Home / Fantasi / Dewa Kuno Bangun Di Kota / Bab 3. Dokter Ajaib

Share

Bab 3. Dokter Ajaib

Author: Zaid Zaza
last update Huling Na-update: 2025-07-02 14:21:32

Zhen Zhi melangkah masuk ke dalam ruang ICU, diikuti dengan nyonya Wang serta dokter dan beberapa perawat di belakangnya.

Di dalam ruangan, sosok mungil terbaring pucat di atas kasur, dan monitor jantung sudah menunjukkan garis lurus yang dingin, tanda bawah jantung sudah berhenti total.

Setelah melihat keadaan putrinya, nyonya Wang terhuyung, harapannya mulai pudar perlahan-lahan. Hanya melihat garis lurus di monitor, dia tahu bawa putrinya mustahil untuk di selamatkan. "Wan'er," suaranya gemetar.

Mengabaikan tatapan skeptis dokter dan orang-orang di sekitarnya, Zhen Zhi mendekat. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di dahi gadis kecil itu. Dengan indra spiritualnya yang meskipun terbatas, dia bisa merasakan benang kehidupan yang teramat tipis, nyaris putus.

Memulai penyembuhan dengan ketenangan luar biasa, Zhen Zhi mulai menyalurkan vitalitasnya ke dalam tubuh anak itu. "Sekarang tubuhku tidak memiliki kekuatan spiritual sedikitpun, aku hanya bisa menggunakan vitalitas kehidupanku untuk memperkuat benang kehidupan anak ini," pikir Zhen Zhi sembari mengendalikan vitalitasnya menuju pusat roh, tempat di mana benang kehidupan berada.

Vitalitasnya akhirnya mencapai titik pusat roh. Zhen Zhi mulai merapal teknik penyembuhan kuno, "Sembilan Pusaran Bintang Suci! Pulihkan Asal Muasal Benang Kehidupan!" Suaranya menggema di alam jiwa, penuh keyakinan. Energi vitalitas kehidupan yang mengalir dari tubuhnya, berubah menjadi energi spiritual, dan membangkitkan benang kehidupan yang hampir putus.

Tang Qin menatap Zhen Zhi dengan mata yang penuh harapan dan ketakutan, sementara dokter dan perawat di sekitarnya menatap dengan skeptisisme. Namun, Zhen Zhi tidak peduli dengan pandangan mereka, dia hanya fokus pada anak itu dan energi vitalitas yang dia masukkan ke dalam tubuhnya.

Sepuluh menit telah berlalu. Karena Zhen Zhi hanya diam, sikapnya yang tanpa reaksi itu membuat semua orang bingung. Merasa situasi tak kunjung berubah dan kesabarannya habis, dokter tadi kembali bersuara, menyalurkan kejengkelannya. "Lihatlah nyonya Wang, sudah kubilang orang ini hanya berbicara sembarangan! Dia bahkan tidak melakukan apapun selain berdiam diri di sana. Kurasa dia hanya mencoba untuk menipu anda, saya tidak percaya anda masih membiarkannya sampai sekarang," ucapnya dengan rasa jengkel.

Nyonya Wang terdiam merenungkan kata-kata dokter dan kenyataan di hadapannya, pada akhirnya dia pun menyerah. Dengan langkah lunglai, dia mendekati Zhen Zhi, wajahnya terlihat begitu putus asa. "Sudahlah, sekarang aku sudah menerimanya, putriku dia.. dia tidak akan bisa bangun lagi. Seharusnya aku tahu, ini tidak akan berhasil," katanya dengan nada sedih, "Kau bisa berhenti sekarang, aku tidak akan menyalahkanmu."

Seiring vitalitasnya yang terus tersedot, rambut Zhen Zhi mulai memutih. Bersamaan dengan itu, garis grafik di monitor tiba-tiba berubah, bergerak dengan ritme yang tak terduga, dan detak jantung yang lemah perlahan mulai muncul di sana.

Dokter segera mendekat, memeriksa monitor, kedua matanya melebar, garis pada monitor benar-benar bergerak. Dia segera memeriksa nadi anak itu, dan menemukan denyut samar di sana. "Tidak mungkin, anak ini benar-benar kembali dari kematian," desisnya tak percaya.

Semua orang yang ada di sana tercengang, wajah skeptis mereka langsung berubah. Nyonya Wang, yang tadinya tenggelam dalam keputusasaan, juga terkesiap. Matanya terpaku pada monitor, kemudian beralih pada Zhen Zhi yang tampak begitu tenang namun keringat dingin mulai membasahi dahinya, sebagian besar rambutnya sudah memutih.

