga, tapi aku berusaha menyadarkan diri sambil mengelus dada, dalam kondisi hamil dan berduka seperti ini kesabaranku sedang diuji habis-habisan, namun aku harus pandai mengendalikan diriku. "N

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   66

    Suasaba di ruang ICU makin mencekam, bunyi mesin seakan berlomba, saturasi oksigen makin menurun dan detak jantung Alisa melemah. Aku menggenggam tangan anak sambungku dengan air mata berderai sembari memohon pada Tuhan agar Dia menyelamatkannya. "Tuhan jangan hari ini...aku belum sanggup kehilangan anak lagi, belum satu tahun aku bersamanya tapi ini malah terjadi," Bisikku sambil mengusap air mata. "Alisa..." Aku membisikan nama Gadis itu di telinganya lalu mulai mengucapkan syahadat dan dzikir dzikir pendek yang mungkin bisa didengarkan olehnya. "La ilaha illallah...." terus aku ulangi kalimat itu di telinganya sambil berusaha menguatkan hati dan berdoa semoga suamiku bisa tiba secepatnya di rumah sakit dan berpamitan dengan putrinya. Di sisi lain, dua orang asisten Valeri terus berusaha membangunkan wanita yang masih terkulai di pangkuan pembantunya itu. "Nyonya bangunlah..." salah seorang asistennya nampak begitu khawatir dia mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   65

    Aku tak peduli pada keramaian lorong Rumah Sakit Begitu tiba di sana, aku melompat dan langsung berlari mencari ruang ICU di mana anak sambungku sedang dirawat. Baru saja tiba di ujung koridor Valeri langsung berdiri, menyambut kedatanganku wanita itu langsung menangis."Gimana keadaannya." "Nggak sadarkan diri, kritis Arimbi!" Valerie berseru dengan nada sedih.Aku langsung beralih pada jendela kaca dan melihat putri sambungku di sana. Beberapa alat bantu kesehatan menancap di tubuhnya, bunyi mesin-mesin penunjang kehidupan membuat jantungku juga ikut berdegup kencang. Tak bisa ditolak keadaannya sangat lemah, matanya tertutup rapat menunjukkan bahwa ia sedang bertarung dengan sakitnya."Kapan masuk icu!""Sejam lalu.""Apa kata dokter?"" mereka akan terus memantaunya!"" Mas Ghazali di mana?"" Sebenarnya dia lagi di luar kota, memantau tambang batubara yang baru kami akuisisi. Dia sedang mengatur manajemen dan melihat lokasi proyek!""Wah!" Aku kehilangan kata-kata tapi aku ti

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   64

    Valeri sangat syok atas sakit yang diderita putrinya, wanita itu menangis berjam-jam di ujung koridor, seakan kesedihan akan membunuhnya, bahkan saat aku menawari dia makan dan minum wanita itu hanya menanggapinya dengan gelengan dia tidak memperdulikanku hanya sibuk merutuki dirinya. Aku berusaha menguatkan Mas Ghazali memberi dia keyakinan bahwa apa yang terjadi bisa kami lewati dan semuanya akan kembali seperti semula. *Waktu bergulir dari hari menjadi bulan, berminggu-minggu keadaan Alisa tidak kunjung membaik meski dia sudah dibawa berobat ke tempat yang mumpuni bahkan ke luar negeri. Kadang situasinya bagus, kadang dia terlihat begitu sehat tapi kadang juga gadis itu akan mengalami drop lalu dilarikan ke UGD. Keluar masuk rumah sakit sudah seperti rutinitas yang dilakukan sepanjang Minggu .Aku yang tidak serumah dengan mereka kadang dipanggil untuk menemani Kevin atau mengurusi beberapa berkas yang harus ditangani oleh kedua buat perusahaan Sanjaya. Mereka jarang sekali k

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   63

    Lagi duduk di sisinya aku menggenggam tangannya membiarkan lelaki itu mencurahkan kesedihannya."Dia akan baik-baik saja mas kita akan merawatnya.""Kenapa aku tidak tahu dari awal Kalau anakku sakit padahal dia terlihat baik-baik saja." "Tidak ada yang bisa menebak masa depan Mas, tugas kita adalah menjadi tegar dan Lakukan yang terbaik untuk anakmu. Kau juga harus memberitahunya vallery kalau mulai sekarang kalian akan fokus merawat Alisa.""Valeri akan histeris," balas Mas Ghazali dengan sedih. "Yang paling baik menyampaikannya adalah kamu jadi aku percaya kamu bisa menenangkannya."Aku dan Mas Ghazali berjalan menuju kamar Ariza melihat kami dari Abang pintu gadis yang masih diinfus itu terlihat tersenyum pada kami. " Apa yang Dokter katakan, Bu."" Kamu baik-baik saja hanya butuh sedikit perawatan dan kontrol yang rutin."" Kontrol, kenapa aku harus kontrol?" " Karena tubuhmu sedang lemah jadi dokter ingin memantaunya itu akan bagus untuk perkembangan kesehatanmu, anakku."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status