Rena menutup pintu kamarnya dengan keras. Seperti ia tengah meluapkan kekesalannya. Ada banyak hal di kepala Rena saat ini yang berkecamuk, mulai dari sikap Ervin padanya sampai arti ciuman tadi siang.
Ingin rasanya ia keluar lagi untuk membentak Ervin dan mengatai pria itu pecundang kelas kakap namun ia tak mungkin melakukan itu. Ia yakin papinya akan marah besar dan semakin lama menahan kunci mobilnya.
Ia ingin bebas, sangat ingin bebas. Jadi ia akan bersabar sampai.ia mendapatkan kembali kunci mobilnya.
Asik berputar dengan pikiran sendiri, Rena dikejutkan dengan ponselnya yang berbunyi.
Namun ia mengernyit saat yang adalah nomor baru dan ia sama sekali tak mengenal nomor tersebut.
Sedikit ragu, Rena mengangkatnya "Halo!" sapanya.
"Hy Ren. Ini aku Dinar.."
Rena terdiam. Ia bisa bicara sedikitpun. Saat suara Dinar terdengar, ia langsung emosi.
"Ma
Banyak yang bertanya kenapa Rena mendadak jadi pendiam. Khususnya sang papi. Bahkan papinya merasa jika Rena seperti itu karena dirinya.Seperti pagi ini. Rena terlihat seperti tak nafsu makan. Bahkan anak gadis semata wayangnya itu hanya mengaduk-aduk makanan dengan tak selera. Ia tak berminat melihat makanan yang ada di depannya. Padahal jika di lihat, semua makanan itu adalah makanan kesukaan Rena.Irman dan Mirna saling tatap. Wanita itu juga heran melihat tingkah anaknya. Mirna sampai menendang kaki sang suami yang ada di bawah meja makan.Egheem...egheemm..Irman berdehem membuat kegiatan Rena terhenti dan langsung menatap Irman tenang tanpa ekspresi.Irman semakin gugup saat sang anak hanya melihatnya sekilas lalu kembali mengaduk makanannya yang sudak tak berbentuk."Hmmm..sayang..." kali ini Mirna mencoba berkomunikasi dengan sang anak. Ia juga penasaran kenapa an
dalam part ini terdapat kata-kata vulgar, jadi bagi yang tak biasa baca cerita dewasa, lewati dulu ya..^^*****Selama perjalanan menuju kampus, Rena lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan kuku jemarinya. Ia tak terlalu berminat berbicara dengan Ervin yang ada di sampingnya.Sedangkan Ervin yang sedari tadi menyetir, melirik jam di pergelangan tangannya lalu melirik Rena sekilas. "Gue laper Na. Gue belum sarapan. Jadi lo harus temenin gue sarapan dulu.." ucap Ervin yang langsung membuat Rena menghentikan aktivitasnya."Tapi gue mau ke kampus. Urusan lo belum sarapan itu bukan urusan
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Walaupun ia menguap sedari tadi, tapi matanya belum mau terpejam untuk beristirahat dan bangun lagi esok hari.Dengan ukuran ranjang yang besar, Renata sudah melakukan aksi berguling ke sana dan kemari nyaris hampir satu jam.Setelah ia dijemput lagi oleh Ervin dari kampus, otak Rena masih belum bersih dari kenyataan yang ia dapatkan di dalam mobil Ervin. Dan bayangan foto-foto yang ia lihat berhasil merusak semua sistem otaknya.Rena mengeram kesal. Ia membanting guling yang ia pakai ke lantai dan langsung duduk dari posisi tidurnya."Apa-apaan sih ni otak. Susah banget merintahin mata buat tidur. Malah mikirin hal kotor.." rutuknya sambil memukul kepalanya kesal.
