Share

7

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-03 20:55:05

"Akan kuberikan kau pilihan! Kembalikan gaun ini pada suamiku dan tolak undangan darinya. Atau kau akan kehilangan segalanya?!"

"Anda mengancam saya?!" tanyaku sambil memandang matanya. Merasa ditentang olehku wanita itu semakin berapi-api.

"Aku akan memecatmu. Aku juga akan membuat kau terusir dari apartemenmu. Aku juga akan mengambil mobilmu dan membuat kau kehilangan segalanya."

"Tapi saya tidak takut dengan semua itu," desisku sambil tertawa.

Brak! Dia mendorongku dengan kasar hingga membuatku jatuh terhuyung untuk kedua kalinya. Kini aku merasakan perih di bagian wajahku, dan benar saja, pipiku lecet dan berdarah.

"Apa yang diberikan Ghazali padamu. Dia menjanjikan cinta? Apa kau dan dia pernah tidur bersama? Kenapa kau berani sekali padahal aku. Tidakkah kau tahu aku ini siapa?!'

"Justru karena saya tahu Anda siapa, berulang kali saya katakan bahwa kecemburuan anda tidak beralasan! Saya hanya asisten dan asisten hanya pembantu!"

"Hahaha pintar sekali kau bicara, padahal kau adalah pelacur sialan yang ingin menjerat suamiku! menurutmu pemberian gaun merah itu adalah hadiah yang biasa? Tidakkah kau tahu kalau harganya puluhan juta?!"

"Ya mana saya tahu!"

Tiba-tiba wanita itu membuka kotak dan mengambil gaunnya, meminta korek api dari bodyguard dan menyulut benda itu dari bagian rendanya.

"Nyonya, jangan! Tuan Ghazali akan sangat marah!"

"Aku tidak peduli! Aku lebih senang gaun ini terbakar jadi abu daripada dipakai olehmu, dasar wanita rendahan!" Gaun itu berkobar, lalu terlempar ke lantai dan mulai termakan helai demi helainya.

Aku menangis melihat gaunku terbakar, tapi semua itu hanya kepura-puraanku, jujur saja, aku heran betapa wanita itu senang sekali bermain api, membakar sesuatu yang tidak ia sukai lalu menimbulkan kesialan pada hidup orang lain. Benar! Di mana ada dia, selalu ada api yang akan menghancurkan semua orang.

Pertama dia membakar suami dan anakku lalu terakhir kali membakar gaunku, sekarang waktunya untuk mengobarkan api yang akan membakar hidup dan masa depan wanita itu.

"Dengar aku baik-baik! Jika kau berani melaporkan ini pada suamiku! Akan kupecat kau dan sahabatmu Rudi. Akan kuhancurkan hidup kalian hingga tak ada satupun perusahaan yang berani menerima kalian di kota ini. Kau tahu persis aku sangat berkuasa!"

Aku memandangnya dengan tatapan yang tajam sementara ia hanya tertawa diiringi oleh tawa beberapa stafnya yang lain.

"Ayo tinggalkan sampah ini!" Ucapnya sambil mengunyah permen karet lalu meninggalkanku sendirian.

Mungkin dia pikir aku akan ketakutan dan tidak berani melapor pada Tuan Ghazali, tapi justru inilah momen yang aku tunggu. Aku akan membuat lelaki itu sangat membencinya.

Jadi kupungut gaunku, mengacak rambutku hingga berantakan dan terlihat mengerikan, lalu meletakkan abu berwarna hitam di keningku. Aku berjalan ke ruangan Tuan ghazali yang berada di ujung lorong lantai 5, aku berjalan sambil menyeret benda yang masih berkobar itu, seakan ada musik rock yang sedang berdentum di sekitarku.

Jalan dengan penuh gaya.

Begitu aku melangkah memasuki lorong dan melewati ruang para staf mereka semua hanya bisa berdiri membeku dan ternganga!