Lambat laun, energi vitalitas Zhen Zhi mulai menunjukkan efeknya. Benang kehidupan gadis kecil itu semakin menguat, dan detak jantungnya mulai stabil. Wajahnya mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan, dan napasnya mulai teratur.

Setelah selesai Zhen Zhi melepaskan tangannya, dan membuka kedua matanya pelan. Dia tersenyum lembut, merasa lega bahwa penyelamatnya berhasil. Gadis kecil di depannya mulai membuka matanya yang polos, membuat mulut semua orang ternganga, meraka tak pernah menyangka anak itu benar-benar akan kembali bangun.

"Ini... ini..." Suara dokter tercekat, dia bahkan tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi. Selama bertahun-tahun praktik, dia belum pernah menyaksikan keajaiban medis seperti ini.

Dia menoleh ke arah Nyonya Wang, yang kini menangis terisak-isak, bukan lagi karena duka, melainkan karena kelegaan dan kebahagiaan yang meluap-luap. "Wan'er putriku," katanya lirih, memeluk anaknya dengan lembut.

"Dia hidup! Dia benar-benar hidup!" Seru salah seorang perawat yang ada di sana.

"Bagaimana bisa? Padahal tadi anak ini, bukankah dia sudah meninggal?" Lanjut yang lainnya dengan keterkejutan yang sama.

"Pemuda itu... dia adalah dokter ajaib! Ini keajaiban!"

Nyonya Wang melepaskan pelukannya sejenak, menatap Zhen Zhi dengan mata berlinang. Dia membungkuk dalam-dalam, suaranya bergetar karena haru. "Terima kasih! Terima kasih banyak! Dokter ajaib telah menyelamatkan nyawa putri saya! Kebaikan Anda akan kami ingat seumur hidup!"

Dokter yang tadi meremehkan kini menunduk, dia tahu bahwa dirinya salah. Dia datang ke hadapan Zhen Zhi, menyatukan kedua tangannya dengan rasa hormat yang dalam. "Dokter Ajaib. Saya tidak mengenal gunung tinggi, saya benar-benar menyesal karena telah meremehkan anda sebelumnya. Kemampuan anda dalam bidang medis sungguh luar biasa. Saya harap orang hebat seperti Anda tidak akan menyimpan dendam terhadap orang kecil, maafkan kekasaran saya."

Wang Gui, seorang pria bertubuh tegap, mengenakan jas hitam rapi dan memiliki aura yang kuat, melangkah masuk dengan tergesa-gesa, diikuti oleh beberapa pria berjas lainnya. Wajahnya keras, namun saat melihat istrinya memeluk putrinya yang sadar, ketegangan di wajahnya mengendur, digantikan oleh kelegaan yang luar biasa.

Wang Gui memiliki identitas yang luar biasa, dia merupakan Ketua Geng Harimau Api di Kota Meng, sosok yang sangat berpengaruh di dunia bawah.

"Istriku! Wan'er!" serunya, menghampiri keluarganya. Setelah memastikan putrinya baik-baik saja, matanya tertuju pada Zhen Zhi yang berdiri tak jauh dari sana. Nyonya Wang dengan cepat menjelaskan apa yang terjadi.

Wang Gui menatap Zhen Zhi dengan penuh penghargaan. Dia membungkuk dalam-dalam, gerakan yang menunjukkan rasa terima kasih yang tulus meskipun dia adalah sosok yang ditakuti banyak orang. "Terima kasih, Dokter Ajaib. Anda telah menyelamatkan putriku. Kebaikan Anda sebesar gunung dan sedalam lautan." Dia mengeluarkan sebuah kartu hitam dari sakunya dan menyerahkannya pada Zhen Zhi. "Ini adalah sedikit tanda terima kasih dari kami. Ada satu miliar di dalamnya. Mohon diterima."

Zhen Zhi melirik kartu itu sejenak, tidak begitu tertarik, "Tidak perlu," jawabnya acuh. "Berikan saja aku kalung giok itu."

Nyonya Wang terkejut sejenak, tapi tanpa ragu, dia segera melepaskan kalung giok berwarna hijau zamrud dari lehernya dan menyodorkannya pada Zhen Zhi. "Tentu saja, Dokter Ajaib! Ambilah! Ini tidak ada artinya dibandingkan nyawa putriku!"

Tuan Wang melihat Zhen Zhi hanya mengambil kalung giok itu, lalu kembali menyerahkan kartu hitam pada Zhen Zhi. "Dokter Ajaib, mohon terima ini juga. Kami merasa tidak enak jika Anda tidak menerima imbalan yang layak. Ini adalah bentuk penghormatan kami."

