“Siapa kau! Menyerang kami diam-diam, apa kau ingin mati!’ bentak Sun Lei dengan nada kesal. Dia menoleh ke arah pria berambut cepak yang tergeletak tak sadarkan diri, lalu memanggilnya dengan nada keras, “Hei, bangun!” sambil menendang pria itu dengan kaki. Namun, pria berambut cepak itu tetap tidak bergerak, membuat Sun Lei semakin kesal dan berhenti, “Sialan, membuat kami malu saja.”
Tiba-tiba, Zhen Zhi menjawab dengan nada geram, "Orang yang akan mati adalah kalian!" sambil mengacungkan tangannya untuk memprovokasi mereka. Sun Lei memandang Zhen Zhi dengan mata yang mengejek, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. "Apa yang dia katakan?" tanya Sun Lei dengan nada yang mengejek, tidak percaya bahwa Zhen Zhi berani mengancam mereka seperti itu. “Dia bilang ingin membunuh kita, apa kau tuli?” jawab pria berjanggut di sebelahnya dengan acuh. “Aku tidak tuli bodoh! Maksudku, apa bocah ini sedang menantang kita? Apa yang dia katakan tadi, ‘Orang yang akan mati adalah kalian’, Pfft!” Sun Lei terkekeh, di susul tawa renyah dan mengejek dari rekan-rekannya yang lain, mereka semua merasa Zhen Zhi tidak waras karena berani datang sendirian dan berbicara dengan nada sombong di hadapan mereka. Sun Lei memperhatikan Zhen Zhi dari atas hingga ke bawah dengan pandangan meremehkan. “Bocah, apa kau habis minum, kau bicara melantur! Memang apa yang bisa kau lakukan pada kami?” “Hanya dengan dirimu, ingin membunuh kami? Kau pikir kau siapa? Teman-teman! Beri bocah tidak tahu diri ini pelajaran! Tidak usah membunuhnya, cukup patahkan satu kakinya saja.” “Tentu saja!” Pria kekar menggeram, otot-otot lengannya menegang saat melangkah maju dengan percaya diri. “Bocah.. di masa depan lebih berhati-hatilah. Jangan sampai menyinggung seseorang yang tidak bisa kau singgung! Hari ini, aku akan mengajarkanmu pelajaran yang tak akan pernah kau lupakan!" Begitu sampai di hadapan Zhen Zhi, bahkan baru saja dia mengangkat tangannya untuk memukul. Tangan Zhen Zhi bergerak lebih cepat, menghantam kuat di rahangnya, mengirimnya terbang tinggi ke atas. Semua orang ternganga, bahkan Feng Jian, menatap tubuh pria kekar yang segera jatuh kembali dengan keras. Buaaaak! Pria dengan bobot seratus lima puluh kilogram itu, sudah tak sadarkan diri di tempatnya terjatuh. Mereka yang tadinya meremehkan Zhen Zhi, kini mulai merasakan kewaspadaan, serta ketakutan. “Siapa lagi? Maju, atau aku yang akan datang pada kalian!” tantang Zhen Zhi dengan suara lantang. “A-aku akan melawanku, bocah dialah!” beberapa dari mereka mencoba maju melawannya, namun sebelum tinju mereka mengenai Zhen Zhi, tinju Zhen Zhi sudah lebih dulu berada di perut mereka. BUUK! BAAK! Tubuh kedua orang itu terlempar dengan keras, menembus dinding hingga berlubang. Di sana Feng Jian ternganga, Pandangannya terpaku pada Zhen Zhi, penuh keheranan dan ketidakpercayaan. “Sejak kapan kakak menjadi sangat kuat?” ucapnya sembari melihat ke arah dua orang yang terlempar tadi, mereka sudah tak sadarkan diri. Zhen Zhi menepuk tangannya, membersihkan beberapa debu yang membuatnya merasa jijik, matanya menatap rendah meremehkan kemampuan para preman yang sudah dia hantam dengan tinjunya, “Tidak berguna!” umpatnya