Share

Jaka Cemburu

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2022-04-27 06:25:49

    Jaka merasa aneh, anak kecil itu memanggil Fatimah dengan sebutan Mama. Jaka menatap Fatimah, mencoba mencari jawaban dari Fatimah.

    "Maaf, Mas. Ini Shaka putranya Angga.Dia sudah pisah dari Mamanya, entah mengapa saat melihat saya dikira Mamanya," tutur Fatimah agar Jaka tidak salah faham.

     "Baiklah, aku mau ambil berkas," ucap Jaka lalu masuk ke dalam kamar. Setelah itu Jaka langsung pamit ke kantor.

     Jaka merasa aneh, ada Angga dan putranya disana. Padahal baru semalam mereka bertemu. Jaka takut, jika Angga berusaha merebut Fatimah. Terlebih lagi saat ini mereka dalam masalah.

     Sepanjang perjalanan ke kantor, Jaka memikirkan Fatimah dan Angga. Dia tidak fokus dengan jalanan. Hampir saja dia menabrak seseorang.

    "Ah! Kenapa aku jadi memikirkan mereka!" Jaka mengusap wajahnya. Dia berusaha berpikir positif pada Fatimah.

    Sesampainya di kantor, dia disambut oleh Jo. Jo langsung memeluk Jaka seperti seorang anak yang merindukan ayahnya.

**

    Fatimah dan Angga mengobrol, obrolan mereka hanya sebatas membahas Shaka. Namun, Aminah tiba-tiba nimbrung.

     "Beruntung jika Fatimah punya suami seperti Nak Angga. Sudah tampan bisa punya anak pula," kata Aminah.

     "Bu, jangan bicara seperti itu," tegur Fatimah.

     "Loh, kan memang kenyataannya. Kamu jangan belain suami kamu yang mandul itu. Ibu tahu, kamu ingin sekali punya anak," bantah Aminah.

     Fatimah merasa malu dengan perkataan Aminah. Dia tidak menyangka akan membuka masalah Fatimah di depan Angga. Bahkan dia terang-terangan menginginkan Angga jadi menantunya.

     "Saya sih senang aja Bu, kalau Fatimah jadi istri saya. Apalagi Shaka sangat dekat dengan Fatimah," ujar Angga. Seketika Fatimah mematung mendengar apa yang diucapkan Angga.

     "Maaf, Ngga. Sebaiknya jangan bahas itu. Saya sudah punya mas Jaka," kata Fatimah.

     "Apa yang kamu andalkan dari pria mandul seperti Jaka?" tanya Aminah.

     "Bu, biar bagaimanapun mas Jaka suami aku. Tolong hargai dia!" Fatimah mulai menaikkan nada bicaranya.

      "Terserah, tetapi Ibu masih berharap Nak Angga yang jadi menantunya Ibu," bantah Aminah.

    Angga merasa tidak enak karena menimbulkan keributan. Dia pamit pulang agar keributan tidak semakin bertambah panas.

    "Fatimah, maaf karena aku kamu jadi berdebat dengan ibumu," ucap Angga saat Fatimah mengantarnya ke depan.

    "Iya, tidak apa-apa," jawab Fatimah dengan senyum yang di paksakan.

    Setelah Angga dan Shaka pergi, Fatimah masuk ke dalam kamar. Dia merajuk pada Aminah. Sehingga dia malas untuk memasak makan siang.

    Terdengar Aminah di dapur mengomel. Dia bahkan berteriak memanggil Fatimah. Namun, Fatimah justru memaksakan diri untuk tidur.

     "Fatimah...bangun! Bantu Ibu memasak!" teriak Aminah. Tidak ada jawaban, akhirnya Aminah memasak sendiri sambil mengomel.

    Dia merasa Fatimah keterlaluan. Marah hingga tidak mau keluar kamar. Hingga sore hari, Fatimah tidak kunjung keluar kamar.

    "Dek, tolong bukain pintunya!" perintah Jaka yang sudah pulang dari kantor.

     "Istrimu marah gara-gara aku mau punya menantu Angga. Pria yang mapan sekaligus bisa punya anak," kata Aminah saat melintas di depan kamar Fatimah.

    Tidak berapa lama, Fatimah membuka pintu kamar. Dia menyalami Jaka dan mengajaknya masuk.

