Home / Fantasi / Dewa Kuno Bangun Di Kota / Bab 4. Memanggil Jendral Hantu

Share

Bab 4. Memanggil Jendral Hantu

Author: Zaid Zaza
last update Huling Na-update: 2025-07-02 14:23:25

Setelah Zhen Zhi menghilang dari pandangan, Tuan Wang berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Dia menoleh pada asisten kepercayaannya, seorang pria berwajah dingin yang selalu setia mendampinginya.

“Li Wei,” panggilnya dengan suara rendah namun tegas. “Segera selidiki identitas pemuda itu. Siapa dia? Dari mana asalnya? Aku ingin semua informasinya!”

Li Wei mengangguk patuh. “Baik, Ketua. Akan segera saya laksanakan.”

Di dalam ruangannya, Zhen Zhi segera menyerap energi spiritual yang berada di dalam giok. Arus spiritual meresap masuk ke dalam tubuhnya, menyembuhkan lukanya, serta memperbaiki kondisi fisik Feng Yichen yang sangat buruk.

Tidak memakan waktu yang lama, hanya sepuluh nafas dan aura di dalam giok pun menghilang, sudah diserap ke dalam tubuh Feng Yichen. Kini giok tersebut hanyalah benda biasa, tanpa kekuatan spiritual di dalamnya.

Setelah menyerap aura spiritual di dalam giok, kondisi tubuh Feng Yichen berubah drastis. Tulang dan dagingnya mengalami regenerasi yang luar biasa, sementara meridiannya dibentuk kembali dengan lebih sempurna. Proses ini membuat struktur tubuh Feng Yichen menjadi lebih kuat dan aliran spiritual di dalam tubuhnya dapat mengalir dengan lebih lancar.

Zhen Zhi membuka mata dengan tampilan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, “Sekarang sudah lebih nyaman,” gumamnya lalu sedikit merenung, “Energi spiritual yang ada di dalam giok ini terlalu sedikit, hanya cukup untuk menyembuhkan luka dan memperbaiki tubuh, untuk mengembalikan kekuatanku sepenuhnya, masih butuh waktu yang lama.”

“Tidak masalah, aku memiliki banyak waktu untuk melakukannya!” Kelangkaan energi spiritual, tidak lantas membuatnya cemas, sebagai dewa kuno, walaupun dengan energi spiritual yang terbatas, dia masih memiliki banyak cara untuk kembali ke masa kejayaannya.

Zhen Zhi memperhatikan pintu di depannya, memikirkan Feng Jian yang sudah lama pergi, “Kenapa anak itu masih belum kembali? Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya!” gumamnya, merasa agak khawatir.

Zhen Zhi pun memanggil salah satu bawahannya, seorang jenderal hantu yang tangguh, “Chen Su!”

Di sudut ruangan, sosok tinggi yang memakai jubah bayangan muncul dari udara hampa. Wajahnya tersembunyi di balik tudung, namun aura dingin dan patuh terpancar kuat darinya. “Tuanku,” katanya sembari berlutut di hadapan Zhen Zhi.

Di dalam hatinya Zhen Zhi bergumam, "Dengan kekuatan spiritual yang sangat sedikit, aku hanya bisa memanggilnya. Tapi begini juga bagus!”

Karena merasa gelisah tentang Feng Jiang, Zhen Zhi pun segera memerintahkan Jenderal hantu yang baru saja dia panggil untuk menemukan adik dari pemilik tubuh asli, “Cari tahu dimana keberadaannya sekarang, setelah kau menemukannya segera beritahu aku.”

“Baik tuanku!” jawab jenderal hantu seraya pergi, menghilang dalam kabut hitam yang memudar di udara.

Tak lama setelah jendral hantu pergi, dia segera melaporkan keberadaan Feng Jian kepada Zhen Zhi. Seperti dugaan Zhen Zhi, adik dari pemilik tubuh asli sedang dalam bahaya. “Sudah kuduga, anak ini benar-benar dalam masalah!”

Di sebuah gang sempit, Feng Jian terdesak, dia sendirian dikelilingi oleh beberapa pria kasar yang datang untuk menagih hutang, "Hey nak, kapan kau akan membayar hutangmu? Lima ratus ribu, aku ingin sekarang!” kata Sun Lei, menyeringai sambil memutar-mutar tongkat kayu di tangannya.

