Mata Nadira selalu memandang ke arah wanita itu dan melihat seorang pria yang berjalan ke arah wanita tersebut.
Nadira seakan tidak percaya saat melihat adegan yang saat ini ada di depan matanya. Wanita dan pria itu saling berpelukan dan berciuman. Nadira Menundukkan pandangannya dengan kaki yang gemetar saat melihat pria itu menurunkan baju seksi milik wanita yang bertubuh langsing tersebut. Tanpa sengaja Nadira memandang benda yang berbentuk bulat dan besar itu menyembur keluar dari gaun malam yang seksi yang saat ini dipakai wanita tersebut.
Posisi pasangan kekasih itu tidak jauh dari tempat Nadira duduk saat ini, sehingga Nadira dapat mendengar suara kecupan bibir mereka. Suara aneh yang membuat telinga Nadira sangat tidak nyaman mendengarnya.
Nadira tidak tau apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih itu, namun Nadira dapat mendengar dengan sangat jelas hentakan-hentakan yang di lakukan pria itu hingga membuat wanitanya mendesah panjang.
Cukup lama Nadira menundukkan pandangannya hingga suara itu mulai menghilang dari pendengaran nya. Nadira memberanikan untuk mengangkat kepalanya dan melihat kedepannya. Nadira sangat terkejut saat melihat barang milik laki-laki tersebut.
Nadira begitu sangat pucat dan dengan cepat menundukkan pandangannya.
Cukup lama Nadira menundukkan kepalanya hingga ia tidak tau apa saja yang telah terjadi. Nadira mendengar suara kaki yang semakin dekat dengan nya. Nadira sedikit mangangkat kepalanya dan memandang wanita dan pria itu yang masuk ke dalam kamar mandi. Nadira sudah tidak bisa berkata apa-apa saat pasangan kekasih itu masuk ke dalam kamar mandi yang sama. Nadira hanya diam tanpa bisa melarang mereka mengingat Kondisi kedua orang itu terlihat sedang dalam pengaruh minuman keras.
Nadira mendengarkan suara keributan dari dalam kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat. Nadira hanya bisa diam menunggu Pasangan itu keluar.
Nadira masuk ke kamar dan membersihkan kamar mandi yang tadi di tinggalkan oleh pengunjung. Nadira menyiram closed dan memberi wipol di lantai kamar mandi agar aroma di dalam kamar itu kembali seger.
Nadira keluar dari dalam kamar mandi dan memandang pasangan yang keluar dari dalam kamar mandi. Nadira masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek Kondisinya. Nadira menyiram closed yang ditinggal pasangan tadi yang tidak menyiram closed setelah menggunakannya untuk buang air kecil.
Nadira duduk di kursinya sambil menahan rasa kantuknya. Nadira harus sangat berhati-hati saat bekerja. Meskipun tidak ada yang datang ke toilet. Namun Nadira tetap tidak mau memanfaatkan waktu itu untuk tidur.
***
Nadira merasa sangat lelah, sejak tadi dirinya tidak ada henti-hentinya membersihkan toilet. Selalu saja ada pengunjung yang datang dan menggunakan toilet tersebut.
Nadira tersenyum saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam 3 pagi. Satu jam lagi pekerjaannya akan selesai. Nadira Memandang seorang pria yang memiliki tubuh tinggi dan tegap yang berjalan menuju toilet. Pria itu berjalan kearah kamar mandi dengan menarik kerah baju seorang pria yang bertubuh tinggi dan kurus.
"Saya mohon tuan Arga. Ampunilah saya, saja berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi," ucap pria itu berharap balas kasih.
"Kau tau apa yang aku lakukan untuk seorang penghianat?" Ucap pria yang bernama Arga tersebut.
Nadira duduk di kursinya dengan kaki yang gemetar. Nadira dapat melihat mulut pria itu sudah berlumuran darah.
Nadira tidak sanggup mengangkat kepalanya. Nadira hanya diam menundukkan kepalanya saat melihat pria itu masuk ke dalam toilet. Bulu kuduk Nadira berdiri, wajahnya memucat dengan kaki yang gemetar saat Nadira mendengar suara jeritan orang kesakitan. Nadira menutup telinganya ketika mendengar suara keras dari dalam kamar mandi yang di iringi teriakan orang yang sedang memohon pengampunan.
