Share

4. Rasa takut

“Tuan, saya mohon. Saya hanya bekerja di sini. Saya mohon tuan lepaskan saya.” ucap Nadira memohon. Wajahnya sudah sangat pucat dengan bibir yang memutih. Air matanya mengalir daras membanjiri pipinya. Tuan, saya mohon lepaskan saya. Tuan, Saya janji saya tidak akan mengatakan kepada siapapun. Saya bukan mata-mata tuan, saya mohon lepaskan saya." Nadira meringis merasakan kulit kepalanya yang terasa begitu amat sakit. Kepalanya  pusing sangat ketika tangan pria itu sangat kuat menarik rambutnya. "Sakit tuan," ucap Nadira ketika pria itu menyeret tubuh mungilnya. 

Nadira tidak tahu kemana pria itu akan membawanya.  Pria itu menyeret tubuhnya cukup jauh dari lokasi toilet tempat ia bekerja. Nadira yang baru bekerja tidak mengetahui  tempat  lokasi tersebut. "Tempat apa ini." Nadira berucap didalam hati saat  melihat pria itu membuka pintu rumah tersebut. 

Tanpa berbicara sama sekali, pria itu menyeret Nadira dan memasukkannya kedalam ruangan yang saat ini dalam kondisi gelap. 

Nadira takut sangat ketika dirinya merasakan hawa dingin di dalam ruangan itu. Air matanya tidak ada henti-hentinya menetes. Bayangan akan keluarganya membuat airmata nya semakin deras mengalir. Saat ini Nadira teringat Ayahnya yang sedang sakit dan  membutuhkan uang. Bayangan akan keluarganya terlihat jelas oleh pandangannya. "Hamba belum siap mati, hamba masih ingin hidup," Nadira berucap di dalam hati. Nadira tidak ada henti-hentinya berdoa kepada sang pencipta. Agar dia masih diberi kesempatan untuk hidup.  Nadira tidak ingin nyawanya berakhir hari ini. 

Nadira mendengar pintu yang ditutup dengan sangat keras. Nadira memandang ke sekeliling ketika lampu di ruangan itu sudah menyala. Di dalam ruangan ini begitu sangat mewah. Meskipun Nadira belum pernah masuk hotel mewah namun Nadira sudah bisa membayangkan kemewahan yang ada di dalam ruangan ini sama kelasnya dengan hotel berbintang. 

"Tuan Saya berani bersumpah, saya bukanlah mata-mata. Anda boleh membunuh saya bila Saya berbohong. Saya hanya bekerja di sini tuan. Saya sengaja memakai topi agar orang tidak terlalu memperhatikan wajah saya. Karena  teman saya mengatakan di sini tempatnya sangat rawan, banyak pengunjung yang mabuk. Topi yang saya pakai itu juga teman saya yang meminjamkan. Saya berani bersumpah, Saya berpenampilan seperti itu bukan karena saya menyamar," ucap Nadira yang berusaha menjelaskan mengapa ia berpenampilan seperti itu. 

Arga memandang gadis yang saat ini sedang bersimpuh di depannya. Gadis itu meletakkan kedua tangannya didepan dadanya memohon pengampunan darinya. Arga tersenyum dengan memiringkan bibirnya. "Kau kira aku bodoh?" ucap Arga yang menarik tubuh gadis tersebut hingga Gadis itu kini dalam posisi berdiri. 

Arga menjepitkan jarinya di pipi Gadis itu dengan sangat keras. "Siapa yang memerintahkan mu," ucapnya.

Nadira menggelengkan kepalanya. "Tidak ada Tuan," ucapnya. Nadira menangis ketika merasakan telapak tangan pria itu mendarat keras di pipi. Hingga sudut bibirnya berdarah. Nadira begitu sangat pusing dengan telinga yang terasa panas dan sakit. Tubuhnya sempoyongan ketika dirinya kehilangan kesetabilan hingga tubuhnya hampir terjatuh. Dengan cepat tubuhnya di tahan oleh pria itu yang begitu sangat menakutkan bagi Nadira. Pria itu memegang lengan tangannya dan kembali menamparnya. 

"Tuan, saya mohon biarkan saya pergi," ucap Nadira dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah.  Wajahnya yang kecil seakan tidak mampu menahan kerasnya tangan pria tersebut. Mata Nadira sudah tidak bisa lagi melihat dengan jelas ketika kepalanya terasa begitu amat pusing. 

pria itu masih tidak menghentikan keinginannya. Pria itu menarik rambutnya dengan sangat keras dan memandang wajahnya. "Aku tidak akan membunuhmu. Bila kau mau berbicara," ucap Arga yang masih memberikan kesempatan untuk gadis malang tersebut. 

Nadira tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Nadira hanya menangis ketika mendengar apa yang diucapkan oleh pria itu. Nadira tau bahwa pria itu masih memberikannya kesempatan untuk menjawab. Namun Nadira tidak bisa menjawabnya. Sejak tadi Nadira sudah menjelaskan dengan sangat jujur, namun pria itu semakin marah dan menamparnya habis-habisan.

