Share

3. Takut

Mata Nadira selalu memandang ke arah wanita itu dan melihat seorang pria yang berjalan ke arah wanita tersebut. 

Nadira seakan tidak percaya saat melihat adegan yang saat ini ada di depan matanya. Wanita dan pria itu saling berpelukan dan berciuman. Nadira Menundukkan pandangannya dengan kaki yang gemetar saat melihat pria itu menurunkan baju seksi milik wanita yang bertubuh langsing tersebut. Tanpa sengaja Nadira memandang benda yang berbentuk bulat dan besar itu menyembur keluar dari gaun malam yang seksi yang saat ini dipakai wanita tersebut. 

Posisi pasangan kekasih itu tidak jauh dari tempat Nadira duduk saat ini, sehingga Nadira dapat mendengar suara kecupan bibir mereka. Suara aneh yang membuat telinga Nadira sangat tidak nyaman mendengarnya. 

Nadira tidak tau apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih itu, namun Nadira dapat mendengar dengan sangat jelas hentakan-hentakan yang di lakukan pria itu hingga membuat wanitanya mendesah panjang.

Cukup lama Nadira menundukkan pandangannya hingga suara itu mulai menghilang dari pendengaran nya.  Nadira memberanikan untuk mengangkat kepalanya dan melihat kedepannya. Nadira sangat terkejut saat melihat barang milik laki-laki tersebut. 

Nadira begitu sangat pucat dan dengan cepat menundukkan pandangannya.

Cukup lama Nadira menundukkan kepalanya hingga ia tidak tau apa saja yang telah terjadi. Nadira mendengar suara kaki yang semakin dekat dengan nya. Nadira sedikit mangangkat kepalanya dan memandang wanita dan pria itu yang masuk ke dalam kamar mandi. Nadira sudah tidak bisa berkata apa-apa saat pasangan kekasih itu masuk ke dalam kamar mandi yang sama. Nadira hanya diam tanpa bisa melarang mereka mengingat Kondisi kedua orang itu terlihat sedang dalam pengaruh minuman keras. 

Nadira mendengarkan suara keributan dari dalam kamar mandi yang pintunya   tidak tertutup rapat. Nadira hanya bisa diam menunggu Pasangan itu keluar. 

Nadira masuk ke kamar dan membersihkan kamar mandi yang tadi di tinggalkan oleh pengunjung. Nadira menyiram closed dan memberi wipol di lantai kamar mandi agar aroma di dalam kamar itu kembali seger.

Nadira keluar dari dalam kamar mandi dan memandang pasangan yang keluar dari dalam kamar mandi. Nadira masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek Kondisinya. Nadira menyiram closed yang ditinggal pasangan tadi yang tidak menyiram closed setelah menggunakannya untuk buang air kecil. 

Nadira duduk di kursinya sambil menahan rasa kantuknya. Nadira harus sangat berhati-hati saat bekerja. Meskipun tidak ada yang datang ke toilet. Namun Nadira tetap tidak mau memanfaatkan waktu itu untuk tidur.

***

Nadira merasa sangat lelah, sejak tadi dirinya tidak ada henti-hentinya membersihkan toilet.  Selalu saja ada pengunjung yang datang dan menggunakan toilet tersebut.  

Nadira tersenyum saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam 3 pagi. Satu jam lagi pekerjaannya akan selesai. Nadira Memandang seorang pria yang memiliki tubuh tinggi dan tegap yang berjalan menuju toilet. Pria itu berjalan kearah kamar mandi dengan menarik kerah baju seorang pria yang bertubuh tinggi dan kurus. 

"Saya mohon tuan Arga. Ampunilah saya, saja berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi," ucap pria itu berharap balas kasih. 

"Kau tau apa yang aku lakukan untuk seorang penghianat?" Ucap pria yang bernama Arga tersebut.

Nadira duduk di kursinya dengan kaki yang gemetar. Nadira dapat melihat mulut pria itu sudah berlumuran darah.

Nadira tidak sanggup mengangkat kepalanya. Nadira hanya diam menundukkan kepalanya saat melihat pria itu masuk ke dalam toilet. Bulu kuduk Nadira berdiri, wajahnya memucat dengan kaki yang gemetar saat Nadira mendengar suara jeritan orang kesakitan. Nadira menutup telinganya ketika mendengar suara keras dari dalam kamar mandi yang di iringi teriakan orang yang sedang memohon pengampunan. 

