Cassandra terus membuka matanya. Laporan hari ini benar benar sial! Ia sampai pusing harus di apakan. Sesekali Cassandra meliri jam dinding di kamarnya. Sudah pukul sepuluh malam. Dan belum terdengar bunyi mobil masuk. Harusnya Alex sudah pulang kan?
“Ah! Kenapa memikirkan urusan yang bukan urusanku?” Cassandra kembali ke keyboard laptopnya. Dengan bibir yang di mancungkan, ia sesekali mengutuk diri sendiri karena ia hampir.... hampir saja bersimpati pada Alex. Dan selang beberapa menit, setelah berkali kali menajamkan telinga. Cassandra mendengar deru mobil yang memasuki pelataran rumah. Tanpa sadar, Cassandra berlonjak. Entah untuk apa. Tangga itu di naiki Alex dengan terburu buru, ia kesal karena hari ini ia habiskan dengan bertemu wanita yang tak sampai radar menarik untuknya. Tapi tiba tiba, langkah Alex diAlex dengan langkah terburu buru langsung menuju ke kantor Cassandra saat menerima panggilan tidak biasa dari perempuan itu. biasanya, Cassandra akan mengabaikan panggilannya dan mematikan ponselnya. Ini justru sangat aneh bukan? “Alex, kenapa kita ke sini?” Alexa berusaha sangat keras untuk mengikuti langkah kaki Alex yang sangat cepat. “Aku tidak tau,” jawab Alex. Ia malah berpikir kalau Cassandra membutuhkannya. Karena? Hei! Ini memang tidak biasa kan?! Berarti ini darurat bukan? “Kenapa aku punya Kaka sepertimu Alex!!” kutuk Alexa yang kelelahan dan memegangi lututnya karena lemas. Alex justru sudah berjalan di depannya tanpa peduli pandangan orang orang di sekitar. Alex langsung memasuki lift dan menuju ke
Alex benar benar kembali ke kantornya. Ia tak bisa bekerja dengan tenang saat otaknya terpecah. Tak bisa memikirkan satu hal pun dengan benar. Ia seperti... tak rela? Benar! “Benar, aku tak senang karena aku sangat suka mengganggu landak betina itu.” Alex mengacak acak rambutnya. Dengan sangat keras karena frustasi. Rasanya, bukan ini jawabannya! Bukan! Tapi apa?!! Tak menemukan jawaban, justru Alex mendapatkan panggilan telephone dari Airlangga. Ayahnya. “Hallo??”jawab Alex dengan lesu, Airlangga tak mendengar nada lesu Alex. Ia sudah sibuk dengan apa yang akan ia bicarakan pada Alex. “Pulang malam ini, ada anak dari teman Ayah yang ingin bertemu denganmu. Siapa tau kalian berjodoh.”
“Hentikan.” Tepisan tangan Cassandra menghardik gerakan tangan Alex. Laki laki itu hanya tersenyum. “Aku lupa, sebaiknya kita robek saja dress ini.” Kekeh Alex dengan puas. Ia sangat puas dengan leluconyna itu. “Hentikan tindakanmu yang menggangguku Alex! Urusan kita sudah selsai.” “Justru karena urusan kita sudah selesai, bagaimana kalau kita buat urusan urusan yang lain? Hem? Tertarik??” Alex bersumpah! Entah Tuhan ataukan memang ia yang mengendalikan mulutnya barusan. Sepertinya ia mulai gila tanpa sebab karena mulai menggoda Cassandra. Dengan menyilangkan tangan di depan dadanya. Cassandra tersenyum tengik.&
“Aku akan menyuruh orangku untuk mengantarkanmu pulang.” Alex kini paham, Allen tidak menyentuh wine atau apapun karena sedang tidak dalam kondisi yang baik. Jadi ia takan bersaing dengan orang yang tak sebanding dengannya. Tungggu, tunggu! Bersaing untuk apa memangnya? Alex jadi ingin menampar dirinya sendiri karena pemikiran aneh ini. “Tunggu, kekasihku...” pekik Allen dengan sangat panik. Ia teringat, ia datang ke sini untuk menemani Cassandra. Menjadi partner pesta dansanya. “Akan aku urus kekasihmu itu.” pungkas Alex, rasanya ia sedikit sebal saat sakit seperti ini Allen masih mengingat Cassandra. Enak saja!! Alex menyuruh salah satu bawahannya untuk mengantarkan Allen pulang. Dan benar, hanya dalam