seraya menendang tubuh pria kekar yang tergeletak di depannya. Tubuh pria itu langsung terlempar ke tempat yang sama dengan dua pembuat masalah lainnya. Dengan santainya, Zhen Zhi berjalan ke arah Feng Jian. Di sana Sun Lei dan satu rekannya yang lain menciut ketakutan. “Apa kau baik-baik saja?” Tanya Zhen Zhi, menawarkan tangannya untuk membantu Feng Jian berdiri. Tanpa Ragu Feng Jian mengambil tangan Zhen Zhi, dan menjawab, “a-aku baik-baik saja kak.” “Mhm, baguslah,” sesat fokus Zhen Zhi kembali beralih, matanya memicing dingin, menatap Sun Lei dan satu rekan yang masih berdiri di sana. Keduanya terperanjat kaget, mundur selangkah demi selangkah karena ketakutan. “A-apa yang mau kau lakukan! Me-menjauh dariku!” suara Sun Lei bergetar, dia terus mundur hingga terduduk jatuh ke bawah. Zhen Zhi melangkah maju, dan mengatakan, “Ingin mengambil ginjal adikku? Kalian sungguh berani!” “Apa? A-adik?” Sontak saja Sun Lei dan satu orang lainnya terkejut, tidak percaya bahwa monster yang terdiri di hadapan mereka adalah Feng Yichen, jauh berbeda dengan Feng Yichen yang mereka tahu. Zhen Zhi mengangkat tangannya, mengambil pemukul basseball yang tergeletak di dekat kakinya. Dengan gerakan cepat, Zhen Zhi mengayunkannya tepat ke wajah Sun Lei. BUAAAK! Tubuh Sun Lei terbang, membuat lubang baru pada dinding. Rekan lainnya juga menyusul setelah pukulan Zhen Zhi di daratkan. Zhen Zhi dengan wajahnya yang menakutkan berjalan melalui dinding yang berlubang, menuju ke arah tiga pria yang tergeletak di tanah. Dia mengangkat kakinya, menginjak tubuh salah satu dari mereka, “bangun!” “Aaaa! Tu-tuan mohon ampun!” Jerit pria berbadan kekar, kesakitan. Zhen Zhi menekannya lebih kuat, membuatnya lebih banyak menderita, setelah cukup puas baru melepaskannya. “Bangunkan mereka!” Perintahnya. “Ba-baik,” dengan tubuh menggigil ketakutan, pria itu bergegas membangunkan rekan-rekan di sampingnya. Begitu mereka semua sadar menemukan Zhen Zhi yang berdiri tegak di hadapan mereka, mata mereka langsung membelalak ketakutan, dan dengan wajah pucat pasi segera berlutut memohon pengampunan. “Kami buta! Tidak mengenal gunung tinggi yang berada di hadapan kami!” Seru Sun Lei, suaranya bergetar hebat. “Tuan adalah orang yang hebat, tolong... tolong ampuni kebodohan kami! Anggap saja kami seperti semut kecil yang tak berarti!” Pria kekar di sebelahnya tak kalah paniknya, mengangguk-angguk setuju, dahinya hampir mencium lantai. “Betul sekali, Tuan! Kami hanyalah sampah tidak berguna, tidak sebanding dengan kuku jari Anda. Mohon belas kasihan Anda, Tuan! Kami bersedia melakukan apa pun untuk menebus kesalahan kami, asalkan nyawa kami diampuni!” Keringat dingin membanjiri wajah mereka. “Feng Jian, ceritakan padaku semua yang terjadi” pinta Zhen Zhi. “Kak, begini… sebenarnya aku berhutang tiga puluh lima ribu pada mereka, tapi kak, aku sudah membayarnya. Mereka kemudian datang padaku, dan mengatakan bahwa aku masih berhutang lima ratus ribu pada mereka. Lalu mereka..” Feng Jian menceritakan seluruh kejadian, membuat para penagih hutang itu meringkuk dengan tubuh gemetar. “Jadi orang ini benar-benar Feng Yichen! Bukankah dia hanya seorang yang tidak berguna? Bahkan