Share

Derita Istri Tak Diinginkan
Derita Istri Tak Diinginkan
Penulis: Senja Berpena

Buang Jauh Mimpi Itu

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 03:53:38

"Sakit, Melvin... pelan-pelan," lirih Thania, suara yang nyaris tertelan oleh gelapnya malam dan gemetar napasnya yang kacau.

Kamar itu sunyi, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu malam kecil di sisi ranjang. Tapi keheningan itu tidak menenangkan—justru menciptakan ruang hampa yang membekukan jiwa.

Di sana, Thania terbaring dengan tubuh yang menggigil dan hati yang tercabik. Kedinginan merayap di balik kulitnya, bukan karena udara, tapi karena perlakuan seseorang yang seharusnya menjadi pelindung dalam ikatan suci bernama pernikahan.

Namun tidak. Ini bukan perlindungan. Ini penindasan.

Sorot mata Melvin menatapnya tanpa perasaan, penuh bara dendam yang membakar nuraninya. Raut wajah tampan yang dulu sempat Thania percayai, kini tampak seperti topeng iblis.

Tidak ada kelembutan. Tidak ada cinta. Yang ada hanya kebencian, menyelinap dalam setiap geraknya, dalam setiap kata yang mengiris lebih tajam dari pisau.

"Kau pikir aku menikahimu karena aku mencintaimu?" bisiknya dengan nada menghina, nyaring di telinga Thania meski begitu pelan. "Buang jauh-jauh mimpi itu, Thania."

Kata-kata itu seperti cambuk. Membelah batinnya yang sudah nyaris tak bernyawa. Thania menatapnya dengan mata yang nanar, kosong.

Satu tetes air mata jatuh perlahan dari sudut matanya. Bukan karena fisiknya yang sakit—meskipun itu nyata—tapi karena jiwanya sudah terlalu penat menerima kebohongan, penolakan, dan penghinaan.

"Aku tidak pernah menggoda ayahmu..." suara Thania nyaris tercekat, serak dan penuh sesak, seolah setiap kata yang keluar menorehkan luka baru di tenggorokannya.

Matanya memohon, wajahnya pucat pasi karena tekanan batin yang tak lagi bisa ia pendam. "Aku meminjam uang padanya karena—"

"Karena kakakmu dipenjara, kan?" potong Melvin cepat, nada tajam dan sinis menggema di antara dinding kamar itu.

Thania membeku. Matanya membulat, tubuhnya menegang seperti batu yang dicelupkan ke dalam es. Kata-kata itu menghantamnya dengan keras, seolah membuka kotak rahasia yang selama ini ia kunci rapat dalam jiwanya.

"Da—dari mana kau tahu itu?" tanyanya lemah, suaranya nyaris tak terdengar.

Ketakutan mulai melingkupi dirinya, bukan hanya karena apa yang Melvin tahu, tapi juga karena cara Melvin menatapnya saat ini—penuh kebencian, seolah ia adalah makhluk paling menjijikkan di muka bumi.

Melvin menyeringai, matanya memancarkan kemenangan yang getir.

Ia menunduk perlahan, mendekat ke wajah Thania lalu berbisik, "Kau pikir aku sebodoh itu? Aku tahu semuanya, Thania. Termasuk caramu mendekati ayahku, lalu berpura-pura tak bersalah, berharap bisa masuk ke dalam keluarga ini lewat jalur belakang."

"Tidak!" seru Thania cepat. Kepalanya menggeleng dengan panik, matanya membelalak memohon. "Kau salah paham, Melvin. Aku tidak pernah berniat seperti itu. Aku hanya—aku hanya ingin menyelamatkan kakakku. Aku tidak punya pilihan lain...!"

Namun semua itu tak berarti bagi Melvin. Ia memalingkan wajahnya sebentar, menghela napas seolah sedang menahan amarah yang terus menggelegak di dadanya.

"Cukup!" bentaknya kemudian. Suaranya membelah udara, menghantam jantung Thania. Ia mundur sedikit, menatap Thania seakan wanita itu bukan manusia—melainkan kesalahan hidup yang harus segera disingkirkan.