“Apa? Lima ratus ribu?” Feng Jian terkejut, padahal dia hanya berhutang sedikit, tapi jumlah yang diminta begitu besar. “Aku hanya berhutang tiga puluh lima ribu, dan setiap minggu aku membayar seribu delapan ratus pada kalian, sudah enam bulan bagaimana bisa menjadi lima ratus ribu, bukankah kalian keterlaluan!”

"Kau pikir kami menginginkan uang recehmu itu hah! Seribu lima ratus, heh! Omong kosong!” kata preman berambut cepak.

“Feng Jian, kenapa kau sangat tidak tahu diri? Kami dengan baik hati meminjamkan mu uang, tapi kau malah tidak tahu berterima kasih. Apa kau berniat meminjam tanpa membayar!” Preman lain mengumpat dengan nada yang semakin meninggi.

Feng Jian mundur beberapa langkah, wajahnya dipenuhi ketakutan, “Kalian memeras orang! Aku hanya berhutang tiga puluh lima ribu! Dan aku sudah melunasinya sejak lama, aku bahkan membayar lebih!”

“Feng Jian! Mencari uang tidak mudah, uang recehmu itu bahkan tidak cukup untuk membayar bunga! Kau masih berhutang pada kami lima ratus ribu.”

“Apa… lima ratus ribu? Bagaimana caranya aku membayarnya?”

“Aku tidak peduli! Hari ini kau harus membayarnya! Jika kau tidak memiliki uang, tidak masalah, seharusnya ginjalmu cukup berharga, bukan?”

"Ginjalku? Ka-kalian..."

BUAAAK!

Sun Lei menghantamkan pemukul baseball di tangannya ke dinding, nyaris mengenai wajah Feng Jian. Feng Jian terperanjat, matanya melirik pucat pada pemukul baseball yang ada di sebelah wajahnya, hanya berjarak beberapa inci saja. “Feng Jian, kehilangan satu ginjal bukanlah masalah.”

“A-apa..” ketakutan yang Feng Jian rasakan semakin besar, mungkin hari ini dia benar-benar akan kehilangan salah satu ginjalnya.

“Heyy nak! Kau sudah membuang banyak waktu kami. Kau mau membayar hutangmu atau tidak? Jika hari ini kau tidak membayar, lihat bagaimana aku akan menghitungnya denganmu,” bentak pria paling kekar, dia memiliki sedikit kumis dan janggut di wajahnya, membuatnya terlihat sangat sangar.

“Kudengar kakakmu masih hidup ya, tak kusangka kehidupan orang miskin begitu besar,” lanjut Sun Lei mengancam sambil menempelkan tongkat kayu ke wajah Feng Jian.

"Jangan lakukan apapun pada keluargaku, aku mohon. Kalian ingin ginjalku bukan? Kalian bisa mengambilnya, keluargaku tidak ada hubungannya dengan ini!”

Sun Lei pun tertawa, diikuti tawa rekannya yang lain, “Kau yang mengatakannya ya, jangan bilang kami yang memaksamu nanti.”

“Jika setelah ini kalian menyakiti keluargaku. Walaupun aku mati, aku juga akan membawa kalian bersamaku!” teriak Feng Jian, dia takut, tapi dia tidak bisa membiarkan apapun terjadi pada keluarganya.

Sun Lei cukup terkejut dengan keberaniannya, dia menempelkan pemukul baseball ke wajah pemuda itu, "Oh? Kau cukup berani juga rupanya, tenang saja, kami tidak akan mengganggu keluargamu.”

“Tapi Feng Jian… Kau sudah membuang banyak waktu kami, bukankah kau harus memberikan kami sedikit kompensasi?”

“A-apa yang kalian inginkan?”

Ketika Sun Lei hendak melakukan sesuatu, Zhen Zhi muncul di belakang mereka, satu tangannya menepak bahu pria berambut cepak. Preman itu pun menoleh dengan ekspresi jengkel, “Siapa yang—”

BUAGH!

