"Saya..............."Semua mata di gereja melihat hal tersebut dengan heran terutama Marlina. Marlina takut Devan akan kabur dari gereja dan membatalkan pernikahan mereka. Mulut Marlina komat-kamit sendiri, berdoa agar pernikahan Devan dan Selena berjalan dengan lancar.Devan tidak meneruskan ucapannya, dia langsung kabur begitu saja. Dia yakin yang dihadapannya bukan Selena walau dia tidak bisa melihat wajah wanita yang dihadapannya dengan jelas. Devan lari dari altar gereja dihadapan pendeta dan semua tamu yang ada disana.Kaki Marlina terasa lemas bagaikan jelly, akhirnya apa yang dia takutkan terjadi. Cucu nya Devan kabur dari gereja dan berlari dari altar menuju pintu keluar gereja. Semua tamu melihat kejadian itu dengan tak percaya, biasanya pengantin wanita yang kabur dari altar gereja tapi sekarang terbalik, pengantin pria lah yang kabur dari altar gereja. Veronica terdiam bagaikan patung. Dia berdiri sendirian menatap nanar kepergian Devan dari hadapannya. Veronica sudah me
Selena memilih pergi dari Devan, walau dia sendiri bingung harus pergi kemana. Dia pergi tanpa tujuan. Selena berpikir jika dia kembali ke apartemennya pasti Devan mencarinya disana, dia tidak ingin Devan menemukannya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya rumah panti asuhan tempat dia dulu tinggal. Dia ingin kesana sudah lama dia tidak mengunjungi rumah panti tersebut.Beberapa saat kemudian...Selena sudah tiba di rumah panti asuhan Kasih Ibu, tidak banyak berubah masih seperti yang dulu. Dia melihat beberapa anak panti beberapa anak panti yang masih kecil berada disana. Selena melangkah kan kakinya masuk ke dalam halaman rumah panti."Hai kakak kamu siapa?" tanya seorang anak kecil."Aku Selena. Apa ibu Desi ada?" ujar Selena."Bu Desi ada di dalam kantor tapi kakak ada perlu apa dengan bu Desi?""Kakak dulu juga dibesarkan disini.""Ooh kakak dulu juga bagian dari kami, baiklah aku antarkan ketemu bu Desi yaa."Selena tersenyum. Dia teringat masa kecilnya di panti asuhan ini, jika meli
Selena melihat arsip foto - fotonya saat dia berumur 3 tahun dan pertama kali berada di panti asuhan lalu melihat fotonya saat dia terakhir kali berada di panti asuhan sebelum diangkat anak oleh keluarga Handoko.Senyumannya di rumah panti terlihat sangat bahagia, disana dia bisa mendapatkan kasih sayang dari para pengasuh panti."Lena, keluarga Wijaya datang," ujar bu Desi menyadarkan Selena dari lamunannya."Apa ada Kevan bu?" tanya Selena."Sepertinya tidak ada, ada nya hanya Bu Regina. Dia ibu angkat Kevan.""Yaah ga ketemu si dekil deh.""Jangan kecewa seperti itu. Kamu keluar lah menyapa, siapa tau bisa bertanya tentang Kevan.""Iya bu."Selena melihat ibu angkat Kevan yang tampak cantik diumurnya yang sudah tidak muda lagi. "Bu Regina selamat datang kembali disini," ujar bu Desi."Iya bu Desi. Saya sangat senang bisa bertemu dengan anak-anak panti, sayang sekali Kevandra tidak bisa ikut padahal dia sangat ingin kesini.""Tidak apa-apa bu. Bagi kami dan anak-anak panti kedatang
Selena melihat sebuah kaki di hadapannya, dia mendongakkan kepalanya melihat keatas. Betapa kagetnya dia saat melihat lelaki tersebut, lelaki itu tersenyum melihat Selena."Hai...""Kamu siapa?" tanya Selena heran pada laki-laki dihadapannya."Ooh teganya kamu melupakan Amira atau Selena namamu sekarang."Selena berpikir, tidak semua orang tahu namanya dulu. Mungkinkah ini Kevan?"Kamu Kevan?" ujar Selena tidak percaya melihat Kevan yang sudah berubah."Bagaimana? Aku gantengkan sekarang? Ga dekil kayak dulu lagi," ujar Kevan."Yaa ampun Kevan, kamu benar-benar berubah." Selena tidak percaya dengan perubahan Kevan."Tentulah, aku kan sekarang udah kaya hahaha.""Iiis sombongnya," cibir Selena."Aku tetap Kevan yang dulu tapi hanya padamu, bukan yang lain."Selena tersenyum Kevan memang sudah banyak berubah tidak seperti Kevan yang dulu."Temani aku makan yuk," ajak Kevan."Aku lelah," tolak Selena."Please... kita sudah lama tidak pernah bertemu, janganlah menolakku Amira.""Hmm... ak