Zhen Zhi memandang kalung giok di tangannya. Energi spiritual di dalamnya memang cukup murni untuk diserap dan digunakan untuk menstabilkan kondisi tubuhnya yang lemah. Dia kemudian teringat kondisi keluarga Feng Yichen yang hidup dalam kemiskinan dan terlilit hutang. Dengan tubuh ini, dia harus menghadapi kenyataan dunia. Uang sebanyak itu bisa menyelesaikan banyak masalah.

Menghela napas dalam hati, Zhen Zhi akhirnya menerima kartu hitam itu. "Baiklah," katanya singkat.

"Dokter Ajaib," kata Wang Gui dengan nada hormat, "bolehkah saya tahu siapa nama Anda?"

"Feng Yichen," jawab Zhen Zhi singkat. Tanpa menunggu lebih lama dia melangkahkan kaki, meninggalkan ruang ICU.

Di belakangnya, Nyonya Wang dan Tuan Wang berdiri terpaku, lalu secara bersamaan membungkukkan badan dalam-dalam hingga punggung mereka rata, memberikan penghormatan tertinggi kepada pemuda yang baru saja menyelamatkan putri mereka.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 6. Pulang

    Sun Lei buru-buru merogoh sakunya, mengulurkan beberapa uang kepada Zhen Zhi. “Tu-tuan, ini uang anda, saya tidak akan mengambil sepeserpun,” katanya dengan tangan gemetar.“Jika saya tahu bahwa dia adalah adik anda, kami tidak akan berani. Mohon tuan terima, dan ampunilah kami, kami tidak akan mengulanginya lagi,” tambahnya, berharap Zhen Zhi dapat melepaskan mereka.Zhen Zhi menyipitkan matanya dingin, membuat orang-orang itu merasakan maut yang sangat dekat. “Melepaskan kalian, boleh saja,” jawabnya dengan suara yang rendah.Mendengar Zhen Zhi bersedia mengampuni mereka, raut wajah mereka menjadi cerah, berpikir bahwa mereka dapat melalui bahaya tersebut dengan selamat. “Benarkan tuan, terimakasih tuan,” Sun Lei dengan hati-hati meletakkan uang yang dia keluarkan tadi di depan kaki Zhen Zhi. Tanpa menunggu lebih lama, Sun Lei bersama dengan rekannya yang lain segera mundur perlahan dari hadapan Zhen Zhi. “Dengan kekuatan seperti itu, jelas bahwa dia bukanlah orang biasa. Hari ini

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 5. Menghajar Sekelompok Preman

    “Siapa kau! Menyerang kami diam-diam, apa kau ingin mati!’ bentak Sun Lei dengan nada kesal. Dia menoleh ke arah pria berambut cepak yang tergeletak tak sadarkan diri, lalu memanggilnya dengan nada keras, “Hei, bangun!” sambil menendang pria itu dengan kaki. Namun, pria berambut cepak itu tetap tidak bergerak, membuat Sun Lei semakin kesal dan berhenti, “Sialan, membuat kami malu saja.”Tiba-tiba, Zhen Zhi menjawab dengan nada geram, "Orang yang akan mati adalah kalian!" sambil mengacungkan tangannya untuk memprovokasi mereka.Sun Lei memandang Zhen Zhi dengan mata yang mengejek, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. "Apa yang dia katakan?" tanya Sun Lei dengan nada yang mengejek, tidak percaya bahwa Zhen Zhi berani mengancam mereka seperti itu.“Dia bilang ingin membunuh kita, apa kau tuli?” jawab pria berjanggut di sebelahnya dengan acuh.“Aku tidak tuli bodoh! Maksudku, apa bocah ini sedang menantang kita? Apa yang dia katakan tadi, ‘Orang yang akan mati adalah kalian’, Pfft