Suaranya terputus seiring dengan sebuah tinju keras yang menghantam telak di wajahnya.

Rekannya yang lain terkesiap, terkejut melihatnya tumbang begitu saja. Mereka menoleh, dan di sana, berdiri Zhen Zhi dengan ekspresi dingin. Aura menekan terpancar darinya, membuat udara di gang sempit itu terasa berat. Feng Jian, yang tadinya meringkuk ketakutan, mendongak dan matanya membelalak tak percaya melihat Zhen Zhi.

“Ka-kakak…”

“Kalian semua, katakan padaku, Bagaimana kalian ingin mati!” kata Zhen Zhi dengan suara rendah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 6. Pulang

    Sun Lei buru-buru merogoh sakunya, mengulurkan beberapa uang kepada Zhen Zhi. “Tu-tuan, ini uang anda, saya tidak akan mengambil sepeserpun,” katanya dengan tangan gemetar.“Jika saya tahu bahwa dia adalah adik anda, kami tidak akan berani. Mohon tuan terima, dan ampunilah kami, kami tidak akan mengulanginya lagi,” tambahnya, berharap Zhen Zhi dapat melepaskan mereka.Zhen Zhi menyipitkan matanya dingin, membuat orang-orang itu merasakan maut yang sangat dekat. “Melepaskan kalian, boleh saja,” jawabnya dengan suara yang rendah.Mendengar Zhen Zhi bersedia mengampuni mereka, raut wajah mereka menjadi cerah, berpikir bahwa mereka dapat melalui bahaya tersebut dengan selamat. “Benarkan tuan, terimakasih tuan,” Sun Lei dengan hati-hati meletakkan uang yang dia keluarkan tadi di depan kaki Zhen Zhi. Tanpa menunggu lebih lama, Sun Lei bersama dengan rekannya yang lain segera mundur perlahan dari hadapan Zhen Zhi. “Dengan kekuatan seperti itu, jelas bahwa dia bukanlah orang biasa. Hari ini

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 5. Menghajar Sekelompok Preman

    “Siapa kau! Menyerang kami diam-diam, apa kau ingin mati!’ bentak Sun Lei dengan nada kesal. Dia menoleh ke arah pria berambut cepak yang tergeletak tak sadarkan diri, lalu memanggilnya dengan nada keras, “Hei, bangun!” sambil menendang pria itu dengan kaki. Namun, pria berambut cepak itu tetap tidak bergerak, membuat Sun Lei semakin kesal dan berhenti, “Sialan, membuat kami malu saja.”Tiba-tiba, Zhen Zhi menjawab dengan nada geram, "Orang yang akan mati adalah kalian!" sambil mengacungkan tangannya untuk memprovokasi mereka.Sun Lei memandang Zhen Zhi dengan mata yang mengejek, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. "Apa yang dia katakan?" tanya Sun Lei dengan nada yang mengejek, tidak percaya bahwa Zhen Zhi berani mengancam mereka seperti itu.“Dia bilang ingin membunuh kita, apa kau tuli?” jawab pria berjanggut di sebelahnya dengan acuh.“Aku tidak tuli bodoh! Maksudku, apa bocah ini sedang menantang kita? Apa yang dia katakan tadi, ‘Orang yang akan mati adalah kalian’, Pfft

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 4. Memanggil Jendral Hantu

    Setelah Zhen Zhi menghilang dari pandangan, Tuan Wang berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Dia menoleh pada asisten kepercayaannya, seorang pria berwajah dingin yang selalu setia mendampinginya. “Li Wei,” panggilnya dengan suara rendah namun tegas. “Segera selidiki identitas pemuda itu. Siapa dia? Dari mana asalnya? Aku ingin semua informasinya!”Li Wei mengangguk patuh. “Baik, Ketua. Akan segera saya laksanakan.”Di dalam ruangannya, Zhen Zhi segera menyerap energi spiritual yang berada di dalam giok. Arus spiritual meresap masuk ke dalam tubuhnya, menyembuhkan lukanya, serta memperbaiki kondisi fisik Feng Yichen yang sangat buruk.Tidak memakan waktu yang lama, hanya sepuluh nafas dan aura di dalam giok pun menghilang, sudah diserap ke dalam tubuh Feng Yichen. Kini giok tersebut hanyalah benda biasa, tanpa kekuatan spiritual di dalamnya.Setelah menyerap aura spiritual di dalam giok, kondisi tubuh Feng Yichen berubah drastis. Tulang dan dagingnya mengalami regenerasi yang luar bi

