Arion menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan tatapan tajam ke arah Melvin yang berdiri tegak dengan emosi yang tertahan. Thania yang saat itu juga ada di sana hanya diam menatap kedua pria yang masih bersitegang.
"Apa maksudmu menghantamku, Melvin?"
Napas Melvin masih turun naik tidak aturan, tangannya meraih beberapa lembar kertas foto yang memperlihatkan wajah Arion bersama Evelyn dan juga ada Johan di sana. Jika diperhatikan lagi, Arion tahu dimana kejadian dalam foto itu terjadi.
Arion berpaling menatap pada Thania, bibirnya bergerak lirih, "Apakah kau juga percaya dengan foto hasil editan ini, Thania?"
"Ini adalah bukti nyata, tetapi tidak harus kau berbuat lebih pada wanita itu, Arion. Kau harus jujur pada dunia!" hentak Melvin.
Thania yang ditatap Arion segera menundukkan kepala, ia tidak berani melawan tatapan pria itu. Ia juga tidak ingin beradu argumen dengan suaminya yang berperinsip keras dan teguh pendirian.
"Apa y
Semua bukti kejahatan Cintya telah disimpan rapat oleh Arion, tetapi kasus ini tidak ingin dilanjutkan oleh Evelyn. Wanita itu tidak mau berurusan lebih jauh yang berhubungan dengan Johan. Arion menuruti kemauan istrinya."Bagaimana kabar kesehatan tubuhmu pasca kejadian itu, Evelyn?""Aku sudah lebih baik semua ini karena perawatan suamiku ini," kata Evelyn sambil memeluk lengan Arion.Pria itu tersenyum saja menikmati perlakuan Evelyn yang mulai menerima pernikahan kilat mereka. Lalu keduanya melanjutkan makan malam dalam diam. Setelah selesai, Arion membawa istrinya ke ruang santai lalu menyalakan televisi.Seorang pelayan datang sambil membawa undangan yang tadi ia terima dari kurir perusahaan. Sesuai pesan kurir itu undangan harus sampai langsung ke tangan Arion karena keduanya sudah seminggu tidak masuk kerja dengan alasan kesehatan Evelyn."Kapan undangan ini datang?" tanya Arion pada wanita paruh baya."Siang tadi saat Tuan dan Nyony
Arion yang mendengar suara teriakan seorang wanita bergegas melangkah panjang ke sumber suara. Tanpa ragu tangannya meraih gagang pintu toilet khusus wanita.Saat pintu terbuka sempurna, Arion terkejut melihat kondisi istrinya yang tergeletak di lantai dalam kondisi yang menyedihkan. Gegas ia bergerak cepat menolong Evelyn dengan menggendong lalu dibawa keluar dari sana.Hanya dengan satu lengannya tubuh Evelyn sudah bisa dibawa keluar sedangkan lengan yang lainnya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Kali ini Arion mencari nomor sepupunya agar segera memberi pertolongan. Panggilan pun tersambung."Bantu aku membereskan semua barang bawaanku!" kata Arion langsung ke inti masalah."Kau ada di mana saat ini?" tanya Melvin di seberang.Arion menjelaskan kondisinya saat itu dengan jelas, ia juga memberitahukan pada Melvin jika saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit untuk memberi pertolongan pada Evelyn pasca jatuh di toilet.
Arion yang mendengar suara teriakan seorang wanita bergegas melangkah panjang ke sumber suara. Tanpa ragu tangannya meraih gagang pintu toilet khusus wanita.Saat pintu terbuka sempurna, Arion terkejut melihat kondisi istrinya yang tergeletak di lantai dalam kondisi yang menyedihkan. Gegas ia bergerak cepat menolong Evelyn dengan menggendong lalu dibawa keluar dari sana.Hanya dengan satu lengannya tubuh Evelyn sudah bisa dibawa keluar sedangkan lengan yang lainnya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Kali ini Arion mencari nomor sepupunya agar segera memberi pertolongan. Panggilan pun tersambung."Bantu aku membereskan semua barang bawaanku!" kata Arion langsung ke inti masalah."Kau ada di mana saat ini?" tanya Melvin di seberang.Arion menjelaskan kondisinya saat itu dengan jelas, ia juga memberitahukan pada Melvin jika saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit untuk memberi pertolongan pada Evelyn pasca jatuh di toilet.
Hari telah berganti dan hubungan Arion dengan Evelyn makin lengket, keduanya begitu serasi di setiap waktu. Bahkan dalam dunia kerja pun mereka membuat iri beberapa rekan kerja yang lain."Apakah sepulang kerja ini kau jadi mengantar berbelanja kebutuhan rumah, Sayang?" tanya Evelyn dengan nada rendah dan lembut.Arion yang masih fokus pada layar laptopnya hanya mengangguk, lalu suaranya keluar dengan volume rendah, "Pasti, tunggu lima belas menit lagi semua kerjaan ini selesai, Sayang. Tunggu saja di sana!"Evelyn tidak memberi jawaban, ia tahu dan mengerti tugas Arion begitu berat dan banyak. Maka ia tidak banyak menuntut, melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya.Dengan sabar Evelyn menunggu suaminya sambil melihat akun sosmed miliknya. Dari beberapa postingan muncul berita bahwa Cintya sedang melakukan kegiatan amal di beberapa panti asuhan untuk meminta doa agar pernikahannya segera diberi anak.Membaca saja Evelyn sudah tersenyum sendir
Arion menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan tatapan tajam ke arah Melvin yang berdiri tegak dengan emosi yang tertahan. Thania yang saat itu juga ada di sana hanya diam menatap kedua pria yang masih bersitegang."Apa maksudmu menghantamku, Melvin?"Napas Melvin masih turun naik tidak aturan, tangannya meraih beberapa lembar kertas foto yang memperlihatkan wajah Arion bersama Evelyn dan juga ada Johan di sana. Jika diperhatikan lagi, Arion tahu dimana kejadian dalam foto itu terjadi.Arion berpaling menatap pada Thania, bibirnya bergerak lirih, "Apakah kau juga percaya dengan foto hasil editan ini, Thania?""Ini adalah bukti nyata, tetapi tidak harus kau berbuat lebih pada wanita itu, Arion. Kau harus jujur pada dunia!" hentak Melvin.Thania yang ditatap Arion segera menundukkan kepala, ia tidak berani melawan tatapan pria itu. Ia juga tidak ingin beradu argumen dengan suaminya yang berperinsip keras dan teguh pendirian."Apa y
Begitu Evelyn duduk di depannya, Johan langsung menyodorkan kertas putih bertuliskan perjanjian. Evelyn menatap penuh tanya pada pria itu, tetapi Johan hanya memberi kode agar ia segera membuka kertas tersebut."Apa ini, Johan?" tanya Evelyn datar."Buka dan baca, lalu pahami isinya. Jika kau setuju maka akan segera semua iu aku alirkan ke dana milikmu!"Evelyn membuka beberapa lembar kertas tersebut dan mulai membaca satu per satu setiap poin yang tertera di sana.Begitu selesai membaca semua, kedua mata wanita itu membulat sempurna. "Kau gila, Johan. Tidak, aku tidak akan setuju dengan apa yang kau tulis di sini," kata Evelyn datar dan ketus."Maka kau yang merugi jika tidak segera tandatangan di sana, Evelyn," jawab Johan."Ini adalah milikku sejak kau tinggalkan aku demi wanita itu dan warisan keluargamu."Johan mengebrak meja tidak terima dengan penolakan Evelyn, ia merasa bahwa apa yang dimiliki oleh Evelyn saat ini juga atas pr