     "Apa benar yang dibilang Ibu? Kamu marah karena Ibu ingin kamu dengan Angga?" tanya Jaka sambil duduk ditepi ranjang dan membuka dasinya.

     "Apa kamu tega, melihat istrimu dekat dengan pria lain?'' tanya balik Fatimah.

     Jaka tersenyum, dia mengajak Fatimah duduk di sampingnya. Lalu dia memegang kedua tangan Fatimah.

     "Mas, tidak akan tega. Mas tidak ikhlas, Dek. Melihat kamu tadi bersama Angga di ruang tamu saja aku sudah cemburu," jawab Jaka.

     "Benarkah! Aku kira Mas tadi cuek saja," kata Fatimah.

     "Aku cuek karena aku yakin, kamu tidak akan berhianat," ucap Jaka. Fatimah memeluk Jaka, dia sangat menyayangi Jaka.

      Di luar terdengar Aminah memanggil Jaka.

    "Jaka, kalau istrimu masih marah. Kamu gantiin dia yang memasak buat makan malam," teriak Aminah.

    "Ibu keterlaluan," kata Fatimah beranjak dari duduknya namun ditahan oleh Jaka.

    "Kalau tidak mau aku masak sendirian. Bagaimana kalau kita masak berdua?" tanya Jaka.

     "Tapi itu tugas perempuan, Mas. Mas Jaka nggak perlu memasak," bantah Fatimah.

     Jaka bersikap kukuh ingin memasak. Sehingga mereka memasak berdua untuk makan malam.

    Aminah yang melihat mereka semakin mesra justru merasa risih. Aminah tidak suka jika Fatimah dekat dengan Jaka terus.

     "Kalau masak yang benar, jangan mesra-mesraan melulu," sindir Aminah.

    "Jangan protes, kalau masih protes Ibu masak saja sendiri," bantah Fatimah.

     "Eh ini anak malah ngegas. Jangan jadi anak durhaka kamu," kata Aminah kesal karena Fatimah selalu membantah.

    "Sudah, Dek. Biarkan saja, kita lanjutkan memasak saja," kata Jaka menengahi agar tidak semakin rumit.

    Aminah keluar dari dapur. Dia terus mengomel, ditambah Santo belum pulang juga. Aminah merasa bahwa Jaka dan Fatimah berlebihan.

     Aminah terdengar mengangkat telfon. Dia tampak girang sekali ketika menerim telfon.

     "Halo Nak Angga, ada apa?" tanya Aminah senang.

     "..."

    "Apa? Shaka rewel? Dia ingin bertemu dengan Fatimah?" tanya Aminah.

    "..."

     "Baik nanti akan saya ajak Fatimah kesana. Kamu tenang saja, suaminya yang tak guna itu pasti mengizinkan," jawab Aminah.

     Sepertinya Aminah telah selesai menelfon. Dia segera ke dapur menemui Fatimah.

     "Fatimah, nanti kita ke rumah Nak Angga. Shaka rewel ingin kamu datang," kata Aminah.

     "Biarkan saja, Bu. Aku bukan Ibunya," bantah Fatimah.

      Aminah hanya diam saja lalu pergi. Dia tidak marah ataupun mengomel.

     Waktu makan malampun tiba, ponsel Fatimah berdering. Panggilan dari Angga, Fatimah malas untuk menganggkatnya.

    "Angkat siapa tahu penting, Dek!" suruh Jaka. 

    Fatimah mengangkat panggilan Angga, "Halo, ada apa?" tanya Fatimah.

    "..."

    "Eh Shaka, maaf tante tidak bisa datang," kata Fatimah.

     Shaka justru menangis disana, Fatimah merasa tidak enak hati.

     "Baiklah, tante akan kesana," kata Fatimah pasrah. 

     Jaka yang mendengar hal itu merasa cemburu. Karena Fatimah akan datang ke rumah Angga. Jaka takut jika lama-lama Fatimah mencintai Angga.

     "Mas, aku nanti ke rumah Shaka. Dia butuh aku sekarang," ucap Fatimah.

      "Ini malam, Dek. Apa tidak sebaiknya besok saja?" tanya Jaka merasa keberatan.

       "Biar sama Ibu. Kamu jangan khawatir, Fatimah tidak akan sendiri," jawab Aminah.