"Ampun tuan, saya mohon lepaskan saya," ucap pria yang saat ini terduduk di lantai dengan memegang jari tangannya yang patah. Pria itu kembali menjerit ketika hantaman keras mendarat di kepalanya.
"Kau tau resikonya bila berkhianat dengan ku," ucap Arga yang kembali menendang bagian wajah pria itu. Hingga pelipis mata pria itu koyak dan berdarah. Sebenarnya tidak sulit bagi Arga untuk membunuh pria tersebut. Hanya dengan menarik pelatuk senjata api yang digunakannya saja. Namun Arga lebih suka menyiksa pria itu terlebih dahulu.
Pria itu hanya duduk lemas tak berdaya. Pria itu hanya merasakan kesaksian yang luar biasa. Tidak ada lagi kalimat memohon darinya. Saat ini mati jauh lebih enak untuknya dari pada harus menerima siksaan seperti ini. Rasa menyesal sudah pasti sangat dirasakan pria tersebut. Hanya satu hal yang membuat pria itu merasa tenang saat ini dimana Tio sudah mengamankan seluruh keluarganya. Tio yakin Arga tidak akan menemukan istri dan anaknya. Bila nyawanya sudah bisa menjadi bayaran atas penghianatan yang dilakukannya. Sudah pasti Arga tidak akan menganggu keluarganya.
"Mati untuk mu terlalu enak. Aku akan membuat mu buta seumur hidup," ucap Arga.
"Silahkan saja tuan Arga. Saya tidak akan pernah takut akan ancaman anda," Tio tertawa lepas setelah mengucapkan kalimat tersebut. Suara tertawa pria itu terhenti saat dadanya di tenda dengan sangat keras. Tio terbatuk-batuk dan menyemburkan darah dari dalam mulutnya.
Nadira sejak tadi hanya duduk menundukkan kepalanya. Nadira melihat dua orang pria berjas hitam masuk ke dalam toilet dan menyeret tubuh pria tersebut. Kedua pria itu memasukkan tubuh pria yang masih berger itu kedalam mobil yang sudah terparkir di depan toilet.
Arga masih merasa sangat tidak puas. Pria yang sudah dalam kondisi setengah mabuk itu masih ingin melepas rasa emosinya. Berulang kali Arga meninjau udara, namun tidak bisa membuat kemarahannya hilang. Arga tidak menduga orang yang di percayanya sangup menghianati nya. Arga keluar dari dalam kamar mandi setelah membasuh tangannya.
Arga keluar dari dalam toilet. Arga melihat Nadira yang duduk di kursi petugas kebersihan toilet. "Kau melihat semuanya?" Ucap Arga yang berdiri didepan meja Nadira. Pria itu meletakkan tangan di atas meja tersebut.
"Sa...Sa...Sa.. saya tidak akan berkata kepada siapapun tuan," ucap Nadira yang terbata-bata.
Arga mengerutkan keningnya memandang Nadira. Arga memegang kerah baju gadis tersebut, sehingga tubuh kecil milik gadis itu terangkat ke atas. "Kau sengaja datang ke sini untuk menyamar?
Kau memata-matai aku?" Ucap Arga. Melihat penampilan Nadira, Arga bisa menebak bahwa gadis itu seorang mata-mata.
"Tidak tuan, saya berkerja di sini. Saya tidak mata-mata," ucap Nadira. Wajah gadis itu sudah sangat pucat. Kaki dan tangannya gemetar. Nadira tidak berani untuk menatap pria yang berwajah tampan itu.
Arga menjatuhkan tubuh mungil Nadira. Arga membuka topi yang saat ini di pakai Nadira. Arga tersenyum dengan memiringkan bibirnya saat melihat ternyata petugas pembersih toilet itu seorang wanita. "Jangan kau kira aku akan mudah kau tipu," ucap Arga yang menyeret Nadira. Tangan pria itu menarik keras rambut panjang milik Nadira.
Tuan saya mohon, saya hanya pekerja di sini. Ucap Nadira yang memegang tangan pria yang saat ini menempel di rambutnya.
***
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting