Share

Bab 17

Author: Siswa yang Tak Cerdas
Rommy dan Sherly terdiam. Dia menatap punggung Raka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang terucapkan. Apakah menantunya yang tidak berguna itu sedang membantu mereka balas dendam?

“Raka,” panggil Lucy sambil menggigiti bibirnya. Dia berjalan ke sisi Raka dan menarik baju suaminya sambil menatap lelaki itu dengan raut penuh permohonan.

Orang tuanya membutuhkan pekerjaan. Tanda tangan kontrak perjanjian proyek dengan Deston Group merupakan hal yang sangat penting. Kakeknya pasti sangat panik sekali.

“Nggak apa-apa,” kata Raka dengan santai. Dia menggelengkan kepalanya secara perlahan ke arah Lucy dan menatap pintu sambil lanjut berkata, “Yura, aku nggak akan bilang untuk kedua kalinya. Jangan bicara di depan pintu! Rumah kami nggak butuh satpam dan kamu juga nggak akan bisa jadi satpam!”

Di luar sana Yura menggigit bibirnya menahan emosi. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya sehingga dia sulit menerimanya. Irwan tidak akan diam saja jika dia tidak bisa membawa Rommy dan Sherly kembali pulang. Lelaki itu pasti akan menghabisinya!

“Raka! Apa yang kamu inginkan?!” tanya Yura sambil menahan emosi.

“Bagaimana pun juga, aku ini mantan istrimu meski hanya status saja! Biarkan Rommy dan Sherly pergi denganku dan urusan kita sudah selesai!”

Raka tertawa mendengar kalimat tersebut. Bisa-bisanya perempuan itu dengan tidak tahu malu mengatakan dia adalah mantan istri Raka? Sejak surat perceraiannya dirobek, pernikahan mereka sudah usai!

Istrinya hanya ada satu, yaitu Lucy!

“Niat! Tunjukkan niatmu! Mohon sekali lagi!” ujar Raka sambil menggendong Elena.

“Ingat! Bukan perintah dan undangan, tapi memohon! Seharusnya aku nggak perlu mengajarimu cara memohon, kan? Kalau kurang memuaskan, kamu tahu sendiri apa akibatnya.”

Yura menahan geram dan matanya memancarkan sorot penuh kebencian. Beraninya Raka meminta dirinya untuk memohon?!

“Raka ….” Saat ini, Rommy dan Sherly sepertinya menyadari sesuatu. Mereka yang awalnya ingin langsung menyetujui Yura tampak terdiam dan tak bersuara. Keduanya hanya diam menatap pintu sambil menunggu sahutan Yura.

Pasti perempuan licik itu mendapatkan tekanan besar sehingga bisa datang ke rumah mereka. Penderitaan selama lima tahun ini akan mereka tagih pada Yura!

“Raka!”

Yura memikirkan keuntungan ratusan triliun, kemarahan Irwan serta semua yang dia miliki membuatnya menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kencang. Dia memasang senyum lebar dan menundukkan kepalanya sambil berkata, “Om, Tante, dulu aku yang salah. Aku minta maaf!”

“Sekarang kantor membutuhkan kalian berdua untuk tanda tangan kontrak dengan Deston Group. Proyek ini merupakan proyek 600 triliun dan aku tahu aku nggak bisa menutupinya dari kalian. Oleh karena itu aku datang dan berharap kalian bersedia memaafkan aku.”

Dia dia membungkuk 90 derajat dengan kedua tangan yang terkepal erat. Sorot dendam dan marah di matanya berkobar semakin jelas.

Rommy dan Sherly saling berpandangan, setelah itu mereka menatap Raka dan Lucy dengan ekspresi ragu. Bagaimana kalau mereka menyetujui Yura?