"Kau bisa menangis. Bisa berpura-pura terluka. Tapi tidak di depanku. Aku tahu siapa kau sebenarnya," lanjut Melvin dengan suara yang lebih rendah namun jauh lebih berbahaya.

Thania gemetar. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan isak yang akhirnya pecah juga. Napasnya memburu, dadanya sesak, seperti ada beban berton-ton yang menindih jiwanya.

Ia ingin menjelaskan. Ingin menjelaskan semuanya. Tapi suara Melvin... sorot matanya... membuatnya tahu bahwa apa pun yang ia katakan tidak akan sampai.

"Aku harus melindungi keluargaku dari wanita murahan sepertimu!" hardik Melvin sekali lagi. Suaranya menggema keras, menciptakan gelombang luka baru di dada Thania.

Thania terhenyak. Kedua tangannya menurun perlahan dari wajah, memperlihatkan mata sembab yang berlinang air mata.

Dengan suara yang nyaris bergetar, ia berkata, "Aku bukan wanita murahan..."

Tangannya mengarah lemah ke seprai putih yang bernoda merah. Bukti dari malam yang telah merenggut kehormatannya—tanpa cinta, tanpa kasih.

"Kau lihat sendiri, Melvin... bercak darah perawan yang telah kau renggut. Dan kau... kau masih menganggapku wanita murahan?"

Namun Melvin tidak bergeming. Rahangnya mengeras, matanya tetap dingin, seolah kebenaran yang berdarah-darah itu tak lebih dari debu di matanya.

"Ya!" bentaknya. "Itu tidak membuktikan apa-apa, Thania! Tidak setelah rekaman ini—"

Dengan kasar, Melvin melempar sebuah flashdisk ke atas meja. Ia menekan tombol remote, dan layar televisi menyala. Suara tajam mulai terdengar, menyesak ruang sempit itu.

"Kau harus melakukannya, Thania! Dia tertarik padamu, kau tinggal sedikit lagi. Sentuh dia, goda dia. Kalau perlu... tidurlah dengannya! Kita butuh uang itu!"

Thania menegang. Suara itu... suara yang sudah lama ia kubur dalam ingatannya. Suara Archer. Kakaknya.

"Tidak... Tidak!" jerit Thania, tubuhnya gemetar hebat. "Rekaman itu terpotong! Aku tidak pernah mengiyakan permintaan Archer! Aku menolaknya, aku bahkan menamparnya setelah ia mengatakan itu! Dia sudah... dia sudah putus asa karena utangnya..."

"Omong kosong!" bentak Melvin, menepis semua penjelasannya dengan tangan kosong.

Ia mendekat dan menunduk ke arah Thania. "Kau pikir aku akan percaya kata-kata manismu? Kau pikir air mata bisa menghapus semua bukti?"

"Melvin, dengarkan aku—aku menolaknya! Aku memaki Archer karena dia bahkan menyuruhku melakukan hal keji itu! Tapi rekaman itu... itu sudah diedit!" Thania mencoba menjelaskan dengan suara yang nyaris putus asa.

Namun Melvin menggeleng lambat. Wajahnya menyiratkan penolakan yang keras kepala. "Kau bisa menangis. Kau bisa terlihat polos di hadapan orang lain. Tapi, tidak bagiku." Ia menatap Thania tajam.

"Buktikan kalau kau memang bukan wanita murahan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Astaga melvin, kamu tuh tega benar sama thania
goodnovel comment avatar
Shaqila Hafizah
issh isshh jahat nyee kau melvin
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
hati hati melvin, lama lama nanti bucin loh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ancaman Gila Melvin