"Ibu, kenapa anda membawa api ke dalam gedung? itu akan memicu alarm kebakaran dan menyalakan sprinkle air!" Seorang staf panik dan menyiramkan gaun itu dengan air yang ada di botol minum miliknya. Aku tidak memperdulikannya aku tetap berjalan menyeret gaun panjang itu menuju ruangan Tuan Ghazali, tuanku yang tampan yang sebentar lagi akan kujadikan sebagai suamiku.

Begitu aku masuk... Pria yang sedang duduk dan serius di laptopnya terkejut dan langsung berdiri dari posisinya.

"Apa yang terjadi!" Lelaki itu langsung panik dan mendekat ke arahku sambil memeriksa keadaanku.

"Saya sudah bilang Tuan! Istri anda tidak akan membiarkan saya hidup jika anda terus bersikap baik pada saya!" Aku mengatakannya dengan gemetar lalu pura-pura menjatuhkan diri di kaki lelaki itu. Dengan refleks dia menahan tubuhku dan merangkul diri ini.

"Siapa yang lakukan ini padamu!"

"Nyonya Valeri memukul dan membakar gaun saya. Dia bilang sampai kapanpun saya tidak akan menggantikan posisinya!'

"Kurang ajar!' pria itu langsung melepaskanku lalu beranjak pergi dari ruangannya dengan langkah yang cepat.

Ke mana lagi ia akan pergi kalau bukan pergi ke ruangan istrinya dan bertengkar dengan wanita itu. Hahahaha. Ini hiburan yang sangat menyenangkan.

Sejalan dengan kepergian Tuan Ghazali, beberapa detik kemudian temanku Rudi berlari menyambangiku dan terlihat sangat khawatir, dia mendekat dan mencoba membantuku bangkit dari posisiku.

"Ada apa denganmu?"

"Aku hanya...."

"Astaga sudah kubilang jangan berurusan dengan wanita itu! Kau ini... Sebaiknya kau mengundurkan diri dari tempat ini."

Tidak aku tidak akan kemana-mana sebelum menggantikan posisi Valeri sebagai CEO Sanjaya and company. Aku akan duduk di kursi direktur sebagai pemilik perusahaan sekaligus istri dari Tuan Ghazali Aryan Sanjaya. Aku harus jadi istrinya apapun caranya, kalau tidak bisa jadi istrinya, aku tidak akan jadi istri siapapun.

*

Temanku mengantarku ke unit kesehatan perusahaan, membantuku membersihkan luka lecet dan abu di wajah juga membawakan baju ganti untukku.

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

"Gara-gara gaun."

"Lain kali jangan terima apapun dari Pak direktur. Kau tahu istrinya sangat posesif dan gila. Bukan hanya kau yang pernah dicemburuinya, tapi hampir semua asisten yang dekat dengan suaminya selalu menjadi korban kecemburuannya. Ah tuhan...." Kawanku mendesah dengan resah sambil menggenggam tanganku.

"Aku tidak bisa pergi dari tempat ini... Karena hanya tempat ini yang memberikan gaji layak."

"Tapi dengan pengalaman yang kau miliki selama lebih dari 8 tahun ...kau adalah perempuan yang hebat. Atau mungkin ... minta saja rekomendasi dari Tuan Ghazali agar memindahkanmu ke kantor yang lebih baik." Lelaki itu mengusap wajahnya sambil memandangku dengan prihatin.

"Tidak aku tidak akan kemana-mana, Rudi."

"Astaga kenapa kamu keras kepala?"

"Karena ini satu satunya jalan!"

"Jalan apa?"

"Agar aku bisa tenang."

"Apa yang kau rencanakan?" Ujar sahabatku dengan muka penasaran. "Kau tidak berencana untuk menjadikan Ghazali sebagai suamimu kan?"

"Hmmm."

"Jika iya, orang-orang akan menyebutmu sebagai j4lang abad ini. Itu tidak mungkin terjadi dan Nyonya Valerie tidak akan membiarkannya."

"Bagaimana kalau aku merasa tertantang akibat pukulan dan kezalimannya selama ini?"

"Sulit bagiku untuk percaya bahwa kau akan duduk di kursi sebagai Nyonya CEO. Jika itu terjadi ...mungkin aku harus jungkir balik ke Jayapura, saking ...ah!" Sahabatku menekan keningnya dengan resah. Sepertinya di atas semua ketegangan dan yang terjadi dialah yang paling khawatir atas keselamatanku.