      "Tapi Bu. Jaka takut jika sesuatu terjadi," kata Jaka.

      "Kamu tidak percaya dengan Ibu? Ya sudah kalau begitu, kamu antar Fatimah," ucap Aminah kesal.

     "Ya sudah, boleh sama Ibu. Pulangnya jangan malam-malam," kata Jaka pasrah. 

     Fatimah dan Aminah bersiap, tiba-tiba Rani datang.

     "Mau kemana? Kok kado tidak dibawa?" tanya Rani.

     "Ya ampun! Kita kan harus tengok bayi!" seru Fatimah. Jaka senang akhirnya Fatimah gagal ke rumah Angga. Setidaknya Fatimah malam ini menunda keberangkatannya ke rumah Angga.

     "Setelah dari tengok bayi, kita ke rumah Angga," ucap Aminah. Seketika Jaka cemburu lagi.

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Derita Suami Mandul   Ending

    Jaka dan Yunita tidak hanya mengundang Fatimah dan Angga. Mereka juga mengundang keluarga Adam, keluarga Hasan juga. Dam tentu Santo dan Aminah tidak ketinggalan. Meskipun Jaka hanya mantan menantu tetapi dia tetap menghargai Santo dan Aminah. Pagi sekali Fatimah sudah menyiapkan baju untuk ketiga anaknya. Dia sudah mandi sejak awal. Baru dia memandikan ketiga anaknya. "Ya ampun repot sekali," kata Fatimah. Padahal dia sudah di bantu Mbok Inah dan baby sitter Shaka. Mbok Inah tertawa melihat Fatimah gugup. Dia bahkan sempat kebalik saat memakaikan kaos dalam untuk Shaka. "Jangan gugup, Bu. Nggak akan ketinggalan kereta," goda Mbok Inah. "Bari gantiin baju mereka aja sudah ribet apalagi nanti di sana. Mana Mas Angga nggak mau ajak kalian," kata Fatimah. "Ya nanti kan ada Bu Aminah biar dibantu beliau, Bu," kata Baby Sitter Shaka. "Kalau Shaka pasti main sama Jonathan pasti anteng," lanjutnya. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kal

  • Derita Suami Mandul   Angga Dan Fatimah Bersatu

    Fatimah terus saja berpikir keputusan apa yang akan dia ambil. Dia tidak mungkin meneruskan gugatannya. ''Ibu tahu kamu sangat menyayangi Shaka dan Clarisa. Apa lagi aku lihat Clarisa dekat sekali dengan kamu dan Naura. Jika kamu memutuskan untuk kembali pada Angga Ibu silahkan," kata Aminah. "Ibu akan coba bicara dengan Angga agar dia berubah," kata Aminah. "Sepertinya aku memang harus kembali pada Mas Angga, Bu. Kalau aku meninggalkan dia itu tandanya aku egois," ucap Fatimah. "Semoga Mas Angga mau merubah sikapnya," kata Fatimah. Hari ini adalah tujuh harinya Luna. Itu tandanya Fatimah harus memberi jawaban pada Angga. "Bagaimana Fatimah? Aku menunggu keputusan kamu. Aku harap kamu mau kembali bersamaku. Kita rawat anak kita sama-sama," kata Angga. "Setelah saya pikirkan, saya rasa saya harus tetap bersama kamu, Mas. Anak-anak butuh aku," kata Fatimah. "Angga, aku mau kamu jangan sampai sakiti Fatimah lagi. Kalau sampai kamu sakiti Fatimah lagi, aku

  • Derita Suami Mandul   Luna Kecelakaan

    Setelah mendapat telfon dari Angga, Luna panik. Dia tidak menyangka pria suruhannya itu ditangkap Angga. Dan kini dia ketahuan sebagai dalang dari masalah perselingkuhan Fatimah. "Aku harus kabur, aku nggak mau ditangkap polisi," ucap Luna panik. Luna membereskan bajunya ke dalam koper. Dia tidak membawa ikut serta Clarisa karena bagi dia akan merepotkan. "Bagaimana kalau sampai aku tertangkap?" tanya Luna. Dia menyeret kopernya keluar kamar. "Bu, kamu mau kemana?" tanya Mbok Inah saat melihat Luna membawa koper. "Aku mau pergi, kamu jaga Clarisa. Aku nggak mungkin bawa dia," jawab Luna panik. Dia segera membawa mobilnya pergi dari rumah Angga. Dia terburu-buru sekali. Di tengah jalan dia mendengar ada sirine mobil polisi dia semakin parno. Dia tancap gas sekencang mungkin agar tidak bertemu polisi. Luna bahkan beberapa kali menerobos lampu merah di jalan yang sedikit sepi. Dia tidak peduli dengan keselamatan dia lagi. Dari arah yang berlaw