    "Dengan menjadi istrimu yang akan kau siksa setiap harinya?" ucap Thania lirih, suara seraknya nyaris patah. Matanya menatap Melvin dengan luka yang tak bisa ia sembunyikan lagi.Melvin mengangguk mantap. Tegas. Tanpa ragu sedikit pun."Ya. Itu benar." katanya, suaranya dingin dan dalam. "Kau adalah istriku. Dan kau akan hidup sesuai keinginanku. Tak ada pengecualian."Thania menunduk, menggenggam ujung selimut tebal yang bergetar di tangan. Air mata terus mengalir, namun ia tak mengusapnya. Untuk apa? Tangisnya pun tak punya tempat lagi untuk berlabuh.Tubuhnya masih terasa sakit. Bukan hanya karena sentuhan kasar Melvin beberapa menit yang lalu, tetapi karena kata-kata yang terucap dari mulut pria itu—kata-kata yang lebih tajam dari bilah pisau mana pun."Kau adalah boneka mainan," lanjut Melvin, mendekat dan mencengkram dagu Thania dengan kasar, mengangkat wajah wanita itu agar menatapnya."Boneka milikku. Bagian dari perjalanan hidupku. Maka dari itu, turuti semua perintahku. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Wanita Murahan ini adalah Istrimu!

    “Selamat atas pernikahanmu, Thania,” sapa Arion dengan nada hangat, matanya menatap lembut ke arah Thania yang tengah berdiri di depan pintu ruang rapat menunggu Melvin.Thania menoleh, kedua alisnya terangkat tipis. “Terima kasih, Arion,” jawabnya pelan sambil memeluk file di dadanya lalu menghela napas.“Kenapa kau tidak datang di acara pernikahanku dua hari yang lalu?” tanya Thania ingin tahu.Arion menghela napas sejenak, menunduk. “Maafkan aku, Thania. Ayahku tiba-tiba sakit, aku harus menemaninya ke luar kota kemarin malam. Kupikir masih sempat kembali, tapi jadwal penerbangan…” Suaranya tersendat, menahan rasa bersalah di sudut mulut.Thania mengangguk pelan, sorot matanya penuh pengertian. “Aku mengerti, keluarga memang lebih penting.” Ia tersenyum, berusaha menutupi rasa kecewa kecil yang merayap di dada.Arion melempar senyum tipis. “Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ia menepuk lembut pundak Thania sebelum melangkah mundur.Mereka menoleh bersama ke arah seber

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ucapan Gila Melvin

    “Berani sekali kau berkata seperti itu padaku,” ucap Melvin, suaranya datar namun menakutkan, seperti ancaman yang tersembunyi di balik ketenangan.Matanya menusuk tajam ke wajah Thania, seolah ingin mengoyak setiap lapisan harga diri wanita itu.Namun Thania tetap berdiri di tempatnya, tak sedikit pun gentar. Meski seluruh tubuhnya bergetar, ia menahan diri untuk tidak mundur.Kepalanya tetap tegak, meski matanya enggan menatap mata pria itu. “Aku rasa, tidak ada yang salah dengan ucapanku. Itu benar. Kenyataan. Kau sudah menikahiku, dan menjadikan wanita murahan ini adalah istrimu.”Nadanya tenang, namun luka yang dibawanya terasa dalam. Kata-kata itu bukan bentuk perlawanan, melainkan jeritan sunyi dari hati yang terlalu lama tertindas.Ia bahkan tidak ingin menatap Melvin, karena melihat wajah pria itu hanya akan mengingatkannya pada luka-luka yang tak kunjung sembuh.Di dalam hatinya, Thania berteriak. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya terjebak dalam pusaran pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Cabut Saja Nyawaku

    “Apa kau gila?” bentak Thania segera setelah suara langkah Kalen menghilang dari balik pintu.Ia menoleh cepat ke arah Melvin, matanya melebar karena marah dan tak percaya. “Aku tidak mau pergi bulan madu denganmu.”Nada suaranya bergetar. Bukan hanya karena emosi, tapi karena ketakutan yang perlahan merayap masuk ke dalam dirinya.Gagasan untuk berdua saja dengan Melvin di tempat asing selama dua minggu membuat perutnya terasa mual.“Kau pikir aku mau?” sahut Melvin, tak kalah sengit.Suaranya meninggi, memantul di dinding ruang kerja yang kini menjadi arena perang tanpa saksi. “Aku pun tidak sudi menghabiskan waktu denganmu kalau saja aku punya pilihan!”Thania mendengus getir. “Salahmu sendiri! Kau yang mulai berbohong pada ayahmu. Aku diam karena tak ingin membuat suasana kacau, tapi kau terus saja bertindak semaumu!”Melvin menggertakkan giginya. Urat di rahangnya menegang.Matanya penuh bara, tak ada sedikit pun niat untuk mundur dari argumennya. “Kita akan tetap pergi. Sabtu be

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Melvin Memiliki Kekasih?