Alex melihat sekeliling. Ia baru kali ini, bertandang ke rumah keluarga Dominica. Punya selera yang bagus dalam penataan hunian. Alex sampai berdecak kagum saat melihat tatanan bunga yang tumbuh di sepanjang jalan. Bunga bunga mahal. Mata Alex terpicing saat melihat sosok memakai dress hitam itu. awalnya nampak tak terlihat, samar karena kegelapan. Dan saat sorot lampu mobil Alex menyorotinya. Cassandra langsung menutup mata karena silau. “Landak kecil....” gumam Alex dengan puas saat lagi lagi, takdir atau apapun itu, mempertemukannya dengan Cassandra. Wajah panik Cassandra jelas terlihat. Ia melihat mobil Allen, tanpa pengemudinya tentunya. Dan Allen tak ada di manapun! Cassandra berlari ke arah pintu keluar, menanyakan apakah Allen pergi dengan temannya ke suatu tempat dan belum kembal
Dan Allen menghembuskan asap rokoknya,”Kebiasaan lama, kalau saya stress. Saya akan merokok, rupanya, mungkin karena kebiasaan ini yang mungkin menjadi penyebab penyakit saya.” Tutur Allen dengan tenang. Sekarang, entah ia merokok atau tidak. Nyawanya hanya tinggal menunggu sisanya habis. “Setengah tahun yang lalu, dan saat baru di ketahui, sudah masuk stadium akhir.” Pungkas Allen, akhirnya ia menjawab pertanyaan Alex yang di tujukan padanya. Alex bahkan sampai tak bisa berkata kata saat Anthoni mengatkan kalau Allen terkena kanker otak setelah laki laki itu tak sadarkan diri di mobil Alex saat di antarkan pulang, dengan darah segar yang mengucur di hidung laki laki itu. Alex masih tak percaya! “Tolong, jaga Cassandra saat saya sudah mati.” Bisik Allen dengan gama
“Wah Alexa....” Alexa tak membiarkan Alex menyelanya, ia sebal karena Alex. “Aku akan menjadi bridemaid kalian, aku akan menjadi orang yang paling berbahagia di pernikahan kalian Alex!!”ucap Alexa dengan suara keras dan bersungguh sungguh. Alex bahkan tak bisa membayangkan kalau ia berada di atas altar dengan Isabella sebagai pengantinya. Tidak!! “Aku akan senang menjadi adik yang baik di hadapan Tuhan dengan cara mendoakanmu di hari pernikahanmu Alex, selamat tinggal...!!” Buru buru Alexa meninggalkan Alex yang sepertinya sudah hampir meledak dengan cara mendoakanya menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Benar benar adik yang sangat pengertian! Pengertian dalam mendoakan yang buruk buruk untuk sauda
Alex melihat kesempatan itu, ia akan semakin membuat Ayahnya percaya dan memutuskan hubungan antara dia dan Isabella itu. Tapi keyakinan di mata Airlangga itu berubah menjadi tatapan curiga. “Ini bukan trikmu agar kamu bisa lolos dan akhirnya kamu pura pura menikah bukan?”selidik Airlangga ingin memastikan, dan Alex tertawa hambar. Itu justru rencananya terdahulu, ah dulu bahkan Alex tak memikirkan untuk menikahi Cassandra terlebih dahulu, agar anaknya nanti punya kekuatan hukum. Alex menggeleng,”Tidak, aku benar benar ingin menikahi wanita ini. Bukan si Isabella itu.” jawab Alex dan jawaban itu semakin membuat Airlangga berjingkrak. Ini sepertinya akan menjadi tanda kalau ia akan segera menimang cucu. “Apa itu wanita yang kamu cintai Alex?”tanya Airlangga dengan s