“Atau, kamu takut ya? Kalau kamu lebih memilih melunasi hutangmu dengan cara lain, sepert-.
“Diam! Aku tidak keberatan. Aku tidak takut dan jangan bermimpi ada cara alternatif lain!
Cassandra dengan sebal langsung menandatangani surat kontrak itu. Alex hanya tersenyum puas. Entah apa yang membuatnya sangat senang.
“Berikan ini ke notaris untuk di legalkan..
Alex memberikan kertas itu pada Smith. Akhirnya aku bisa pulang, batin Smith. Teriakan demi teriakan Cassandra benar benar mengganggu batinnya.
“Ayo.” Ajak Alex dengan tangan terulur ke arah Cassandra.
“Apa?! Cassandra mema
Cassandra meneguk ludahnya dengan gugup. Berkali kali ia mengutuk dirinya sendiri. “ Apa dia itu temanmu yang sering bermain dengamu? “ Alex menarik kursinya dengan sengaja membuat suara berdecit di lantai. Mengintimidasi Cassandra tentunya. “ Kami berteman sejak lama, sejak kuliah. Dia itu murid paling cerdas di angkatan kami. Cassie bahkan umurnya setahun lebih muda dariku. “ penjelasan Alexa tak membuat kemarahan Alex mereda seketika. “ Oh? Benarkan? Dia secerdas itu sampai bisa lulus kuliah dengan nilai sempurna itu? “ Alex menangkupkan tanganya ke wajahnya, memandangi wajah Cassandra yang sejak tadi kaku karena gugup. Kenapa laki laki ini memandang
Cassandra berangkat ke kantor dengan terburu buru. Pagi ini ia menghindari Alex dengan sengaja. Tentu saja, kesalahannya semalam memang tak bisa di maafkan. Mana mungkin Alex melepaskannya saat rasa sakitnya sudah hilang. Cassandra takut akan di lumat habis habis oleh Alex. Pagi ini, ia berangkat dengan patokan jam di ponselnya. Dan Alex tidak iseng dengan mengubah jam di rumahnya ternyata. Cassandra jadi tak perlu mandi subuh subuh seperti kemarin. “ Ayah. “ panggil Cassandra saat tubuh Damian mendekatinya di dalam ruangannya itu. “ Kamu tidak apa apa? “ Damian melihat tubuh Cassandra yang masih lengkap, huft. Ia pikir, kemarin Alex datang untuk mencabik cabik puterinya itu. Tapi tidak ternyata. “ Aku baik baik saja, kenapa? “ Cassandra melihat ekspresi
“ Kenapa kamu kemari? “ Cassandra sudah mengajak Alex untuk duduk di ruangan yang nyaman. Ruangan kecil yang biasanya di gunakan untuk minum teh sambil melihat ke taman lewat jendela kaca. “ Sama sama. “ jawab Alex dengan singkat dan kemudian menyeruput tehnya. Ia mendapatkan pelirikan dari Cassandra. “ Apanya yang sama sama. Dasar gila. “ Cassandra memelototi Alex yang sedang terkekeh. Benar benar, hobi Alex ini unik. Di depan Alexa ia hobi marah marah. Di depan Cassandra ia hobi terkikik dan tertawa. “ Kamu lupa berterima kasih. Karena aku sudah menolongmu. “ jawab Alex. Ia sangat puas dengan ekspresi Cassandra yang tak bisa membantah kata katanya barusan. Cassandra hanya diam saja, entah sejak kapan. Alex mulai memperhatikannya. Pandangan mata itu sepertinya tak bosan bosan di itarakan untuk Cassandra.&
Cassandra pulang dengan banyak dokumen di tangannya. Ia sampai kewalahan karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Hanya tinggal menghitung hari lagi. Esok, waktu tersisa tinggal tiga hari lagi. Tiga hari!! Satu juta pun belum ia hasilkan. “ Bodoh sekali mulutku ini! Selalu saja membawa petaka! “ umpat Cassandra sambil memukul mulutnya. Gara gara menantang Alex, tak melihat seberapa kemampuannya. Ia jadi kocar kacir sendiri. “ Nona. “ panggilan Clara itu mengangetkan Cassandra. Sosok pelayan itu muncul dengan takut takut saat mendekatinya. Seperti sedang melihat penampakan saja. “ Ada apa Clara? Kenapa kamu ketakutan begitu? “ Clara mendengar pertanyaan itu dan nampak takut takut, ia melirik ke sekliling rumah. Gara gara Tuan rumah marah marah. Aura ru