    “Jangan beritahu siapa pun, Regina. Aku mohon,” pinta Thania dengan suara gemetar, matanya memburu ketakutan, seolah setiap kata yang keluar bisa menjadi peluru yang membunuhnya di kemudian hari.Tangannya menggenggam erat tangan Regina, mencari pegangan di tengah badai yang terus menghantam hidupnya.Ia baru saja menceritakan semuanya—penderitaan dalam pernikahan yang tak pernah ia impikan, kebohongan Melvin yang membuatnya terjebak, dan cinta palsu yang berubah menjadi penjara tanpa pintu keluar.Regina terpaku. Matanya berkaca-kaca menatap Thania yang kini jauh dari sosok ceria dan profesional yang ia kenal selama ini.Di hadapannya kini duduk seorang wanita yang hancur, dengan mata sembab dan tubuh lelah seperti telah memikul beban dunia.“Aku tidak menyangka jika sikap Melvin akan semakin menjadi,” ucap Regina perlahan, suaranya nyaris berbisik karena takut menyakiti Thania lebih dari yang sudah ia alami.“Aku tahu, dia memang sedikit arogan dan seringkali berdebat dengan ayahnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Penasaran dengan Sosok Wanita itu

    “Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Melvin yang baru saja keluar dengan handuk melingkar di pinggang, rambutnya masih basah meneteskan air ke lantai marmer yang dingin.Ia mengerutkan kening begitu menyadari Thania berdiri kaku di sisi tempat tidur, memandangi dirinya dengan tatapan kosong, datar, namun penuh tekanan yang tak terucap.Thania tidak menjawab langsung. Ia menatap Melvin dalam-dalam, matanya tak berkedip, penuh emosi yang terbungkus rapat.Lalu dengan nada dingin dan datar, ia bertanya tanpa tedeng aling-aling, “Kau memiliki kekasih? Kenapa tidak kau nikahi saja wanita itu?”Melvin terdiam sejenak, wajahnya menyiratkan keterkejutan. Ia melangkah pelan, menghindari genangan air di lantai, lalu mengambil ponselnya dari meja kecil di samping tempat tidur.Jarinya menggenggam erat ponsel itu seakan hendak menyembunyikan sesuatu. Ia menoleh ke arah Thania, yang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan penuh tuntutan.“Kenapa diam?” desak Thania, nadanya lebih tegas sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Permintaan Wanita yang Tidak Bisa Dibatalkan

    “A—apa yang kau lakukan di sini?” tanya Melvin terkejut, suaranya tertahan namun terdengar cukup tajam.Ia segera meraih tangan wanita yang memeluknya dan menariknya masuk ke dalam ruang kerjanya dengan gerakan cepat dan penuh tekanan, lalu menutup pintu rapat-rapat di belakang mereka.Joana, wanita cantik berusia dua puluh sembilan tahun itu, mendengus pelan, jelas tidak menyukai sambutan dingin yang baru saja ia terima.Ia berdiri tegak di tengah ruangan, rambut bergelombangnya tergerai sempurna, gaun pastel yang dikenakannya terlihat kontras dengan suasana tegang yang mulai mengisi udara.“Karena aku merindukanmu, Melvin. Kenapa sambutanmu seperti ini padaku?” ucap Joana dengan nada kesal, kedua lengannya terlipat di depan dada.Suaranya penuh protes, namun tetap dibalut gaya manja yang biasa ia pakai saat ingin meluluhkan hati pria itu.Melvin menghela napas dalam, matanya melirik sekilas ke arah jendela kaca di samping pintu.Dari celah tirai tipis, ia bisa melihat Thania masih d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Pertanyaan dari Arion