beberapa hari lalu aku mendengar kalau dia hampir mati dihajar oleh orang-orang Blok D. Apa itu hanya rumor? dia sekuat ini, Bagaimana mungkin kalah dari orang-orang lemah seperti mereka!” bisik pria berambut cepak. “Bangsat kau! Diam! Apa kau ingin mati!” Tegur Sun Lei geram. Mereka sedang berada di ujung kematian, tapi dia malah berani membicarakannya.Sun Lei buru-buru merogoh sakunya, mengulurkan beberapa uang kepada Zhen Zhi. “Tu-tuan, ini uang anda, saya tidak akan mengambil sepeserpun,” katanya dengan tangan gemetar.“Jika saya tahu bahwa dia adalah adik anda, kami tidak akan berani. Mohon tuan terima, dan ampunilah kami, kami tidak akan mengulanginya lagi,” tambahnya, berharap Zhen Zhi dapat melepaskan mereka.Zhen Zhi menyipitkan matanya dingin, membuat orang-orang itu merasakan maut yang sangat dekat. “Melepaskan kalian, boleh saja,” jawabnya dengan suara yang rendah.Mendengar Zhen Zhi bersedia mengampuni mereka, raut wajah mereka menjadi cerah, berpikir bahwa mereka dapat melalui bahaya tersebut dengan selamat. “Benarkan tuan, terimakasih tuan,” Sun Lei dengan hati-hati meletakkan uang yang dia keluarkan tadi di depan kaki Zhen Zhi. Tanpa menunggu lebih lama, Sun Lei bersama dengan rekannya yang lain segera mundur perlahan dari hadapan Zhen Zhi. “Dengan kekuatan seperti itu, jelas bahwa dia bukanlah orang biasa. Hari ini
“Siapa kau! Menyerang kami diam-diam, apa kau ingin mati!’ bentak Sun Lei dengan nada kesal. Dia menoleh ke arah pria berambut cepak yang tergeletak tak sadarkan diri, lalu memanggilnya dengan nada keras, “Hei, bangun!” sambil menendang pria itu dengan kaki. Namun, pria berambut cepak itu tetap tidak bergerak, membuat Sun Lei semakin kesal dan berhenti, “Sialan, membuat kami malu saja.”Tiba-tiba, Zhen Zhi menjawab dengan nada geram, "Orang yang akan mati adalah kalian!" sambil mengacungkan tangannya untuk memprovokasi mereka.Sun Lei memandang Zhen Zhi dengan mata yang mengejek, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. "Apa yang dia katakan?" tanya Sun Lei dengan nada yang mengejek, tidak percaya bahwa Zhen Zhi berani mengancam mereka seperti itu.“Dia bilang ingin membunuh kita, apa kau tuli?” jawab pria berjanggut di sebelahnya dengan acuh.“Aku tidak tuli bodoh! Maksudku, apa bocah ini sedang menantang kita? Apa yang dia katakan tadi, ‘Orang yang akan mati adalah kalian’, Pfft
Setelah Zhen Zhi menghilang dari pandangan, Tuan Wang berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Dia menoleh pada asisten kepercayaannya, seorang pria berwajah dingin yang selalu setia mendampinginya. “Li Wei,” panggilnya dengan suara rendah namun tegas. “Segera selidiki identitas pemuda itu. Siapa dia? Dari mana asalnya? Aku ingin semua informasinya!”Li Wei mengangguk patuh. “Baik, Ketua. Akan segera saya laksanakan.”Di dalam ruangannya, Zhen Zhi segera menyerap energi spiritual yang berada di dalam giok. Arus spiritual meresap masuk ke dalam tubuhnya, menyembuhkan lukanya, serta memperbaiki kondisi fisik Feng Yichen yang sangat buruk.Tidak memakan waktu yang lama, hanya sepuluh nafas dan aura di dalam giok pun menghilang, sudah diserap ke dalam tubuh Feng Yichen. Kini giok tersebut hanyalah benda biasa, tanpa kekuatan spiritual di dalamnya.Setelah menyerap aura spiritual di dalam giok, kondisi tubuh Feng Yichen berubah drastis. Tulang dan dagingnya mengalami regenerasi yang luar bi
