"harusnya.. harusnya.." kata Kyle mulai gugup.
"Harusnya apa Kyle? Katakan padaku apa yang seharusnya terjadi?" Ucap Sam mengangkat dagu Kyle ke atas.
"Harusnya aku tak mengusir Perry dan mendengarkan semua yang terjadi setelah aku tak disini," batin Kyle menyesal.
Sam menarik napas dan mencium aroma bir di bibir Kyle, karena jarak mereka cukup dekat. "Kau meminum alkohol Kyle?" Tegas Sam semakin dalam mencium aroma bir itu.
"Pergilah Sam! Kau tak seharusnya disini bersamaku!" Ucap Kyle mendorong dada bidang Sam.
Sam merobek pakaian Kyle dalam hitungan detik. "Berani-beraninya kau menyuruhku pergi dari sini," Sam sedikit menjambak rambut Kyle.
"A-aaa.. lepaskan aku!" Teriak Kyle.
"Sial, rupanya Sam sudah bertemu Perry dan mengira bahwa dia adalah aku," batin Kyle merasakan sakit di kepalanya.
"Lepaskan aku Sam, karena
"Kyle bisakah kita keluar malam ini, aku ingin bertemu denganmu," suara Zoey dari telepon."Ada apa Zoey?" Balas Kyle."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, aku akan menunggumu di tempat biasa kita bertemu," ucap Zoey, dan Kyle pun langsung mematikan sambungan teleponnya."Bagaimana Zoey, apakah kakakku setuju?" Tanya Perry.Zoey menggelengkan kepala, "aku tak percaya ini, sungguh aku tak percaya ini," tangan Zoey sembari memegang kepala."Aku tak punya banyak waktu menceritakan ini semua Zoey, bisakah sekarang kau mengantarku untuk bertemu kakakku," kata Perry meminum minuman di atas meja."Baiklah," balas Zoey, Zoey mengambil beberapa lembar uang dan meletakkan di atas meja, lalu kedua wanita itu pergi begitu saja.Zoey mengantar Perry di sebuah diskotik dimana ia dan Kyle selalu bersenang-senang disana, Zoey kembali menelpon Kyle mema
WARNING: YANG TIDAK SUKA JANGAN DILANJUTKAN..PERINGATAN KERAS!!!______________________________________"Kyle, apa kau pernah melihat sebuah film dewasa dimana peran wanitanya di setubuhi secara bersamaan?" Ucap Sam sembari menyelipkan rambut Perry di belakang telinga.Perry yang merasa kian takut dengan perkataan Sam seketika menendang alat vital Charles, sedangkan Perry mengigit kuat-kuat pergelangan tangan Sam."Aasstt... Sam, hentikan dia," teriakan Charles tertunduk di bawah lantai."Kau ingin lari Kyle? Kau ingin lari? Apa kau ingin lari setelah kau melakukan hal ini?" Sam menarik tubuh Perry dan mencekik lehernya."Tidak Sam, jangan lakukan hal itu, itu benar-benar menjijikan," ucap Perry tersedak karena tangan Sam kian erat semakin mengunci lehernya."Tenanglah Kyle, aku tidak akan mengganggumu lagi setelah k
"sial kau Zoey, kau membuatku jadi gelandangan seperti ini," umpat Kyle di sepanjang jalanan dengan menendang bebatuan kecil."Dan kau Perry, kau benar-benar hidup untuk membuatku semakin sengsara," imbuh Kyle kesal.Keesokan harinyaSam terus meninju Samsak yang kini berada di depannya, keringat di dahinya menjadi saksi bahwa ia sama sekali tak istirahat selama hampir 3 jam. "Pria bajingan," ucap Sam.BugSama memukul lagi samsak di depannya. "Pria bajingan," Sam mengatakan sekali lagi.Bug"Kau pria bajingan,"Bug"Maafkan aku Perry, maafkan aku," Kata Sam berhenti sejenak."Aaaaaaaaaa," teriak Sam memenuhi seluruh ruangan.Perasaan bersalah selalu menyelimuti hati Sam, bahkan setiap detik Sam tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri, bayang-b
Canada, 9 Desember 15:00 A.MGadis bermata sembab, wajah yang cantik dan rambut terurai panjang kini sedang duduk di bawah pohon, matanya memang terbuka lebar, namun ia sama sekali tak melihat pemandangan danau yang ada di depan, semuanya kosong bagi Perry, semuanya hampa bagi Perry.Ia terus melamun entah berapa jam lagi..Mungkin air mata adalah teman terbaik bagi Perry, bagaimana tidak, gadis itu terus mengeluarkan air mata di kedua matanya, Perry tak ingin mengingat hal menyakitkan itu, tetapi air mata itu seakan menjelaskan bagaimana rasa itu terucap tanpa mengeluarkan sepatah katapun.Perry mengusap pipinya, dan lagi-lagi air mata itu terjatuh, terjatuh dan terjatuh. "Please don't cry," ucap Perry membenci dirinya sendiri yang tak bisa mengendalikan air matanya."Please don't cry," ucap seorang pria dari belakang pohon memakai topeng yang hanya tertutupi matanya dan menyodo