    “Arion? Kau di sini juga?” Thania memiringkan kepalanya sedikit, lalu melangkah menghampiri pria itu yang sedang duduk di pojok rak buku, tertunduk membaca sebuah buku tebal dengan sampul berwarna cokelat tua.Cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar perpustakaan menyorot setengah wajah Arion, membuatnya tampak tenang dan fokus.Begitu mendengar suara Thania, Arion langsung menutup bukunya dengan satu gerakan halus dan mengangkat wajahnya.Senyuman hangat segera terulas di bibirnya, seperti bias cahaya yang menyelinap lembut ke ruang hati Thania yang sepi.“Ya. Aku di sini bersama dengan timku,” jawab Arion ramah. “Kami sedang menyiapkan beberapa materi literasi untuk program pameran komunitas.” Lalu, dengan nada penasaran, ia menambahkan, “Kau sendiri saja? Atau bersama dengan Regina?”“Hanya sendiri. Regina sedang ada meeting bersama Tuan Kalen,” jawab Thania sambil menunduk sejenak, mengamati rak buku yang ada di sampingnya.Arion mengangguk pelan, matanya masih memandang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01

Bab terbaru

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sikap Tak Biasa

    “Pantai di sini sangat indah. Kau harus menikmati semua wahana dan keindahan yang ada di sini,” ujar Melvin sembari menaruh gelas kopinya ke meja, usai menghabiskan roti bakar yang tersaji.Suaranya terdengar ringan, bahkan wajahnya sedikit berseri—mungkin karena efek kopi dan udara pagi yang menyegarkan.Thania mengangkat wajahnya perlahan, menatap Melvin dengan pandangan datar tapi tak sepenuhnya acuh. “Ya. Memang tempat yang sangat indah,” ucapnya pelan. Suaranya sejuk, tapi terasa ada jarak yang masih membentang di antara mereka.Melvin mengangguk dengan senyum kecil. “Kalau begitu, ikut denganku bermain jetski,” ajaknya tiba-tiba dengan nada penuh semangat.Thania menoleh, kali ini dengan ekspresi terkejut, lalu menggeleng cepat. “Tidak. Aku tidak mau naik jetski.”“Oh, ayolah! Kau harus menikmati wahana di sini, Thania. Aku sudah membayar mahal untuk itu,” ucap Melvin memaksa, suaranya sedikit meninggi, campuran antara antusiasme dan dorongan ingin membuat suasana menjadi lebih

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sebuah Perhatian Kecil

    ‘Apa Regina yang telah memberitahu Davian? Tapi, dia sudah berjanji padaku untuk tidak memberitahu siapa pun,’ ucap Thania dalam hati, curiga namun masih berusaha mempercayai sahabatnya.Pikirannya berkelana, mencoba mengingat setiap percakapan, setiap celah kemungkinan di mana rahasia itu bisa bocor. Tapi tak ada yang jelas. Semua hanya membuat kepalanya semakin pening.Ia kemudian menggelengkan kepalanya pelan, mencoba membuang prasangka yang semakin menumpuk.“Tidak. Aku tidak pernah memberitahu siapa pun tentang ini semua. Tapi, kalau kau tidak percaya, itu bukan urusanku,” ucapnya akhirnya dengan nada datar dan cuek.Kalimat itu keluar tanpa emosi. Ia benar-benar lelah, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental.Rasanya percuma mencari pembelaan di hadapan seseorang yang tak pernah benar-benar ingin percaya.Ia tahu, pada akhirnya semua yang ia katakan hanya akan diputarbalikkan atau diabaikan. Dan Thania tidak punya tenaga lagi untuk itu. Ia hanya ingin tenang.Melvin di

