"Semua produk yang lagi nungguin konten endorse lo pada batalin kerja sama dengan kita, Cha. Semua, Cha, nggak cuman satu. Gawat, ini masalah benar-benar serius, Cha. Kalau sampai begini terus bisa-bisa lo kesepian job. Karier lo benar-benar hancur gara-gara video skandal lo itu."
"Itu bukan video skandal gue, ya. Gue dijebak. Lo tahu, kan?" "Iya, maksud gue itu. Dan kita nggak bisa diam gini, Cha. Kita harus ngelakuin sesuatu. Video itu bukan maunya lo. Lo cuman difitnah. Masak lo diam aja kayak gini biarin nama baik lo hancur karena kesalahan yang nggak lo perbuat? Gue bakal bantu lo." "Terus gue harus gimana? Lo mau bantu apa?" Gadis cantik berusia sembilan belas tahun itu menatap lurus ke arah jendela kamar dengan pandangan hampa. Percakapannya dengan sang manager terngiang-ngiang. Semua brand membatalkan kerja sama dengannya. Bahkan sampai hari ini tidak ada job baru yang masuk. Seketika Mischa menggebrak meja riasnya kesal.Hari-hari terus berlalu, kini tugas Intan selain mengurus rumah juga mengurus ibunya yang sakit. Meski sudah ada Mischa atau Tasya yang hanya datang sesekali, tetap saja tugas Intan yang mengurusi mertuanya lebih dominan ketimbang anak-anaknya sendiri. Seperti saat ini, Intan mengajak ibunya jalan-jalan keliling halaman rumah saja, sambil Mira duduk di atas kursi roda. Intan sebenarnya sedih melihat kondisi ibu mertuanya yang sakit seperti ini, tapi dia juga bersyukur karena selama ibu mertuanya sakit, sikap orang tua itu berubah baik padanya, walaupun sesekali masih senang marah dan cuek. Intan memperhatikan semenjak sakit, Mira terlihat murung, tidak bergairah, sedih, dan lebih banyak melamun. Seperti saat ini, sejak tadi Intan ajak bicara, Mira hanya menjawab sekenanya. Atau malah tidak menjawab sama sekali. Intan berjongkok di hadapan kursi roda ibu mertuanya. "Mama mikirin apa? Mama sedih karena apa?" Saat Mira melirik ke arahnya, dan dari tatapan ibu mertuanya itu, Intan pu
"Dan sekarang Mischa harus tinggal di sini karena dia nggak mampu lagi bayar sewa apartemen. Dan Mischa minta Mama jangan sampai tahu soal ini. Kita harus sama-sama jaga rahasia ini." "Iya, Mas. Aku bakal bantu kamu untuk jaga rahasia Mischa. Kasihan Mischa, ya, Mas. Dia pasti sedih banget, down banget. Syukur-syukur dia nggak nekat bunuh diri lagi." "Jangan sampai. Aku minta tolong kamu, ya. Jaga Mischa dan rahasianya." "Tanpa kau minta pun aku pasti tolongin, Mas." Bima diam duduk merenung di ruang kerjanya. Percakapannya dengan sang istri terngiang-ngiang. Intan memang istri yang sangat baik. Selama ini wanita itu sudah berkorban banyak untuk keluarganya. Intan benar-benar memperlakukan keluarganya seperti keluarga sendiri. Dia sadari dia sangat mencintai istrinya itu. Namun, keluarga Bima sendiri juga penting bagi Bima. Dan dia menyayangi keluarganya. Bima sangat ingin istrinya dan keluarganya bisa bersatu dan
"Dan sekarang Mischa harus tinggal di sini karena dia nggak mampu lagi bayar sewa apartemen. Dan Mischa minta Mama jangan sampai tahu soal ini. Kita harus sama-sama jaga rahasia ini." "Iya, Mas. Aku bakal bantu kamu untuk jaga rahasia Mischa. Kasihan Mischa, ya, Mas. Dia pasti sedih banget, down banget. Syukur-syukur dia nggak nekat bunuh diri lagi." "Jangan sampai. Aku minta tolong kamu, ya. Jaga Mischa dan rahasianya." "Tanpa kau minta pun aku pasti tolongin, Mas." Bima diam duduk merenung di ruang kerjanya. Percakapannya dengan sang istri terngiang-ngiang. Intan memang istri yang sangat baik. Selama ini wanita itu sudah berkorban banyak untuk keluarganya. Intan benar-benar memperlakukan keluarganya seperti keluarga sendiri. Dia sadari dia sangat mencintai istrinya itu. Namun, keluarga Bima sendiri juga penting bagi Bima. Dan dia menyayangi keluarganya. Bima sangat ingin istrinya dan keluarganya bisa bersatu dan akur seperti keluarga pada umumnya. It
