Share

Berdamai di Malam yang Panjang

Ketika Dewi sedang asyik menyantap makanannya, Bagaskara ternyata telah selesai membersihkan diri dan langsung menghampiri Dewi yang berada di balkon.

“Makan yang santai, jangan seperti orang yang tidak pernah makan seolah besok mati kelaparan!” Ujar Bagaskara

“Astaga. Apakah tuan hobinya selalu mengagetkan orang?” Tanya Dewi yang sudah merasa jengkel karena Bagaskara yang selalu membuat dirinya terkejut. Namun ada yang membuat fokusnya teralihkan, yaitu otot kekar Bagaskara yang terpampang jelas ketika hanya menggunakan handuk sebatas pinggang.

“Oh god, ini tidak bagus untuk kesehatan mataku.” Batin Dewi saat memandang roti sobek milik Bagaskara.

“Kamu ini berani sekali rupanya membantah perkataan saya!” Pungkas Bagaskara

“Ya tuhan aku lupa kalau sedang menghadapi singa yang siap mengaum kapan pun dia mau.” Batin Dewi yang menyesali perbuataanya yang memantik amarah Bagaskara.

“Maafkan saya tuan.” Seraya Dewi sedikit membungkukkan badan.

“Lupakan, saya anggap itu sebagai apresiasi karena keindahan yang saya miliki.” Jawab Bagaskara dengan percaya diri membuat Dewi ternganga tak percaya.

“Dasar Narsis.” Batin Dewi

Bagaskara pun langsung berlalu masuk kedalam kamar meninggalkan Dewi yang masih menyantap makannanya. Ia pun mematikan ponselnya karena ia merasa sudah waktunya istirahat dan tidak ingin diganggu oleh pekerjaan. Apalagi ia ingin beristirahat barang sebentar saja setelah menemukan seseorang yang mampu membuatnya kembali menjadi pria sejati.

Setelah menghabiskan makanannya Dewi pun langsung menuju kamar mandi untuk menggosok gigi. Karena sangat tidak mungkin ia berdekatan dengan Tuan Arogan setelah makan nasi padang yang berbau khas rempah. Semua rutinitas sebelum tidur selesai ia mengetok pintu kamar untuk masuk, karena bagaimanpun ia merasa tidak sopan jika langsung masuk tanpa permisi.

“Masuk saja.” Ucap Bagaskara mmebuat Dewi langsung membuka pintu dan menutupnya kembali.

“Ya Tuhan, bisakah posisinya dikondisikan jangan seperti itu.” Batin Dewi saat melihat Bagaskara sedang telentang di atas kasur masih dengan menggunakan handuk membuat langkahnya terhenti.

Bagaskara sudah tidak tahan untuk menunggu lebih lama lagi langsung menghampiri Dewi dengan lamunannya.

“Ternyata hobimu melamun ya?” Tanya Bagaskara tepat dihadapan Dewi sedang berdiri.

“Maafkan saya tuan.” Kilah Dewi saat merasa kikuk berdekatan dengan pria yang ada dihadapannya.

Melihat Dewi yang merasa canggung membuat Bagaskara semakin ingin menggodanya karena Dewi sangat terlihat manis saat bertingkah seperti ini.

“Ternyata dia sangat menggemaskan saat merasa terpojok.” Batin Bagaskara senang seperti mendapat mainan baru.

Langkah Bagaskara membuat Dewi mundur hingga punggungnya mentok di tembok kamar. Bagaskara mengukung Dewi hingga terasa bahwa Dewi sedang menahan napas.

“Jangan lupa bernapas!.” Ucap Bagaskara seolah tak bersalah atas apa yang dilakukannya.

“Baiklah jika kau memang menantangku Tuan Arogan.” Batin Dewi bergejolak langsung memberanikan diri menatap mata elang Bagaskara.

“Cantik sempurna.” Batin Bagaskara memandang wanita yang ada dihadapannya membuat sesuatu yang ada dalam dirinya tegang.

Penyatuan mereka diawali dari saling membelit lidah yang sepertinya tak akan ada habisnya, keduanya saling menikmati apa yang sedang mereka lakukan.

"Oh God, ternyata gini rasanya French kiss".batin Dewi "awwwwwh, pelan-pelan tuan karena kau bisa merobek bibirku". Pekik Dewi sambil melotot tajam kearah manik hazel tepat saat si tuan Arogan yang terlalu bersemangat atas dirinya.

Sedangkan yang di tatap seolah tak bersalah karena ia sudah merasa gairahnya di ubun-ubun untuk dituntaskan.

Bagaskara langsung mengangkat tubuh indah wanita yang berhasil memikat kejantanannya ke atas bed yang sangat empuk.

"Malam ini kamu milikku Nona Nirmala Dewi". Bisik Bagaskara di telinga Dewi nyaris tak terdengar karena sedang menahan hasrat.

"Bawalah aku ke dalam kenikmatan yang akan kau suguhkan tuan, aku menantinya." Balas Dewi dengan mendekati bibirnya ke daun telinga Bagaskara dan memberikan gigitan kecil pada si empunya.

Bagaskara hanya tersenyum smirk, ia langsung membuka ikat bathrobe yang Dewi kenakan. Ia buka perlahan dari bahu menggunakan giginya yang sukses membuat Dewi merinding. Terpampang jelas aset yang dimiliki Dewi ketika lelaki dihadapannya berhasil membuatnya tak terlapisi satu pun helai kain.

"Awhhh sakit tuan" jerit Dewi ketika Bagaskara memberikan tanda kepemilikan di bahu depan Dewi.

Tentu saja tuan Arogan tak mengindahkan jeritan sang Dewi yang sedang berada dibawah tubuh kekarnya. Ia berlanjut dengan bermain dengan squisy kenyal dan kencang yang dimiliki Dewi, tubuh ini seolah membuatnya candu apalagi ia telah lama tak menuntaskan dirinya pada wanita sebelumnya.

"Ssssshhh, ah tuan".Dewi tak mampu menahan desisan saat tubuhnya dijamah oleh sang CEO kekar ini.

"Aku nggak pernah segila ini sama perempuan, tapi tubuhnya seolah jadi candu". Batin Bagaskara sambil menatap wanita yang ada dihadapannya, yang ditatap merasa senang karena ia bisa memamerkan aset indah yang ia miliki.

Tanpa panjang lebar lagi untuk foreplay Bagaskara langsung memposisikan miliknya tepat dihadapan milik sang Dewi. Sorot matanya seolah-olah mengisyaratkan kamu harus siap, Dewi pun langsung mengerti dan memberikan anggukan. Namun terasa sulit ketika Bagaskara akan memasukkan miliknya.

"Udah lama nggak main nih kayaknya cewek". Batin Bagaskara

Saat memaksa barang miliknya masuk, Dewi merasa sakit yang amat perih seakan rasa sakitnya baru pertama kali ia rasakan.

"Ya tuhannnnnn sakitttttttt, ohhhhhh stop aku mohon jangan dilanjutkan. Sakittttttt tuan owhhhhhh". Jerit Dewi yang berontak ingin disudahkan lantaran sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kau masih virgin? Bagaimana bisa!". Ucap Bagaskara yang heran karena notabane nya Dewi adalah seorang wanita club' malam.

"Awwwwwh sakit tuan". Jerit Dewi yang seolah tak mendengar pertanyaan dari Bagaskara dan malah memegang dada bidang sang tuan Arogan maksud untuk mendorong tubuhnya.

"Sabar ya sayang, aku mohon untuk tahan sekali lagi karena setelahnya pasti akan terasa nikmat". Bujuk Bagaskara sambil memeluk Dewi dan langsung saja mereka melakukan apa yang seharusnya terjadi untuk terbang ke nirwana yang indah seakan tak ingin berkesudahan karena sangking indahnya saat tubuh menyatu menjadi satu, erangan sakit kini terganti dengan desahan yang indah.