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bingung Melanda Hati

    Melvin memijat keningnya sembari berjalan bolak-balik di ruang tengah apartemennya yang remang, dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.Wajahnya tegang, rahangnya mengeras, dan napasnya mulai memburu. Suara Davian yang tengah memarahinya terdengar tajam di ujung sambungan.“Kau menuduh Thania, sama saja dengan menuduh Papa. Kau pikir Papa akan diam saja setelah tahu semuanya? Mungkin dia akan meminta Thania untuk bercerai denganmu!” suara Davian meledak, seperti bom yang menghantam langsung ke kepala Melvin.Melvin menutup matanya rapat-rapat, mencoba menenangkan pikirannya yang kalut. Ia tahu Davian tidak akan semudah itu diyakinkan.Ia memutar otaknya cepat, berusaha mencari alasan yang cukup logis agar Davian berhenti menekan dan memojokkannya.“Aku melakukan ini untuk melindungi mereka berdua, Davian. Justru aku telah menyelamatkan mereka,” ucap Melvin akhirnya, mencoba memberi pembenaran yang terdengar masuk akal, walau dirinya sendiri tak yakin sepenuhnya pada kata-kata

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ada Sedikit Penyesalan

    Isak tangis Thania masih terdengar samar meski punggungnya membelakangi Melvin. Suaranya yang lirih dan teredam bantal menyayat hati, namun Melvin hanya bisa menatap punggung wanita itu dalam diam.Ia tak punya keberanian untuk menyentuh atau bahkan menenangkannya. Yang bisa ia lakukan hanya merebahkan tubuhnya perlahan di sisi Thania, menjaga jarak namun tetap dekat.Ia memejamkan matanya, satu tangannya memijat pelipis yang terasa berdenyut keras. Kesalahan besar. Ia tahu itu.Ia telah melukai wanita yang bahkan tidak pernah meminta untuk ada dalam kehidupan rumitnya. Dan kini, Thania pasti semakin membencinya.Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponsel yang tergeletak di atas nakas.Ting!Melvin membuka matanya, menoleh, lalu meraih ponsel itu. Layar menampilkan sebuah pesan singkat dari Joana:Joana: Melvin. Kenapa harus pergi selama dua minggu lamanya? Aku baru tiba dan kau harus pergi begitu lama. Aku akan merindukanmu lagi.Melvin membaca pesan itu tanpa ekspresi. Jarinya

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sentuhan Liar dan Menyakitkan

    Mata Melvin langsung menyala. Sorot tajamnya berubah menjadi bara yang membakar amarah dalam dirinya. Napasnya memburu, dadanya naik turun tidak beraturan.“Lalu, kau akan bersama dengan Arion? Begitu?!” pekiknya keras, membuat udara dalam vila seketika terasa sesak.Thania menghela napas panjang, tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan emosi yang terus menggelora dalam dada.Suaranya tenang namun tajam seperti belati ketika ia menjawab, “Kalau memang dia adalah takdirku, kenapa tidak? Bahkan dia jauh lebih baik darimu.”Ucapannya itu seperti cambuk yang menghantam keras ke arah Melvin. Rahangnya mengeras, matanya semakin gelap.Tangan Melvin mengepal kuat, seolah hendak menghantam apa pun yang ada di hadapannya—tembok, meja, bahkan mungkin dirinya sendiri. Amarah itu begitu kentara, seakan hanya menunggu detik untuk meledak.Sementara Thania tetap berdiri tegak. Ia tampak lelah, tapi tekadnya bulat. “Kau mau apa? Aku akan turuti, asalkan lepaskan aku. Atau mungkin kau ingin memperm

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ceraikan Aku

    “Itu urusanku,” ucap Melvin dengan nada dingin dan penuh penekanan.Thania mengerutkan keningnya. Ucapan itu terasa asing, dingin, dan begitu memotong. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan emosi yang mulai menggelegak di dada.Sikap Melvin akhir-akhir ini memang sulit dipahami. Seolah ada banyak rahasia yang ia simpan rapat-rapat dan enggan dibagi, bahkan dengan wanita yang kini menyandang status sebagai istrinya.“Memangnya kau tidak akan menceraikanku?” tanya Thania, suaranya nyaris seperti bisikan.Ia lalu membuang muka, tidak sanggup menatap wajah Melvin karena takut melihat jawaban yang akan lebih menyakitkan dari perkataan.Ucapan itu seketika membuat Melvin menoleh cepat. Pandangannya menajam, rahangnya mengeras, dan sorot matanya menyala penuh kemarahan. Ia melangkah maju satu langkah, menatap Thania nyalang.“Berani sekali kau berucap seperti itu! Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?” ucapnya tajam.Thania menghela napas, mencoba tetap tenang meski hatinya gem