Pagi itu benar benar di lewati dengan cepat. Hanya tinggal tiga hari lagi! Dan bugh!!! Tamat riwayatnya kalau tak bisa melunasi hutang kepada Alex. Dan sekarang, Cassandra sedang mencoba menghemat waktu agar tak terbuang percuma. Ia sarapan dengan brutal. Cepatnya bukan main. Clara bahkan mengira kalau Cassandra tak mengunyah makananya. Hanya asal telan saja. “ Terima kasih untuk sarapannya Clara! “ seru Cassandra dengan riang. Perutnya terisi, tenanganya terisi dan semangatnya juga! Hari ini! Ia akan menebas semua hal yang menyusahkannya! Tekad Cassandra. Kebiasaan Cassandra adalah berterima kasih setelah makan. Seperti yang ia lakukan saat di rumah keluarga besar. Clara melihat ke arah kursi Alex yang kosong. Tuannya itu belum beranjak ke bawah untuk sarapan. Dan Cassandra nampak tak ingat kalau laki laki itu sedang terpuruk? Terluka? Atau apa tepatnya? Clara jadi bi
Alex masuk rumah dengan sangat beringas. Ia baru saja mendengarkan tekanan dari orang tuanya. Airlangga sengaja mampir ke kantor hanya untuk mengusik anak lelakinya itu untuk segera menikah dengan perempuan pilihannya. Dan jawabannya sudah jelas. Tidak. Tidak akan. Brakk!!! Suara pintu yang di tutup dengan sangat emosi. “ Kenapa dia masuk seperti kesurupan? “ tanya Cassandra pada Clara yang tetap menyapu lantai dan hanya diam tak mau menanggapi. Huft. Cassandra kembali mengetikan laporan di laptonya. Waktunya semakin menipis. Dua hari lagi. Potongan dua puluh empat jam rasanya tak cukup. “ Clara!! “ jerit Cassandra dengan sangat frustasi. Clara jadi takut sendiri. Dua pasangan ini, kenapa sangat suka berteriak? Batin Clara sambil tetap menyapu lanta
“Temanmu itu, aku bertemu dia saat di butik beberapa hari yang lalu ...” Alexa mengangguk dengan paham, seolah dia langsung menangkap waktu dan tempat, sekaligus kejadian hari itu dengan jelas. Karena Cassandra menceritakan langsung padanya di tengah malam saat ia sedang ngantuk ngantuknya. “Oh hari itu ...” ucap Alexa dengan gamang,”Hari itu Allen tiba tiba tidak bisa datang dan Cassandra hanya memakai dressnya.” Alexa menimang akan mengatakan kelanjutkan certitanya atau tidak, tapi melihat wajah Alex yang sangat penasaran dan sangat tertarik dengan topik ini. Akhirnya Alexa memilih untuk melanjutkan. “Mereka sudah memutuskan untuk menikah set
Cassandra terus membuka matanya. Laporan hari ini benar benar sial! Ia sampai pusing harus di apakan. Sesekali Cassandra meliri jam dinding di kamarnya. Sudah pukul sepuluh malam. Dan belum terdengar bunyi mobil masuk. Harusnya Alex sudah pulang kan? “Ah! Kenapa memikirkan urusan yang bukan urusanku?” Cassandra kembali ke keyboard laptopnya. Dengan bibir yang di mancungkan, ia sesekali mengutuk diri sendiri karena ia hampir.... hampir saja bersimpati pada Alex. Dan selang beberapa menit, setelah berkali kali menajamkan telinga. Cassandra mendengar deru mobil yang memasuki pelataran rumah. Tanpa sadar, Cassandra berlonjak. Entah untuk apa. Tangga itu di naiki Alex dengan terburu buru, ia kesal karena hari ini ia habiskan dengan bertemu wanita yang tak sampai radar menarik untuknya. Tapi tiba tiba, langkah Alex di