Share

Pergi?

Masih didalam dekapan yang hangat, Dewi terkejut saat mendengar penuturan Bagaskara.

“Kamu harus tau alasan kenapa saya rela memberikan kamu uang dalam jumlah yang besar. Itu karena kamu adalah wanita yang mampu membuat gairah saya kembali seperti sebelum menikah.” Tutur Bagaskara

“Anda sudah menikah tuan?” Tanya Dewi yang sedikit kecewa menerima kenyataan bahwa laki-laki sempurna dihadapannya itu telah menikah.

“Iya aku sudah menikah.” Jawab Bagaskara.

“Kamu datang seperti Dewi yang telah dikirimkan untuk saya.” Ucap Bagaskara tulus sambil menatap netra indah Dewi.

“Tentu istri anda tidak mengetahui tentang ini bukan?” Tanya Dewi karena ia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain.

“Itu bukan urusanmu!” Pungkas Bagaskara

“Astaga, mode dinginnya on lagi. Huh dasar tuan Arogan.” Batin Dewi

“Kamu harus dihukum karena sudah berani banyak bertanya nona.” Seringai Bagaskara sambil menarik selimut yang menutupi tubuh mereka.

Dewi hanya pasrah saat miliknya digempur kembali oleh pria yang baru dijumpainya beberapa jam lalu. Dua insan tersebut dibawa melayang kelangit ketujuh dalam temaram malam yang indah ini. Seolah tidak ada kata lelah bagi Bagaskara, padahal sudah satu jam lamanya ia berpacu. Hingga sampailah kepuncak akhir dari permainan tersebut yang membuat keduanya tertidur pulas.

Ketika jam dinding telah menunjukkan pukul 3 dini hari, Dewi terganggu dari tidurnya karena merasa sesak napas saat tangan kekar Bagaskara memeluk dirinya.

Dengan hati-hati Dewi memindahkan tangan tersebut dan merasa lega saat terlepas dari pelukan si Tuan Arogan.

“Kebetulan aku terbangun di jam ini, seperti nya aman jika ingin melarikan diri sekarang.” Batin Dewi ingin segera kabur dari Bagaskara karena ia yakin Tuan Arogan itu tidak akan melepaskannya.

Dengan hati-hati Dewi menuruni ranjang agar tidak membuat Bagaskara terbangun. Dewi langsung memakai baju yang ia kenakan saat pertama datang ke hotel ini.

“Maafkan aku tuan, aku akan pergi sekarang. Urusan kita telah selesai.” Ucap Dewi sambil memandang Bagaskara yang sedang terjaga dalam tidur pulasnya.

“Kau begitu sempurna tuan, namun sikapmu membuatku tertekan.” Lanjut Dewi

Setelah keperluan yang ia bawa semula dirasa lengkap, Dewi langsung meninggalkan suite room dengan hati-hati.

“Langkah pertama yang harus aku ambil adalah menemui Mami untuk menyelesaikan semuanya.” Dewi bermonolog saat berhasil keluar dari suite room.

Dewi pun segera keluar dari hotel karena tidak sabar untuk merasakan kebebasan yang selama ini ia impikan. Untung saja saat masih berada didalam suit room ia sempat memesan taxi online, sehingga tak membuatnya menunggu lama.

“Pergi ke Klub A di jalan B ya pak.” Ucap Dewi pada sang supir yang dibalasa anggukan.

Didalam mobil Dewi sangat gelisah saat melihat pukul telah menunjukkan setengah 3 dini hari. Ia harus bergegas untuk menyelasaikan semuanya sebelum Bagaskara menyadari bahwa ia telah melarikan diri.

Setelah sampai ke tempat tujuan Dewi langsung memberi ongkos lalu bergegas masuk kedalam Klub untuk menemui Mami. Ia menemukan Mami sedang duduk di bar sambil menenggak minumannya.

“Hallo Mam.” Sapa Dewi saat menghampiri Mami.

“Hai Dewi, kamu sudah selesai dengan tuan Bagaskara?” Tanya Mami yang sedikit mengkhawatirkan Dewi karena ia mengetahui sifat Bagaskara.

“Mami tidak perlu cemas karena aku baik-baik saja.” Jawab Dewi sambil tersenyum.

“Sebenarnya maksud dan tujuan aku menemui Mami adalah untuk bertanya perihal hutang orang tuaku.” Tutur Dewi

“Memangnya kamu punya uang sebanyak itu sampai berani menanyakannya?” Ejek Mami

“Sebutkan saja Mam, aku akan berusaha jika nominal itu pasti dan bisa bebas dari sini.

“Okey, hutang orang tua kamu itu 1 milyar.” Ucap Mami yang membuat Dewi terkejut.

“Tapi karena kamu sudah bekerja dengan baik selama di Klub ini selama beberapa tahun, saya akan menguranginya. Dan total nya sekarang menjadi 800 juta.” Lanjut Mami

“Oh Tuhan syukurlah, ternyata Mami masih ada hati nuraninya.” Batin Dewi

Dewi langsung merogoh ponselnya dan memberikan pada Mami.

“Silahkan isi nomor rekening Mami.” Ucap Dewi sambil menyerahkan ponselnya.

“Kamu mau membayarnya sekarang?” Mami heran karena tak percaya bahwa akhirnya Dewi dapat membayar hutangnya.

“Kamu dapat uang dari mana sebanyak itu.” Mami curiga pada Dewi.

“Aku dapat pinjaman Mam.” Jawab Dewi berbohong.

“Ah sudahlah saya tak mau tau yang penting kamu sudah mau melunasi semuanya.” Jawab Mami sambil mengembalikan ponsel Dewi.

“Sudah aku transfer mam.” Ucap Dewi sambil menunjukkan layar screenshoot bukti transfer.

“Okey kamu bebas sekarang Dewi.” Ucap Mami yang merasa senang menerima uang.

“Aku pamit dulu mam.” Pamit Dewi

Dewi pun langsung meninggalkan klub menuju kontrakannya. Saat sudah berada didalam kontrakkan kecilnya, Dewi seperti berpamitan pada bangunan yang sudah menemani jatuh bangunnya mengalami ujian hidup beberapa tahun belakangan.

Dewi hanya membawa barang seperlunya, ia pamit pada pemilik kontrakkan hanya lewat pesan online serta memberi tahu jika barang yang ia tinggalkan dapat digunakan untuk penghuni dikemudian hari nanti.

“Kehidupan baru, i’m coming.” Ucap Dewi saat meninggalkan kehidupan lamanya. Tinggal ia menyusun rencana hidupnya untuk kedepan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status