"Tsk. Jujur saja aku malas membicarakan fosil tua itu. Siapa yang akan percaya kalau dia akan lebih dulu menikah diantara teman-temannya? Huh aku adiknya saja masih sulit percaya. Aku sempat khawatir kakakku akan menjadi fosil tua karena tidak menikah." Varen berhenti sejenak, menghela nafas panjang menatap sendu ke arah Ezel. "Sejak kecil kita memang sering bertengkar, tapi kau satu-satunya kakak ku. Aku menyayangimu, aku harap kau tetap disisiku meski sekarang kau sudah memiliki keluargamu sendiri."Suara Varen sedikit bergetar.
"Kak melihat mu menikah membuat ku ingin segera menyusulmu. Kau terlihat sangat keren waktu mencium kakak ipar. Huaa aku tidak ingin menangisi fosil tua seperti mu. Hiks!” Tangisan Varen pecah, dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Melihat sang adik menangis, Ezel langsung melangkah mendekati Varen dan memeluknya. Ezel menepuk pelan pundak Varen sambil menggigit bibirnya menahan tawa. Sedewasa apapun Varen, dia tetaplah adik kecil bagi Ezel, wajar saja jika Varen menangis. Dia tidak bisa membayangkan akan hidup terpisah dari kakaknya, tidak ada lagi yang mengganggunya tiap malam, memarahinya setiap kali dia lupa waktu saat bekerja. "Fosil tua, aku bahagia melihatmu menikah. Tapi? Tapi, aku tidak ingin kehilanganmu. Siapa yang akan membuatkan aku makanan nanti? Kak Leo tidak akan mau memasak makanan kesukaanku." Ezel menghapus liquid bening yang membasahi wajah adiknya. "Hei bocah berhentilah menangis. Aku hanya pindah rumah bukan menghilang dari dunia ini." "Kakak ipar terima kasih telah menerima kakakku. Tolong jaga dia dengan baik, meski dia sedikit kekanakan tapi dia saudaraku satu-satunya." Ezel membalikan tubuhnya mengikuti arah pandang Varen, seorang wanita berdiri di sudut bersama Axel memperhatikan interaksi kakak adik itu. Ezel tidak tahu sejak kapan Sthella dan putranya ada disana. "Sudah berhentilah menangis. Aku tidak tahu kau akan menangis seperti ini di hari pernikahan ku." Ezel memeluk Varen dan membawanya menjauh. Hiro menepuk pelan bahu Varen saat mereka berpapasan, kali ini giliran Hiro yang akan melakukan sesi wawancara. "Sama seperti Varen, terus terang saja aku masih tidak percaya, member tertua kami menikah. Rasanya ini seperti mimpi. Meski sulit di percaya tapi inilah kenyataannya bukan? Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi kami selain melihat Kak Ezel bahagia dan Axe memiliki orang tua yang lengkap seperti anak lainnya. Kak, kami sangat mencintaimu dan kau tahu itu bukan? Kami akan selalu mendukungmu jadi lakukan saja semua yang ingin kau lakukan. Jika bisa segera berikan aku ponakan yang baru. Kau tahu Axe sudah besar dan dia sudah berani melawanku sekarang." Hiro mengambil tisu yang diberikan oleh seorang staf wanita dan menghapus air matanya, meski dia tidak menangis sehistris Varen tapi hatinya juga sedih harus terpisah jauh dan merelakan Ezel hidup bersama keluarga kecilnya. "Yang lebih penting lagi, kami harap Sky juga turut bahagia atas pernikahan ini. Tolong jangan membenci Kak Ezel karena tidak sengaja melukai perasaan kalian semua. Dan tolong berikan banyak cinta pada keluarga kecil Kak Ezel. Untuk semua pihak yang sudah mendukung dan membantu kami selama ini. Terima kasih banyak." Sama seperti yang dilakukan oleh Jade dan Max menunduk hormat ke arah kamera. Tidak lama kemudian Jade melangkah mendekatinya. Setelah berpelukan dengan Hiro, Jade bergegas meninggalkan Hiro membiarkan Hiro menyelesaikan wawancaranya dengan tenang. "Wah aku tidak ingin mengakuinya. Rasanya berat merelakan Kak Ezel pergi. Mau tidak mau aku harus melepaskannya demi Axe dan Kakak Ipar." "Tuan Lieberd apa anda menangis menyaksikan pernikahan Tuan Costa?” Hiro hanya cengar-cengir menunjukkan deretan gigi indahnya. "Mmh menangis? Ya, aku sempat menangis saat melihat Kak Ezel mengucapkan ikrar suci pernikahan tadi. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah makanan. Haha. Siapa yang akan membelikan aku makanan dengan uangnya jika Kak Ezel tidak ada? Siapa yang bisa menemani aku bermain dan menjadi samsak tinju ku jika Kak Ezel sudah tidak tinggal bersama kami lagi?" "Kak? Sekarang kau memiliki keluarga kecil mu sendiri. Tolong jangan abaikan aku, tetaplah menjadi kakak ku. Kakak Ipar tolong cintai Kak Ezel dan keponakan ku. Mereka sangat berharga untuk ku. Ezel De’Costa, aku menyayangimu. Hiks.hiks." Seperti yang mereka prediksi adik kecil mereka akan menangis melepaskan Ezel. Hiro langsung berlari ke arah Varen, kedua adik kecil mereka menangis bersama. Ezel menghela nafas panjang melihat mereka berdua berpelukan sambil menangis. Sthella tersentuh melihat kedekatan mereka. Sthella tidak menyangka mereka akan menangisi pria menyebalkan seperti Ezel sampai seperti ini. "Kalian berdua? Berhentilah menangis. Melihat kalian orang-orang akan salah paham nanti. Heaven akan mengira kalian menghadiri acara pemakaman ku."Protes Ezel. Leo dan orang-orang yang ada di sana tidak bisa menahan tawa mereka melihat drama Hiro dan Varen. Mereka semua bingung harus bereaksi seperti apa? Satu sisi mereka sedih melihat mereka berdua menangis tapi disisi lain, mereka terlihat lucu seperti anak anjing yang ditinggal pergi tuannya. "Tuan Orlando, para member mengatakan kalau kau ingin menikah muda. Apa itu benar?" Mendengar pertanyaan staf, Leo kembali fokus untuk melakukan wawancara. Leo ingin menyelesaikan semua ini secepat mungkin. Tubuhnya benar-benar lelah, dia butuh istirahat secepatnya. "Ya, yang dikatakan mereka itu benar. Diantara mereka aku yang ingin menikah tapi mala fosil tua itu yang melaksanakan pernikahan. Mereka pasangan yang serasi bukan? Aku harap Kakak Ipar memiliki tingkat kesabaran ekstra dalam menghadapi sikap kekananan Ezel." "Sedih? Kedua adikku jauh lebih sedih karena harus berjauhan dari Kak Ezel. Tidak ada lagi yang akan memberikan pembuat honar itu makanan enak." Sebagai seorang leader, Leo di tuntut untuk dewasa dan bisa mengendalikan emosinya sama seperti sekarang. Dia juga ingin menangis, menumpahkan semua perasaannya seperti Max dan Hiro tapi dia tidak bisa. Dia dituntut untuk kuat demi Light Of Heaven dan fans. "Sebagai seorang adik, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka dan sebagai seorang leader, aku akan mendukung Ezel dan member, berharap bisa menghasilkan karya lebih baik lagi kedepannya." "Tuan Orlando apa menurutmu fans kalian bisa menerima keputusan Tuan Costa untuk menikah?" Tanya salah satu staf. "Ya. Sky yang kami kenal selalu mendukung yang terbaik untuk kami. Aku sangat mempercayai Sky, mereka akan menerima keputusan Ezel. Suatu saat nanti kami semua akan menemukan wanita yang kami cintai, lalu menikah begitu pula dengan Sky. Seperti yang Trent katakan saat seperti ini akan tiba hanya kapan waktunya kita tidak ada yang tahu.” Setelah diam beberapa second, Leo kembali membuka suara. "Kita tidak tahu kapan perpisahan datang menghampiri kita Aku harap kita semua selalu sehat dan saling mendukung satu sama lain. Mari nikmati kebersamaan kita saat ini, sebelum perpisahan datang menjauhkan kita semua. Semuanya terima kasih, terima kasih tidak melepaskan tangan kami dan jujur saja tanpa kalian. Kami tidak akan bisa sampai sejauh ini. Sky i love you. Kalian semua cinta terbaik kami. Kedepannya kami akan bekerja lebih keras lagi.” "Jade, sekarang giliran mu,"kata seorang staf pria "Tidak ada yang ingin aku katakan. Semua yang ingin aku katakan sudah diwakilkan oleh mereka semua. Aku hanya berharap kedepannya kita semua terus seperti ini, bahagia dengan cara kita masing-masing. Ezel, selamat atas pernikahan mu. Kami harap kebahagiaan selalu bersama keluarga kecil mu." Terang Jade tanpa panjang lebar Semua orang yang ada di sana bertepuk tangan, mereka semua saling berpelukan dan saling berterima kasih. Para staf segera merapikan peralatan mereka, Ezel dan yang lainnya segera mengganti pakaian mereka. Mereka semua merayakan pernikahan Ezel dengan segelas wine. 