Share

Depresi

“Nay, buka pintunya!” Suara milik Kak Nila.

Lekas aku menyeka air mata dan berdiri meski nyeri masih meliputi. Namun, baru saja pintu toilet terbuka tampak jelas raut wajah Kak Nila yang sedang marah.

“Kenapa sih nangis pake teriak-teriak segala? Kamu bikin malu aja. PMS doang, gak sakit, kan? Dasar lebay!” omelnya sambil menyodorkan kantong plastik hitam.

“T-tapiii ….” Belum tuntas aku mengucapkan satu kata, Kak Nila sudah menutup kembali pintu toilet.

“Itu pembalutnya udah dipasangin Ibu di celana dalam kamu. Jadi gak usah dimacam-macamin. Buruan. Kalau kelamaan kutinggalin biar kamu pulang sendirian,” titahnya lagi dari luar meski dengan suara yang kali ini lebih pelan.

Dengan terpaksa aku hanya menurut. Mengganti rok serta celana dengan yang telah dibawakan Kak Nila, kemudian membungkus yang kotor ke dalam kantong plastik.  Selesai itu, aku mencuci muka terlebih dahulu sebelum membuka

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status