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Debat di Tempat Bulan Madu

    Begitu tiba di Hawaii, Thania dan Melvin langsung disambut oleh udara hangat khas tropis yang berpadu dengan semilir angin laut yang menenangkan.Langit biru membentang tanpa cela, berpadu sempurna dengan lautan yang berkilauan diterpa cahaya matahari.Di sepanjang jalan menuju penginapan, deretan pohon kelapa melambai-lambai seolah menyambut kedatangan mereka.Melvin sengaja memilih sebuah vila privat yang letaknya agak terpencil dari keramaian. Ia memang tidak suka tempat yang penuh sesak dengan turis.Bukan hanya karena sifatnya yang tertutup, tapi juga karena ia ingin meminimalkan kemungkinan bertemu orang yang tak diinginkan.Apalagi ini adalah bulan madu pura-pura yang tak ingin ia jalani lebih dari sekadar formalitas.Setelah sopir vila membukakan pintu dan menurunkan koper-koper mereka, Thania melangkah masuk dengan hati yang masih belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan.Namun, matanya langsung terpukau ketika melihat bagian dalam vila yang elegan dan hangat.Nuansa kayu, ar

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Tiket Bulan Madu

    Begitu tiba di rumah, Melvin langsung menyerahkan selembar tiket pesawat kepada Thania. Wajah wanita itu terlihat kebingungan saat menerima kertas yang dilipat rapi tersebut.“A—apa ini?” tanyanya, dahi berkerut, matanya menatap tak percaya pada tiket yang kini berada di tangannya.“Tiket pesawat untuk terbang besok. Kita akan pergi ke Hawaii, sesuai dengan permintaan Papa,” jawab Melvin dengan suara datar dan nada tak ingin dibantah.Tidak ada basa-basi, tidak ada senyum, hanya sebuah pernyataan yang terdengar seperti perintah.Mata Thania membola. Ia bahkan sempat terpaku beberapa detik. “Apa aku tidak salah dengar? Kita … akan pergi bulan madu? Aku sudah menolaknya, Melvin,” protesnya, nada suaranya meninggi, disertai dengan sorot mata yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Melvin menatap Thania dengan tatapan dingin. “Kau pikir aku mau?” balasnya tajam.“Aku terpaksa melakukan ini agar Papa tidak curiga pada kita, Thania!” Nada suaranya meninggi, menunjukkan betapa kesaln

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kecurigaan Davian

    “Bertengkar? Lagi?” ucap Kalen dengan nada berat, nyaris tak percaya.Davian mengangguk dengan ekspresi muram. Ia baru saja menyampaikan informasi yang ia dapat dari Regina. “Ya. Regina yang memberitahuku. Dan Regina tahu dari Evelyn, asisten pribadi Arion. Mereka bertengkar lagi, dan kali ini sampai baku hantam, Pa.”Ia mengembuskan napas panjang sambil menggelengkan kepala, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Suasana di ruang kerja Kalen terasa sesak meski tak ada suara selain mereka berdua.Kalen menggaruk rambutnya dengan kesal, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi yang semakin menumpuk.“Sampai kapan mereka akan berseteru seperti ini? Kalau memang Arion menyukai Thania sejak lama, seharusnya dia ungkapkan saat itu juga—bukan sekarang, ketika semuanya sudah terlambat.”Matanya menerawang ke luar jendela seolah berharap menemukan jawaban di balik bayang-bayang pohon dan langit mendung.Suasana hati Kalen memang sedang kacau, dan konflik dua pria muda itu hanya memperkeruhnya.D

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status