Selena menyerengitkan dahinya, dia bingung kenapa Devan mengetahui hal tersebut. Entah mengapa perasaan Selena menjadi resah, dia khawatir dengan Devan."Bu aku pamit dulu yaa.""Kamu mau kemana?""Aku akan menemui Devan, bu.""Jika kalian ada masalah selesaikan secara baik-baik Selena. Ibu yakin kamu tinggal seminggu disini pasti menghindari calon suami yaa.""Loh ibu kok bisa tau sih.""Selena... walau kamu dan ibu sudah lama tidak bertemu tapi dari gerak gerikmu itu mencurigakan hahaha."Selena jadi malu sendiri, dia memang menghindari Devan. Lebih tepatnya, dia kabur dari Devan."Kamu dan Devan sudah dewasa. Alangkah baiknya jika kalian bersikap dewasa dan selesaikan masalah kalian. Ibu harap kamu selalu bahagia Selena," ujar bu Desi memeluk Selena."Terima kasih bu." Selena memeluk bu Desi.Selena menuju kamarnya, dia kesana tanpa membawa barang apapun dan pergi juga tanpa membawa apapun. Selena mengambil ponselnya dan langsung mengaktifkannya, menghubungi Devan tapi tidak ada ja
Mentari pagi menyinari wajah Selena, dia terbangun dan mencari Devan. Devan sudah tidak ada lagi disampingnya."Kamu mencariku?" tanya Devan."Iya Dev, aku kira kamu pergi," ucap Selena malu-malu.Devan melangkahkan kakinya keluar kamar Selena, dia hanya diam. Selena bingung dengan perubahan Devan, apa laki-laki itu marah padanya? Selena menuju kamar mandi, dia ingin menyegarkan tubuhnya terlebih dahulu.Devan duduk di sofa ruang tamu Selena, dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Dia bingung harus bagaimana, disatu sisi dia membutuhkan Selena, disisi yang lain dia ingin membenci Selena tapi dia tidak bisa membenci Selena. Terlebih lagi wanita itu sedang mengandung anaknya.Selena setelah selesai mandi, menyusul Devan. Dia yakin Devan ingin berbicara dengannya, dia akan meminta maaf karena telah pergi dari acara pernikahan mereka."Devan..." panggil Selena.Devan melihat Selena dengan tajam."Devan, Maafkan aku.""Untuk apa kamu minta maaf?""Aku salah sudah pergi dari acara pember
2 hari sebelum menikah...Devan melihat rumah yang akan dia beli untuk pindah rumah setelah dia menikah dengan Selena.Rumah bergaya minimalis lengkap dengan kolam renang."Tuan bagaimana dengan rumahnya? Apa anda suka," ujar Andi."Kamu pintar memilih rumahnya, aku suka.""Tapi bu Selena gimana tuan?""Dia pasti suka jika aku suka."Andi hanya menganggukan kepalanya saja, sudah dua hari ini dia tidak berani banyak berbicara dan banyak bertanya pada Devan. Aura bos nya berbeda, terlihat suram dan seperti menyimpan sebuah masalah yang berat."Sudah kamu kirim, gaun pernikahan untuk Selena?" tanya Devan."Sudah tuan."Devan pulang kerumah neneknya, dia melihat Selena dan neneknya Marlina sedang berbincang-bincang."Yaa ampun nenek Devan masih kecil lucu sekali," ujar Selena melihat foto masa kecil Devan."Ini umur berapa nek?" tanya Selena antusias."Kalau ga salah 2 tahun.""Devan masih kecil imut banget nek," ujar Selena."Memang dia dulu sangat lucu dan menggemaskan," ucap Marlin
Satu hari sebelum pernikahan...Selena memakai gaun pengantin yang dibawakan Andi padanya. Selena melihat dirinya di cermin, dia sangat bahagia. Akhirnya dia bisa menikah dengan Devan. Marlina yang juga berada di dalam kamar Selena, ikut bahagia."Kamu sangat cantik Selena," ujar Marlina."Terima kasih nek," ucap Selena malu-malu."Kehamilanmu sekarang sudah berapa bulan ya, nenek jadi lupa.""Sudah 3 bulan nek.""Waah tinggal 6 bulan lagi, kamu akan menjadi seorang ibu dan nenek akan memiliki cicit.""Nek, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.""Apa itu Lena?""Begini nek, tentang masa lalu ku.""Masa lalu mu, nenek sudah tau.""Bukan seperti itu nek tapi aku dulu memiliki orang tua lengkap. Ada mama dan papa tapi orang tua ku meninggal karena kecelakaan."Marlina mendengarkan perkataan Selena dengan serius."Dulu nama ku Amira Putri Angkasa. Ayahku bernama Theo Angkasa dan ibuku Anita Saraswati."Marlina mendengar nama Theo mendadak pusing, dia harus memastikan tidak ada orang yang m