"berhenti dan stop, aku ingin keluar," ucap perry di dalam mobil bersama gilson."Aku tidak akan membiarkan mu keluar perry, dan 1 hal yang harus kau tahu, aku tidak akan menyakitimu, kau harus percaya itu." Kata gilson sambil menyetir.Perry menangis ketakutan di dalam mobil itu, perry tak bisa menyembunyikan rasa takut itu, entahlah, perry menjadi sangat penakut jika seorang pria mulai mendekatinya."Hentikan... Kumohon," pinta perry pelan dengan tangisannya.Gilson menghentikan mobilnya dan menatap gadis di sebelahnya, "apa yang kau takutkan perry, apa kau melihat dalam diriku ini akan membunuhmu? Aku tidak akan berbuat seperti itu perry," kata gilson sembari mengangkat dagu perry."Aku ingin berbicara padamu perry, aku hanya mencari tempat yang tepat untuk kita berdua," ucap gilson menghela napas panjang."Berjanjilah kau tidak akan menyakiti ku," balas P
Sam berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas, ia tak memperdulikan Charles yang hadir bertamu saat itu. Pikirannya kacau, ia tak ingin berargumen saat ini, yang Sam inginkan adalah bagaimana Perry secepatnya ditemukan."Sam, ibu melihat kesedihan di raut wajahmu akhir-akhir ini Sam." Tiba-tiba suara Livy, ibu Sam yang mulai mendekati Sam dari belakang."Jika ibu berbicara padaku agar aku bisa bersama Paula, lebih baik ibu pergi saja, aku tidak suka dengan wanita itu ibu, aku sudah menemukan wanita lain," ucap Sam seraya memijat lehernya."Wanita lain? Kuharap kau bisa membawa secepatnya untuk bertemu dengan ibu Sam, ibu ingin melihat bagaimana wanita yang kau dambakan itu," kata Livy tersenyum."Aku sedang melakukan itu ibu, tapi aku belum menemukan cara untuk itu ibu," balas Sam kini mulai menoleh menatap wajah Livy."Sam, sentuhlah wanita tepat pada hatinya Sam, jika kau berha
Santa Monica, Los AngelsSebuah rumah kecil yang dipenuhi dengan bunga warna-warni tepat di depan pagar ber cat biru, dindingnya berwarna putih sedangkan atap nya bernuansa biru laut. Perry menatap rumahnya sendiri dan perlahan melangkahkan kakinya mendekati rumah itu.Dengan sebuah tas yang ia genggam di tangan kirinya, Perry memberanikan diri agar segera sampai disana, meskipun ia sendiri tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Ibu.... Ayah..." Suara Perry memanggil kedua orangtuanya."Perry, Perry... Perry," ucap Tifanny ibu kandung Perry yang duduk di kursi roda bersama seorang pria paruh baya yang mendorongnya. Pria itu bernama Eza ayah kandung Perry."Ibu, ayah," ucap Perry tersenyum bahagia ketika melihat mereka berdua.Perry mendekati mereka lalu memeluknya dengan erat, rasa rindu yang sudah lama terpendam kini seolah terbalaskan melihat senyum T
"Katakan dimana Perry sekarang? Katakan dimana aku harus menemukan Perry?" Tanya Sam sangat antusias."Ingat Sam! Semua harus ada imbalannya, tidak ada sesuatu yang gratis di dunia ini," balas pria di telpon."Aku akan berikan apa yang kau mau, cepat katakan dimana Perry?" Kata Sam tak sabar ingin mengetahui keberadaan Perry."Perkenalkan Sam, namaku Gilson. Kau pasti sudah mendengar nama ini dari Charles, aku sangat yakin itu, jadi bagaimana Sam, apakah kau ingin mengetahui dimana Perry?" Balas Gilson menantang Sam.Sam mengernyitkan keningnya, jelas Sam mulai berpikir yang tidak-tidak, karena Charles begitu ceroboh menceritakan semuanya."Aku tak perduli siapa namamu dan darimana asal mu, aku hanya ingin tahu keberadaan Perry," tukas Sam mulai emosi."Temui aku di cafetarian, aku akan mengirimkan alamatnya, kau harus ingat Sam, tidak ada sesuatu yang gratis