Mentari pagi bersinar begitu eloknya. Hembusan angin serta kicauan burung yang terdengar dari peliharaan papinya membuat Renata serasa berdiri di tepian pematang sawah.Pasalnya memang rumah Renata memiliki taman yang luas dengan pohon cemara banyak tertanam di sana.Ia berdiri di balkon kamar. Melihat pemandangan asri yang dihasilkan dari taman milik maminya tersebut.Rena melirik ke bawah. Dari atas ia bisa melihat maminya berbicara dengan Mang Anton, ART yang ditugaskan mengurus taman milik mami."Pagi mami.." sapa Rena membuat wanits itu melirik ke atas."Oh. Pagi sayang. Udah bangun..?"Rena mengangguk, "Udah mi. Dari tadi..heh
Rena terdiam saat ia mendengar suara Ervin tiba-tiba muncul di belakangnya. Dengan perlahan, ia memutar kepalanya ke belakang dan spontan ia terpekik saat Ervin menatapnya tajam."Lo... Lo ngapain di rumah gue..lo...""Siapa yang lo panggil burik? Ha?" tanya Ervin lagi dan kali ini dengan nada yang tak suka."Gue...gue nggak nyebut siapa-siapa kok..." jawab Rena mencoba santai. "Lagian lo kenapa pagi-pagi udah muncul di sini? Mau makan gratis lagi ya?" tuduh Rena namun tak ditanggapi oleh Ervin.Ervin berjalan mendekati Orang tua Rena dan bersalaman dengan mereka."Papi yang suruh Ervin ke sini.." ucap Irman menjawab pertanyaan Rena tadi.
"Naaaaa.. Pesenan lo dateng tuh!!" teriak Ervin saat ia masih fokus dengan gamenya.Renata seketika menatap Ervin tajam, "Denger gue coeg! Nggak perlu lo teriak gitu..""Yeee, mama gue tahu lo masih di dapur."Rena tak merespon lagi. Ia langsung memilih berjalan menuju arah luar yang sedari tadi bel nya berbunyi."Siang Mbak. Mbak mesen ayam pedesnya?" tanya Mas mas yang antar makanan pada Rena."Oh iya mas. Dua paket kan?""Iya mbak. Ini totalnya.." Rena mengambil bon tersebut dari mas delivery dan meliriknya sejenak."Ya udah, bentar ya mas. Saya ambilin uangnya dulu.." setelah p
"Kamu yakin mau pulang sayang? Aku belum puas sama kamu.." Silva merajuk dan bergelayut manja di lengan Ervin."Belum puas? Beneran belum puas?" Ervin mengedipkan matanya menggoda Silva membuat gadis itu merona malu.Silva yang merona langsung memukul dada Ervin, "Aku serius sayang.." manja Silva lagi."Aku pun serius honey. Aku harus kembali..""Tapi kan pacar kamu itu aku, bukan Rena. Sejak kamu jadi penjaga pribadi dia, kamu jadi jarang ketemu aku.." rengeknya.Ervin yang gemas langsung mencubit hidung kekasihnya yang masih bergelayut manja di lengannya."Mau gimana lagi sayang. Aku ngelakuin ini juga atas permintaan papinya Rena
Langit mendadak berubah gelap segelap gelapnya. Bintang yang tadinya begitu indah menghiasi angkasa sana berubah menjadi hitam kelam. Awan hitam juga ikut menjadi alasan kenapa bintang bintang itu menghilang.Ervin melirik ke arah kaca depan mobilnya untuk menatap langit yang mulai menjatuhkan rintik rintik kecil air."Haaahh.. Hujan.." gumamnya mendesah.Ervin melirik ke kiri dan ke kanan. Lampu merah masih terlihat lama untuk mengubah warnanya menjadi hijau.Ia memukul mukul kecil stir mobilnya untuk melenyapkan kesunyian malam dalam mobilnya. Padahal sebenarnya ia bisa menyalakan musik, namun ia tak berminat sedikitpun.Karena jika boleh jujur, mood nya sangat buruk malam ini. Apa