"Tapi benar Tuan Ghazali menyukaimu?"

"Iya!"

"Dari segi apa? Valeri juga sangat cantik dan cerdas... Kenapa ia menggilai asisten?"

"Karena aku bisa mengisi hal yang tidak diisi oleh istrinya."

"Kau tidur dengannya?!" Sahabatku kembali menggenggam tangan ini dengan keras.

"Tidak, kenapa kau berpikir begitu..."

"Kulihat Pak Ghazali sangat terpesona seakan dia adalah budak cintamu. Kalau tidak kau berikan kenikmatan di tempat tidur, lantas apa yang telah kau berikan padanya? Apa kau pelet dia?!"

"Diam sebelum aku memukul mulutmu!" Aku melotok pada sahabatku sementara dia tertawa terpingkal-pingkal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   68

    Berhubung Valerie memutuskan untuk vakum dari dunia bisnis demi fokus mengurus Kevin, aku dipanggil ibu mertua dan diajak bicara olehnya. Wanita yang selalu memandangku dingin dan bicara seperlunya itu tiba-tiba mengajakku minum teh."Kau betah dengan posisi manajer bayangan?""Apa maksud ibu?" " aku tahu secara teknis kau belum diangkat sebagai apapun semenjak berhenti jadi asisten Ghazali tapi kau mengatur segalanya, mengambil alih tugas banyak orang dan kurasa itu merepotkan."" tidak juga, saya berusaha melakukan yang terbaik, dan semua yang terjadi sudah atas bimbingan suamiku."" Bagaimana kalau kau kuberikan posisi strategis yang akan membuatmu puas dan bahagia.""Apa itu?""Direktur perencanaan dan strategi!"Aku terkejut mendengarnya aku nyaris melompat bahagia Tapi aku berusaha mengendalikan diriku. Kupandateg Nyonya Reiko tanpa berkedip sedikit pun sementara dia hanya menganggukkan kepalanya dengan tatapan tegas." hanya yakin Bukankah itu posisi yang sangat penting dan

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   67

    "Arimbi!" Melihatku berdiri mematung dan salah tingkah di antara para pelayat dan orang-orang yang memperhatikan ibu mertua segera mengambil peran, dan memberiku isyarat dengan anggukan kepalanya. "Pergilah ke dapur, lihat persiapan para pelayan dan catering. Kita harus menjamu tamu minimal menyiapkan minuman.""Baik Nyonya." Aku mengangguk lalu merapikan kerudung dan beranjak ke dapur. Saat melewati bibi dan keluarga suamiku, wanita-wanita elit itu memandang diri ini dengan sinis, tapi aku tidak membalas, hanya memberikan gestur hormat dengan menundukkan kepala pada mereka. "Itu siapaa?""Bininya Ghazali." Tante dengan kerudung merah memandangku dari atas ke bawah aku hanya tersenyum tipis dan beranjak perkahan. "Cantik ya.""Iya tapi licik." Suara bisikan itu terdengar sumbang di telinga, tapi aku berusaha menyadarkan diri sambil mengelus dada, dalam kondisi hamil dan berduka seperti ini kesabaranku sedang diuji habis-habisan, namun aku harus pandai mengendalikan diriku. "N

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   66

    Suasaba di ruang ICU makin mencekam, bunyi mesin seakan berlomba, saturasi oksigen makin menurun dan detak jantung Alisa melemah. Aku menggenggam tangan anak sambungku dengan air mata berderai sembari memohon pada Tuhan agar Dia menyelamatkannya. "Tuhan jangan hari ini...aku belum sanggup kehilangan anak lagi, belum satu tahun aku bersamanya tapi ini malah terjadi," Bisikku sambil mengusap air mata. "Alisa..." Aku membisikan nama Gadis itu di telinganya lalu mulai mengucapkan syahadat dan dzikir dzikir pendek yang mungkin bisa didengarkan olehnya. "La ilaha illallah...." terus aku ulangi kalimat itu di telinganya sambil berusaha menguatkan hati dan berdoa semoga suamiku bisa tiba secepatnya di rumah sakit dan berpamitan dengan putrinya. Di sisi lain, dua orang asisten Valeri terus berusaha membangunkan wanita yang masih terkulai di pangkuan pembantunya itu. "Nyonya bangunlah..." salah seorang asistennya nampak begitu khawatir dia mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   65