"Ampun tuan, saya mohon lepaskan saya," ucap pria yang saat ini terduduk di lantai dengan memegang jari tangannya yang patah. Pria itu kembali menjerit ketika hantaman keras mendarat di kepalanya.

"Kau tau resikonya bila berkhianat dengan ku," ucap Arga yang kembali menendang bagian wajah pria itu. Hingga pelipis mata pria itu koyak dan berdarah. Sebenarnya tidak sulit bagi Arga untuk membunuh pria tersebut. Hanya dengan menarik pelatuk senjata api yang digunakannya saja. Namun Arga lebih suka menyiksa pria itu terlebih dahulu. 

Pria itu hanya duduk lemas tak berdaya. Pria itu hanya merasakan kesaksian yang luar biasa. Tidak ada lagi kalimat memohon darinya. Saat ini mati jauh lebih enak untuknya dari pada harus menerima siksaan seperti ini. Rasa menyesal sudah pasti sangat dirasakan pria tersebut. Hanya satu hal yang membuat pria itu merasa tenang saat ini dimana Tio sudah mengamankan seluruh keluarganya. Tio yakin Arga tidak akan menemukan istri dan anaknya. Bila nyawanya sudah bisa menjadi bayaran atas penghianatan yang dilakukannya. Sudah pasti Arga tidak akan menganggu keluarganya. 

"Mati untuk mu terlalu enak. Aku akan membuat mu buta seumur hidup," ucap Arga. 

"Silahkan saja tuan Arga. Saya tidak akan pernah takut akan ancaman anda," Tio tertawa  lepas setelah mengucapkan kalimat tersebut. Suara tertawa pria itu terhenti saat dadanya di tenda dengan sangat keras. Tio terbatuk-batuk dan menyemburkan darah dari dalam mulutnya. 

Nadira sejak tadi hanya duduk menundukkan kepalanya. Nadira melihat dua orang pria berjas hitam masuk ke dalam toilet dan menyeret tubuh pria tersebut. Kedua pria itu memasukkan tubuh pria yang masih  berger itu kedalam mobil yang sudah terparkir di depan toilet. 

Arga masih merasa sangat tidak puas. Pria yang sudah dalam kondisi setengah mabuk itu masih ingin melepas rasa emosinya. Berulang kali Arga meninjau udara, namun tidak bisa membuat kemarahannya hilang. Arga tidak menduga orang yang di percayanya sangup menghianati nya. Arga keluar dari dalam kamar mandi setelah membasuh tangannya.  

Arga keluar dari dalam toilet. Arga melihat Nadira yang duduk di kursi petugas kebersihan toilet. "Kau melihat semuanya?" Ucap Arga yang berdiri didepan meja Nadira. Pria itu meletakkan tangan di atas meja tersebut.

"Sa...Sa...Sa.. saya tidak akan berkata kepada siapapun tuan," ucap Nadira yang terbata-bata.

Arga mengerutkan keningnya memandang Nadira. Arga memegang kerah baju gadis tersebut, sehingga tubuh kecil milik gadis itu terangkat ke atas. "Kau sengaja datang ke sini untuk menyamar? 

Kau memata-matai aku?" Ucap Arga. Melihat penampilan Nadira, Arga bisa menebak bahwa gadis itu seorang mata-mata. 

"Tidak tuan, saya berkerja di sini. Saya tidak mata-mata,"  ucap Nadira. Wajah gadis itu sudah sangat pucat. Kaki dan tangannya gemetar. Nadira tidak berani untuk menatap pria yang berwajah tampan itu. 

Arga menjatuhkan tubuh mungil Nadira. Arga membuka topi yang saat ini di pakai Nadira. Arga tersenyum dengan memiringkan bibirnya saat melihat ternyata petugas pembersih toilet itu seorang wanita. "Jangan kau kira aku akan mudah kau tipu," ucap Arga yang menyeret Nadira. Tangan pria itu menarik keras rambut panjang milik Nadira. 

Tuan saya mohon, saya hanya pekerja di sini. Ucap Nadira yang memegang tangan pria yang saat ini menempel di rambutnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status