  • Derita Suami Mandul   Pernikahan Diujung Tanduk

    "Mas, maksud kamu apa?" tanya Fatimah. "Kamu kemarin hanya nolongin aku untuk antar aku ke rumah Kak Rani. Kenapa malam ngaku-ngaku kita ada hubungan?" tanya Fatimah. "Loh memang kita ada hubungan, kan?" tanya Pria itu. "Kamu jangan ngarang," bantah Fatimah. "Nah udah ketahuan dia selingkuh. Kenapa masih kamu pertahankan dia, Mas," sahut Luna. "Sudah ayo kita pergi!" ajak Angga pada Luna. Angga meninggalkan Fatimah dan keluarganya. Dia tidak mau terus berdebat. Bahkan Angga malah mengajak Luna langsung pulang. Acara mereka jalan-jalan gagal total. Fatimah dan keluarganya juga pulang. Mereka tidak menyangka pria itu berbohong di depan Angga. "Siapa sih pria tadi? Dia kok malah berbohong?" tanya Rani. "Sudah kalian tenang saja, saya sudah suruh orang selidiki dia. Aku yakin ada orang lain dibelakang dia," jawab Adam. "Maksud Mas Adam dia disuruh orang?" tanya Rani. ''Betul sekali," jawab Adam. "Pasti ulah Luna," sahut Fatimah.

  • Derita Suami Mandul   Sandiwara Luna

    Fatimah sudah berada di rumah Rani. Beruntung tadi dia bertemu pria baik yang mau mengantar dia sampai di rumah Rani. Awalnya Fatimah menolak karena tidak kenal orang tersebut. Tetapi lama-lama dia mau karena Naura terus saja rewel. "Terima kasih, Mas. Maaf saya tidak bisa balas dengan apapun," kata Fatimah. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya senang melihat Mbak sudah sampai tujuan dengan selamat. Lagian suami Mbak tega sekali membiarkan istrinya pergi sendiri membawa anak kecil," kata pria itu. "Saya permisi, Mbak!" ucap pria itu lalu pergi. Fatimah masuk ke rumah Rani. Dia beristirahat di kamar tamu yang sudah di sediakan pembantu Rani. "Kalau butuh sesuatu bisa panggil saya, Mbak," ucap pembantu Rani. "Iya, Mbak," jawab Fatimah. Dia menidurkan Naura yang sudah terlelap di atas ranjang. Dia merasa kasihan karena membawa Naura panas-panasan. Malamnya Rani datang, dia sedih melihat keadaan Fatimah saat ini. Namun, sebagai kakak dia akan mensupport apapun k

  • Derita Suami Mandul   Meminta Cerai

    Angga melotot dia tidak menyangka Fatimah akan berani menggugat cerai Angga. Angga tidak mau jika Fatimah meninggalkan dia. "Jangan asal bicara. Pikirkan dulu ucapan kamu!" pinta Angga. "Aku tidak akan menceraikan kamu, dan kamu tidak akan bisa menceraikan aku," kata Angga. "Kenapa kamu takut? Bukanya kamu sudah ada Luna?" tanya Fatimah. "Aku tidak mau ya tidak mau," jawab Angga. "Kamu egois, Mas," kata Fatimah. Dokter masuk, seketika mereka diam. "Pak Angga, Bu Fatimah sudah boleh pulang sore ini," kata Dokter. "Baik, Dok. Terimakasih," kata Angga. Fatimah tidak mau melihat ke arah Angga. Dokter memeriksa keadaan Fatimah. "Bu Fatimah banyak istirahat ya. Jangan sampai salah makan lagi," kata Dokter. "Baik, Dok," ucap Fatimah. Dokter keluar dari ruangan Fatimah. Angga juga kembali ke kantor tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Fatimah.** Sorenya Angga menjemput Fatimah dan juga Mbok Inah. Mereka saling diam bahk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status