    Aku tak peduli pada keramaian lorong Rumah Sakit Begitu tiba di sana, aku melompat dan langsung berlari mencari ruang ICU di mana anak sambungku sedang dirawat. Baru saja tiba di ujung koridor Valeri langsung berdiri, menyambut kedatanganku wanita itu langsung menangis."Gimana keadaannya." "Nggak sadarkan diri, kritis Arimbi!" Valerie berseru dengan nada sedih.Aku langsung beralih pada jendela kaca dan melihat putri sambungku di sana. Beberapa alat bantu kesehatan menancap di tubuhnya, bunyi mesin-mesin penunjang kehidupan membuat jantungku juga ikut berdegup kencang. Tak bisa ditolak keadaannya sangat lemah, matanya tertutup rapat menunjukkan bahwa ia sedang bertarung dengan sakitnya."Kapan masuk icu!""Sejam lalu.""Apa kata dokter?"" mereka akan terus memantaunya!"" Mas Ghazali di mana?"" Sebenarnya dia lagi di luar kota, memantau tambang batubara yang baru kami akuisisi. Dia sedang mengatur manajemen dan melihat lokasi proyek!""Wah!" Aku kehilangan kata-kata tapi aku ti

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   64

    Valeri sangat syok atas sakit yang diderita putrinya, wanita itu menangis berjam-jam di ujung koridor, seakan kesedihan akan membunuhnya, bahkan saat aku menawari dia makan dan minum wanita itu hanya menanggapinya dengan gelengan dia tidak memperdulikanku hanya sibuk merutuki dirinya. Aku berusaha menguatkan Mas Ghazali memberi dia keyakinan bahwa apa yang terjadi bisa kami lewati dan semuanya akan kembali seperti semula. *Waktu bergulir dari hari menjadi bulan, berminggu-minggu keadaan Alisa tidak kunjung membaik meski dia sudah dibawa berobat ke tempat yang mumpuni bahkan ke luar negeri. Kadang situasinya bagus, kadang dia terlihat begitu sehat tapi kadang juga gadis itu akan mengalami drop lalu dilarikan ke UGD. Keluar masuk rumah sakit sudah seperti rutinitas yang dilakukan sepanjang Minggu .Aku yang tidak serumah dengan mereka kadang dipanggil untuk menemani Kevin atau mengurusi beberapa berkas yang harus ditangani oleh kedua buat perusahaan Sanjaya. Mereka jarang sekali k

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   63

    Lagi duduk di sisinya aku menggenggam tangannya membiarkan lelaki itu mencurahkan kesedihannya."Dia akan baik-baik saja mas kita akan merawatnya.""Kenapa aku tidak tahu dari awal Kalau anakku sakit padahal dia terlihat baik-baik saja." "Tidak ada yang bisa menebak masa depan Mas, tugas kita adalah menjadi tegar dan Lakukan yang terbaik untuk anakmu. Kau juga harus memberitahunya vallery kalau mulai sekarang kalian akan fokus merawat Alisa.""Valeri akan histeris," balas Mas Ghazali dengan sedih. "Yang paling baik menyampaikannya adalah kamu jadi aku percaya kamu bisa menenangkannya."Aku dan Mas Ghazali berjalan menuju kamar Ariza melihat kami dari Abang pintu gadis yang masih diinfus itu terlihat tersenyum pada kami. " Apa yang Dokter katakan, Bu."" Kamu baik-baik saja hanya butuh sedikit perawatan dan kontrol yang rutin."" Kontrol, kenapa aku harus kontrol?" " Karena tubuhmu sedang lemah jadi dokter ingin memantaunya itu akan bagus untuk perkembangan kesehatanmu, anakku."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status