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 4. Memanggil Jendral Hantu

    Setelah Zhen Zhi menghilang dari pandangan, Tuan Wang berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Dia menoleh pada asisten kepercayaannya, seorang pria berwajah dingin yang selalu setia mendampinginya. “Li Wei,” panggilnya dengan suara rendah namun tegas. “Segera selidiki identitas pemuda itu. Siapa dia? Dari mana asalnya? Aku ingin semua informasinya!”Li Wei mengangguk patuh. “Baik, Ketua. Akan segera saya laksanakan.”Di dalam ruangannya, Zhen Zhi segera menyerap energi spiritual yang berada di dalam giok. Arus spiritual meresap masuk ke dalam tubuhnya, menyembuhkan lukanya, serta memperbaiki kondisi fisik Feng Yichen yang sangat buruk.Tidak memakan waktu yang lama, hanya sepuluh nafas dan aura di dalam giok pun menghilang, sudah diserap ke dalam tubuh Feng Yichen. Kini giok tersebut hanyalah benda biasa, tanpa kekuatan spiritual di dalamnya.Setelah menyerap aura spiritual di dalam giok, kondisi tubuh Feng Yichen berubah drastis. Tulang dan dagingnya mengalami regenerasi yang luar bi

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 3. Dokter Ajaib

    Zhen Zhi melangkah masuk ke dalam ruang ICU, diikuti dengan nyonya Wang serta dokter dan beberapa perawat di belakangnya. Di dalam ruangan, sosok mungil terbaring pucat di atas kasur, dan monitor jantung sudah menunjukkan garis lurus yang dingin, tanda bawah jantung sudah berhenti total.Setelah melihat keadaan putrinya, nyonya Wang terhuyung, harapannya mulai pudar perlahan-lahan. Hanya melihat garis lurus di monitor, dia tahu bawa putrinya mustahil untuk di selamatkan. "Wan'er," suaranya gemetar.Mengabaikan tatapan skeptis dokter dan orang-orang di sekitarnya, Zhen Zhi mendekat. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di dahi gadis kecil itu. Dengan indra spiritualnya yang meskipun terbatas, dia bisa merasakan benang kehidupan yang teramat tipis, nyaris putus.Memulai penyembuhan dengan ketenangan luar biasa, Zhen Zhi mulai menyalurkan vitalitasnya ke dalam tubuh anak itu. "Sekarang tubuhku tidak memiliki kekuatan spiritual sedikitpun, aku hanya bisa menggunakan vitalitas kehidupan

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 2. Putri Keluarga Wang yang Sekarat

    Zhen Zhi mengernyitkan dahinya. Tanpa sengaja kesadaran spiritualnya mendeteksi sebuah sumber energi spiritual yang relatif lebih murni. "Ha! Ini, energi spiritual!"Dengan cepat Zhen Zhi memfokuskan persepsinya pada sumber energi spiritual tersebut. Dia melihat sebuah ruangan dengan lampu merah menyala di atas pintunya: Ruang ICU. Di depannya, seorang wanita cantik duduk dengan raut wajah penuh kecemasan. Wanita itu terlihat putus asa dan takut, tangannya terus berdoa, berharap kesembuhan untuk anaknya yang tengah dioperasi.Di tubuh wanita itulah terpancar sumber energi spiritual yang dia rasakan tadi, sebuah kalung giok berwarna hijau zamrud yang memancarkan cahaya samar. "Di sana!""Jaraknya juga tidak terlalu jauh," pikir Zhen Zhi seraya beranjak dari tempat tidurnya. Walaupun tubuhnya terasa sakit, Zhen Zhi tetap memaksakan diri. Baginya rasa sakit tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengalamannya sebagai dewa kuno. Sudah tidak terhitung pertarungan dan neraka yan

  • Dewa Kuno Bangun Di Kota   Bab 1. Jiwa Dewa Kuno Bangun Di Tubuh Baru

    “Hancurkan Zhen Zhi si pengkhianat itu!”Seketika bunyi benturan keras membuat medan pertempuran itu bergetar!Serangan gabungan dari sepuluh Kaisar Dewa yang begitu besar dan hendak menghancurkan Zhen Zhi, tiba-tiba tertahan oleh sebuah perisai besar yang terbuat dari api!Perisai itu tak lain berasal dari sisa energi Yue Yuan, sang Permaisuri Phoenix!“Yue Yuan! Apa yang kaulakukan!?”“Zhen Zhi!” ucapnya seraya berusaha mati-matian menahan serangan para dewa, “hanya kau yang dapat membalikkan keadaan di dunia para dewa. Jangan mati!”Dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka dan kekuatan yang nyaris habis, Permaisuri Phoenix menggunakan sisa tenaganya untuk mengirim Zhen Zhi menjauh dari medan pertempuran. "Tidaaak!" Raungan Zhen Zhi, sang Dewa yang terbuang karena fitnah, menggelegar tatkala menyaksikan dengan mata kepala sendiri Permaisuri Phoenix mengorbankan dirinya demi melindunginya.Dalam pandangan Zhen Zhi yang memudar, sosok Permaisuri Phoenix tertelan oleh cahaya kehancuran

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status