"Cepat katakan," ucap Arga dengan suara yang sangat keras.  

Nadira masih tidak berbicara. Saat ini Nadira hanyalah  terbayangan  kedua orang tuanya. Wajah tampan adiknya yang masih kelas 1 SMP. Senyum manis ibunya, wajah pucat ayahnya. Semua terlihat jelas di pandangnya. "Aku akan bertahan untuk hidup demi kalian," tekatnya di dalam hati. 

"Tolong jangan bunuh saya tuan. Izinkan saya hidup," ucap Nadira saat tangan pria itu melekat di lehernya. Nadira merasakan bahwa dirinya sangat sulit untuk bernafas saat jepitan tangan pria itu semakin menekan kuat lehernya. Hanya air matanya yang menetes dengan sangat deras. Mata Nadira terbuka lebar menatap pria yang tidak memiliki hati dan rasa kasihan terhadapnya. Nadira sudah tidak bisa berkata apa-apa, ketika pria itu semakin menekan kuat lehernya hingga lihatnya keluar. Nadira hanya pasrah menerima ajalnya.

Nadira terbatuk-batuk ketika pria itu melepaskan tangannya di leher Nadira. 

"Aku akan buat kau menyesal seumur hidupmu, karena tidak ingin mengatakan kepadaku siapa yang memerintahkan mu," ucap Arga yang tanpa ada belas kasihan  menarik kancing baju Nadira hingga membuat kancing baju yang di pakai Nadira berserakan di lantai. Nadira berusaha melawan dengan tubuh mungilnya.  Tangan kecil Nadira berusaha meninju-ninju dada Arga. Nadira memberanikan dirinya untuk melawan pria tersebut. 

Arga hanya diam ketika Gadis itu meninju-ninju dadanya yang keras. Arga hanya membiarkan Gadis itu terus memukulnya hingga Gadis itu berhenti karena kehabisan tenaga. Tanganmu yang kecil ini tidak akan mampu membuatku merasa sakit. Tinju yang kau berikan membuat tubuhku  lebih enak serasa dipijat." Ucap Arga yang tertawa mengejek Nadira. 

Nadira mundur beberapa langkah dari pria tersebut. Nadira memandang pria itu yang hanya menatapnya ketika dirinya semakin menjauh.

"Apakah kau berfikir bisa lari dari sini," ucap pria tersebut.

Arga melangkahkan kakinya semakin dekat dengan gadis tersebut. 

Saya hanya bekerja di sini Tuan. Saya mohon lepaskan saya." Ucap Nadira yang tidak ada henti-hentinya memohon. 

"Aku akan membuat kau menyesal seumur hidupmu," ucap  Arga yang menarik tangan Gadis itu dengan sangat keras. 

Arga memeluk tubuh gadis itu. "Kau tau, kau wanita yang sangat beruntung bila bisa tidur dengan ku. Kau tau, bahwa kau bukanlah tipe wanita yang aku suka. Tubuhmu kurus dengan dada yang rata," ucap Arga yang meremas benda kecil nan bulat tersebut.

Nadira sudah begitu sangat emosi mendengar apa yang diucapkan pria berengsek tersebut. Gaya bicara pria itu begitu sangat angkuh dan sombong. 

"Bila aku bukanlah tipe wanita yang kau inginkan, maka lepaskan aku," ucap Nadira yang menatap Wajah pria itu. 

Arga tertawa lepas saat mendengar Nadira berbicara.  Wanita sepertimu ternyata berani juga," ucap Arga merasa tertantang dengan gadis bertubuh mungil tersebut.

"Lepaskan aku," ucap Nadira. Ketika Arga memegang tangannya

"Aku tidak akan melepaskanmu.  Aku akan membuat kamu menyesal seumur hidupmu.  Karena sudah berani bermain-main denganku." Ucap Arga dengan tangan yang sudah mulai meraba tubuh gadis tersebut. 

Arga membuka paksa baju yang saat ini dipakai di pakai oleh Nadira. Arga tersenyum tipis memandang Nadira." Apa kau sangat tidak memiliki uang sehingga tidak mampu membeli bra yang baru," ucap Arga ketika melihat pengait bra yang di ganti peniti. 

Nadira hanya diam saat melihat pria itu mengejeknya. Saya mohon Tuhan jangan lakukan ini kepada sayang. Ucap Nadira yang memohon agar pria itu membatalkan niatnya. Nadira sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya. Kaki Nadira bergetar menahan rasa takut. 

Arga sudah tidak menghiraukan ucapan gadis itu. Bahkan dirinya sudah tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh gadis tersebut. Arga yang awalnya hanya berniat untuk memberikan pelajaran kepada Nadira kini sudah selimuti oleh hawa nafsunya. Arga tidak mengerti mengapa melihat tubuh mungil Gadis itu dia begitu sangat bergairah.  Arga seperti orang yang kerasukan tanpa ada rasa kasihan melihat gadis tersebut. 

 ***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status