Saat mereka telah menyelesaikan rutinitas ranjang yang panas terasa melelahkan bagi keduanya. Tubuh mereka telah tertutup selimut karena merasa malas untuk sekedar berdiri menggunakan bathrobe atau handuk yang sudah berserakan dilantai.

Disaat mata Dewi akan terpejam, Bagaskara langsung merangkul Dewi kedalam pelukan hangat yang membuatnya mabuk kepayang.

“Apa tuan tidak merasa lelah?” Tanya Dewi seolah dapat menebak perilaku Bagaskara yang seakan mengingkannya lagi.

“Biarkan seperti ini sebentar saja.” Jawab Bagaskara dengan damai.

“Akhirnya bisa berbicara lembut juga si Tuan Arogan.” Tutur Dewi dalam hati sambil tersenyum.

“Kenapa kamu tidak jujur saat pertama kali bertemu?” Tanya Bagaskara sambil menatap netra indah Dewi.

“Maksud tuan?” Tanya Dewi sambil mengerutkan kening.

“Soal kesucian kamu yang baru kurenggut tadi, tapi aneh juga sampai sekarang saya belum tau nama kamu itu siapa?” Tanya Bagaskara dengan panjang lebar menanti jawaban dari Dewi.

Dewi langsung menjauh dari Bagaskara dan memilih duduk untuk mempersiapkan jawaban. Ia susun bantal untuk menyanggah punggungnya. Bagaskara pun mengikuti langkah Dewi untuk menyusun bantal agar merasa nyaman.

“Namaku Nirmala Dewi wahai tuan Bagaskara Prayudha.” Jawab Dewi lugas

“Jangan tanya aku tau dari mana namamu tuan, karena aku baru saja membaca artikel tentang anda di web.” Lanjut Dewi yang langsung menjelaskan saat Bagaskara merasa heran saat namanya disebut dengan lengkap.

“Aku masuk kedalam dunia malam juga karena kesepakatan dengan si pemilik klub.” Tutur Dewi mengenang masa awal ia bisa bekerja di klub.

Flashback on:

“Baiklah Mami, aku bersedia bekerja di klub jika bisa menebus hutang almarhum orang tuaku.” Jawab Dewi saat didesak Mami untuk bergabung di klub nya.

“Namun ada satu syarat yang aku ajukan Mam.” Ucap Dewi membuat suarat untuk kesepakatan mereka.

“Sebutkan saja, tapi hanya satu dari sekian kesepakatan dari saya.” Jawab Mami

“Aku tidak akan melayani permintaan ranjang siapapun yang datang tanpa persetujun dariku.” Jawab Dewi dengan tegas.

“Baiklah, tapi jangan sesekali kamu mencoba kabur atau kamu akan menanggungnya.” Hawab Mami dengan sinis.

Flashback off

“Jadi pada saat itu Mami tidak mengetahui alasan kenapa aku tidak mau melayani pengunjung sampai di ranjang. Aku takut kalau Mami tau dia akan melakukan rencana licik, jadi aku berusaha menutupinnya dengan melayani mereka yang booking saat minum dengan baik.” Tutur Dewi

“Sebenarnya aku akan memberikan kesucianku untuk seseorang yang akan menjadi suamiku nanti tuan, namun karena aku tidak mau terus-menerus berada didalam genggaman Mami jadi bertekad kuat ingin melunasi hutang-hutang saat mendengar tawaran dari anda. Tanpa memikirkan soal kesucian yang sudah aku jaga selama ini.” Lanjut Dewi dengan netra yang mengembun mengingat apa yang telah ia jalani selama ini.

“Saya tidak akan melepaskan kamu Nirmala Dewi.” Batin Bagaskara sambil menarik Dewi kedalam pelukannya sesaat setelah mendengar penuturan panjang Dewi. Entah perasaan apa yang sedang dirasakan Bagaskara, namun jika boleh jujur ia merasakan ketenangan serta kenyamanan bersama Dewi sejak pertama bertemu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status