"Ma, Ibu datang mau jenguk Mama." Intan memberitahu Mira begitu dia masuk kamar. Wanita itu tersenyum lebar, terlihat begitu bahagia. Kontras dengan Mira yang malah memasang tampang kesal. "Suruh aja di masuk ke kamar," jawab Mira seadanya. "Iya, Ma. Udah aku suruh, kok." Tak lama kemudian, seorang wanita yang sebaya dengan Mira, namun agak kurus, dan senang memakai syal ke mana-mana, membuatnya terlihat seperti orang sakit, muncul dari balik pintu. Dia adalah wanita yang melahirkan Intan, Rismayana. Risma tersenyum saat tatapannya bertemu pandang ke besannya. Mira membalas senyum itu dengan kaku. "Bagaimana keadaannya sekarang, Bu?" tanya Risma kala dia sudah duduk di kursi yang tak jauh dari ranjang Mira. "Sudah mendingan? Sudah ada kemajuan?" "Ya beginilah keadaan saya," sahut Mira sambil membenarkan selimutnya. Ditatapnya besannya itu. Dari awal pernikahan Bima dan Intan, Mira memang tidak pernah menyetujui pernikahan mer
"Mischa kamu kenapa nangis-nangis?" Begitu pintu apartemen di buka dan menampakkan sosok Mischa, Bima langsung bertanya. Melihat tatapan mata kakaknya yang begitu khawatir terhadapnya, Mischa yang sejak tadi tak lagi mampu bicara kembali menangis. Dan kali ini dia memeluk kakaknya, menangis tersedu-sedu membuat Bima kebingungan sekaligus khawatir. Waktu Mischa mengajaknya bertemu, detik itu juga Bima meninggalkan kantornya dan menuju apartemen adiknya. Dia sungguh begitu khawatir dan kini Mischa malah menangis di pelukannya. Perasaan Bima makin kacau, sebenarnya ada apa dengan Mischa? "Ya udah kita masuk ke dalam aja, ya? Kita cerita di dalam." Ketika mereka sudah masuk ke apartemen dan duduk-duduk di ruang tamu, Bima kembali bertanya apa yang membuat Mischa sampai menangis. Namun, Mischa tak langsung menjawab pertanyaannya. "Kak, tolong aku, Kak." Mischa menatap kakaknya dengan linangan air mata. "Iya, apa pun masalah kamu kakak bakal tolongin, tapi kamu harus cerita dulu
"Semua produk yang lagi nungguin konten endorse lo pada batalin kerja sama dengan kita, Cha. Semua, Cha, nggak cuman satu. Gawat, ini masalah benar-benar serius, Cha. Kalau sampai begini terus bisa-bisa lo kesepian job. Karier lo benar-benar hancur gara-gara video skandal lo itu." "Itu bukan video skandal gue, ya. Gue dijebak. Lo tahu, kan?" "Iya, maksud gue itu. Dan kita nggak bisa diam gini, Cha. Kita harus ngelakuin sesuatu. Video itu bukan maunya lo. Lo cuman difitnah. Masak lo diam aja kayak gini biarin nama baik lo hancur karena kesalahan yang nggak lo perbuat? Gue bakal bantu lo." "Terus gue harus gimana? Lo mau bantu apa?" Gadis cantik berusia sembilan belas tahun itu menatap lurus ke arah jendela kamar dengan pandangan hampa. Percakapannya dengan sang manager terngiang-ngiang. Semua brand membatalkan kerja sama dengannya. Bahkan sampai hari ini tidak ada job baru yang masuk. Seketika Mischa menggebrak meja riasnya kesal.