Zhen Zhi melangkah masuk ke dalam ruang ICU, diikuti dengan nyonya Wang serta dokter dan beberapa perawat di belakangnya. Di dalam ruangan, sosok mungil terbaring pucat di atas kasur, dan monitor jantung sudah menunjukkan garis lurus yang dingin, tanda bawah jantung sudah berhenti total.Setelah melihat keadaan putrinya, nyonya Wang terhuyung, harapannya mulai pudar perlahan-lahan. Hanya melihat garis lurus di monitor, dia tahu bawa putrinya mustahil untuk di selamatkan. "Wan'er," suaranya gemetar.Mengabaikan tatapan skeptis dokter dan orang-orang di sekitarnya, Zhen Zhi mendekat. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di dahi gadis kecil itu. Dengan indra spiritualnya yang meskipun terbatas, dia bisa merasakan benang kehidupan yang teramat tipis, nyaris putus.Memulai penyembuhan dengan ketenangan luar biasa, Zhen Zhi mulai menyalurkan vitalitasnya ke dalam tubuh anak itu. "Sekarang tubuhku tidak memiliki kekuatan spiritual sedikitpun, aku hanya bisa menggunakan vitalitas kehidupan
Zhen Zhi mengernyitkan dahinya. Tanpa sengaja kesadaran spiritualnya mendeteksi sebuah sumber energi spiritual yang relatif lebih murni. "Ha! Ini, energi spiritual!"Dengan cepat Zhen Zhi memfokuskan persepsinya pada sumber energi spiritual tersebut. Dia melihat sebuah ruangan dengan lampu merah menyala di atas pintunya: Ruang ICU. Di depannya, seorang wanita cantik duduk dengan raut wajah penuh kecemasan. Wanita itu terlihat putus asa dan takut, tangannya terus berdoa, berharap kesembuhan untuk anaknya yang tengah dioperasi.Di tubuh wanita itulah terpancar sumber energi spiritual yang dia rasakan tadi, sebuah kalung giok berwarna hijau zamrud yang memancarkan cahaya samar. "Di sana!""Jaraknya juga tidak terlalu jauh," pikir Zhen Zhi seraya beranjak dari tempat tidurnya. Walaupun tubuhnya terasa sakit, Zhen Zhi tetap memaksakan diri. Baginya rasa sakit tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalamannya sebagai dewa kuno. Sudah tidak terhitung pertarungan dan neraka yan
“Hancurkan Zhen Zhi si pengkhianat itu!”Seketika bunyi benturan keras membuat medan pertempuran itu bergetar!Serangan gabungan dari sepuluh Kaisar Dewa yang begitu besar dan hendak menghancurkan Zhen Zhi, tiba-tiba tertahan oleh sebuah perisai besar yang terbuat dari api!Perisai itu tak lain berasal dari sisa energi Yue Yuan, sang Permaisuri Phoenix!“Yue Yuan! Apa yang kaulakukan!?”“Zhen Zhi!” ucapnya seraya berusaha mati-matian menahan serangan para dewa, “hanya kau yang dapat membalikkan keadaan di dunia para dewa. Jangan mati!”Dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka dan kekuatan yang nyaris habis, Permaisuri Phoenix menggunakan sisa tenaganya untuk mengirim Zhen Zhi menjauh dari medan pertempuran. "Tidaaak!" Raungan Zhen Zhi, sang Dewa yang terbuang karena fitnah, menggelegar tatkala menyaksikan dengan mata kepala sendiri Permaisuri Phoenix mengorbankan dirinya demi melindunginya.Dalam pandangan Zhen Zhi yang memudar, sosok Permaisuri Phoenix tertelan oleh cahaya kehancuran