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 3. Dokter Ajaib

    Zhen Zhi melangkah masuk ke dalam ruang ICU, diikuti dengan nyonya Wang serta dokter dan beberapa perawat di belakangnya. Di dalam ruangan, sosok mungil terbaring pucat di atas kasur, dan monitor jantung sudah menunjukkan garis lurus yang dingin, tanda bawah jantung sudah berhenti total.Setelah melihat keadaan putrinya, nyonya Wang terhuyung, harapannya mulai pudar perlahan-lahan. Hanya melihat garis lurus di monitor, dia tahu bawa putrinya mustahil untuk di selamatkan. "Wan'er," suaranya gemetar.Mengabaikan tatapan skeptis dokter dan orang-orang di sekitarnya, Zhen Zhi mendekat. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di dahi gadis kecil itu. Dengan indra spiritualnya yang meskipun terbatas, dia bisa merasakan benang kehidupan yang teramat tipis, nyaris putus.Memulai penyembuhan dengan ketenangan luar biasa, Zhen Zhi mulai menyalurkan vitalitasnya ke dalam tubuh anak itu. "Sekarang tubuhku tidak memiliki kekuatan spiritual sedikitpun, aku hanya bisa menggunakan vitalitas kehidupan

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 2. Putri Keluarga Wang yang Sekarat

    Zhen Zhi mengernyitkan dahinya. Tanpa sengaja kesadaran spiritualnya mendeteksi sebuah sumber energi spiritual yang relatif lebih murni. "Ha! Ini, energi spiritual!"Dengan cepat Zhen Zhi memfokuskan persepsinya pada sumber energi spiritual tersebut. Dia melihat sebuah ruangan dengan lampu merah menyala di atas pintunya: Ruang ICU. Di depannya, seorang wanita cantik duduk dengan raut wajah penuh kecemasan. Wanita itu terlihat putus asa dan takut, tangannya terus berdoa, berharap kesembuhan untuk anaknya yang tengah dioperasi.Di tubuh wanita itulah terpancar sumber energi spiritual yang dia rasakan tadi, sebuah kalung giok berwarna hijau zamrud yang memancarkan cahaya samar. "Di sana!""Jaraknya juga tidak terlalu jauh," pikir Zhen Zhi seraya beranjak dari tempat tidurnya. Walaupun tubuhnya terasa sakit, Zhen Zhi tetap memaksakan diri. Baginya rasa sakit tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalamannya sebagai dewa kuno. Sudah tidak terhitung pertarungan dan neraka yan

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 1. Jiwa Dewa Kuno Bangun Di Tubuh Baru

    “Hancurkan Zhen Zhi si pengkhianat itu!”Seketika bunyi benturan keras membuat medan pertempuran itu bergetar!Serangan gabungan dari sepuluh Kaisar Dewa yang begitu besar dan hendak menghancurkan Zhen Zhi, tiba-tiba tertahan oleh sebuah perisai besar yang terbuat dari api!Perisai itu tak lain berasal dari sisa energi Yue Yuan, sang Permaisuri Phoenix!“Yue Yuan! Apa yang kaulakukan!?”“Zhen Zhi!” ucapnya seraya berusaha mati-matian menahan serangan para dewa, “hanya kau yang dapat membalikkan keadaan di dunia para dewa. Jangan mati!”Dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka dan kekuatan yang nyaris habis, Permaisuri Phoenix menggunakan sisa tenaganya untuk mengirim Zhen Zhi menjauh dari medan pertempuran. "Tidaaak!" Raungan Zhen Zhi, sang Dewa yang terbuang karena fitnah, menggelegar tatkala menyaksikan dengan mata kepala sendiri Permaisuri Phoenix mengorbankan dirinya demi melindunginya.Dalam pandangan Zhen Zhi yang memudar, sosok Permaisuri Phoenix tertelan oleh cahaya kehancuran

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status