“Nggak perlu buru-buru,” ujar Raka sambil tersenyum. Dia menunjuk jam dinding yang ada di ruang tamu sambil lanjut berkata, “Ketulusan dan sikapnya membutuhkan waktu untuk membuktikannya. Karena proyek 600 triliun ini merupakan proyek besar, berarti butuh 300 menit!”

“Ti-tiga ratus menit?!”

Yura yang tengah membungkuk tampak menahan geram. Beraninya Raka memintanya untuk membungkuk meminta maaf pada Rommy dan Sherly selama 300 menit?!

“Sialan!” gumam perempuan itu. Dia ingin sekali mengumpat dan melayangkan kalimat makian pada Raka, tetapi dia tidak berani. Bahkan Yura tidak berani menegakkan kembali tubuhnya.

Jika dia tidak bisa membawa Rommy dan Sherly kembali untuk tanda tangan kontrak, maka Irwan pasti akan mengusirnya!

Waktu terus berlalu hingga satu jam kemudian. Rommy dan Sherly tampak duduk dengan tidak tenang di ruang tamu sambil menonton televisi. Perasaannya diserang kebingungan dan rasa bimbang. Sedangkan Raka sedang sibuk menemani Elena bermain. Keduanya terbahak hingga suara tawa memenuhi ruang tamu.

Awalnya Lucy merasa kurang nyaman. Namun setelah emosinya sedikit stabil, dia menuangkan air untuk semua orang dan ikut berbaur.

“Raka, sudah dua jam, bagaimana kalau kami ikut Yura ke kantor dulu? Proyek kerja sama dengan Deston Group sangat penting dan nggak boleh terhambat,” ujar Rommy dengan ragu.

Raka mencoba bermain dengan Elena yang ada dalam gendongannya sambil berkata pada kedua mertuanya, “Pa, Ma, nggak perlu panik. Kalau kalian nggak hadir, nggak ada orang yang bisa tanda tangan kontrak Deston Group. Sebelum kalian hadir, perwakilan Deston Group nggak akan datang. Sudah pasti proyeknya nggak akan bisa jalan.”

Kedua orang tua itu terdiam dan saling berpandangan. Kenapa menantunya begitu yakin sekali? Apakah Deston Group akan bersikap begitu menghargai mereka?

“Raka, kamu ada hubungan dengan Deston Group?” tanya Lucy sambil memberikan segelas minuman.

“Kamu kenal dengan petinggi perusahaan itu?” tanya Lucy lagi

Raka menerima minuman tersebut dan tersenyum tipis. Dia merupakan seorang Dewa Perang yang memiliki posisi sangat tinggi sekali. Secara otomatis Deston Group harus tunduk dan patuh pada dirinya. Deston Group menganggap sebuah kehormatan jika bisa membantu Dewa Perang.

“Aku ada teman yang merupakan kerabat dari petinggi di Deston Group,” jawab Raka sambil tersenyum.

“Jadi Papa dan Mama tenang saja. Proyek kali ini sudah pasti harus sama kalian berdua. Biarkan Yura tunggu di luar saja selama 5 jam dan nggak boleh kurang satu menit pun!”

Yura yang ada di luar hanya mengepalkan kedua tangannya sambil menahan emosi. Pantas saja Deston Group bersikap seperti itu dengannya dan mengusirnya dari gedung.

Perempuan itu bersumpah dalam hati bahwa dia akan membalaskan dendam ini pada Raka!

Waktu terus berlalu hingga 300 menit lamanya sudah tiba. Yura menahan rasa pegal dan nyeri di tubuhnya dengan keringat deras yang menetes membasahi bajunya karena terus berada dalam posisi membungkuk. Bahkan pinggangnya seperti ingin patah!

Krek.

Pintu di hadapannya terbuka dengan perlahan. Raka dan Sherly keluar dengan setelan jas dan terusan mahal. Melihat kondisi yang cukup menyedihkan dari sosok Yura membuat mereka melonjak girang dalam hati.

Selama lima tahun mereka mendapat perlakuan buruk dan juga dipermalukan!

 
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status