🌻🌻🌻🌻🌻 Terimakasih atas dukungan kalian selama ini. Mohon terus dukung Di Antara 2 Cinta dengan membaca selama 5 menit, subscribe, ulasan dan komentar disetiap bab yang kalian baca.🙏Sementara itu di waktu bersamaan dan ditempat berbeda. Saat Ezel dan Sthella sedang menikmati waktu liburan mereka dengan bebas, ada sekelompok pria yang terlihat kewalahan menjaga satu anak kecil. Sejak ditinggal oleh kedua orang tuanya, Axel tidak berhenti menangis membuat Varen dan yang lain pusing. Axel bersikeras ingin menyusul kedua orang tuanya, dia tidak ingin tinggal bersama Varen.Mereka tidak menyangka mengurus satu anak kecil lebih melelahkan daripada melakukan tur konser dunia. Lihat saja betapa lelah dan frustasinya mereka menghadapi tingkah Axel. Leo sampai memakai pengikat kepala untuk meredakan sakit kepalanya akibat suara tangisan Axel."Oh Tuhan, kapan ini akan berlalu? Aku mohon kembalikan ketenangan ku,” ucap Leo sambil memijat dahinya yang terasa sakit."Bunna? Ayah?”Axel terus menangis histeris memanggil orang tuanya, berhari-hari dia tidak melihat orang tuanya membuat Axel merindukan mereka. Hiro yang berada di samping Axel nampak tidak peduli dengan tangisan
Ezel dan Sthella menikmati perjalanan mereka diluar negeri tanpa Axel, putra mereka. Varen, Leo dan para member bersikeras ingin menjaga Axel, mereka tidak ingin Axel merusak momen penting orang tuanya selama honeymoon.Semua tempat mereka datangi satu persatu tanpa lelah, bisa dilihat dari raut wajah mereka kalau mereka berdua sangat menikmati kebersamaan mereka. Ditempat asing, tanpa mengenal satupun orang disana, mereka hanya bisa saling mengandalkan satu sama lain.Ezel bahkan dengan sabar mengikuti kemauan Sthella, mengikuti langkah Sthella tanpa lelah. Sthella menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita paruh baya menjahit sebuah headpiece. Sthella melangkah memasuki toko tersebut dan mulai menjahit headpiece sesuai arahan dari wanita paruh baya itu.Tidak ada yang bisa Ezel lakukan ditempat itu selain berdiam diri, dia tidak mungkin ikut menjahit bukan? Sthella terlihat menikmati kesibukannya itu, sangking fokusnya dia nyaris tidak bersuara sepanjang menjahit dasar ke
Setelah berhasil menyelesaikan penampilannya, para member kembali keruangan yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara acara untuk mereka dan tentu saja disana sudah ada Sthella, Loky dan Varen yang sejak tadi menunggu kedatangan mereka."Hei ada apa dengan bocah itu?"Loky menaikan bahunya sebagai jawaban tidak tahu. Max mempoutkan bibirnya melihat respon Loky."Oh Kakak Ipar? Kau juga ada disini?”Mendengar ucapan Hiro, para member lainnya kecuali Loky dan Varen langsung menoleh ke arah Sthella. Mereka tidak menyadari keberadaan Sthella disana. Sthella hanya tersenyum hangat pada mereka."Kenapa baru datang sekarang? Seharusnya kau datang satu jam yang lalu. Apa kau tidak merindukanku, Istriku?"Lagi-lagi Ezel sengaja memberikan penekanan pada kata istriku hanya untuk membuat Sthella kesal.Oh tolong ingatkan Sthella untuk memperbaharui tingkat kesabarannya agar tidak lepas kendali. Sthella mengepal tangannya menahan diri. Wah bukan main, bisa-bisanya Ezel bertanya setelah membuat
Raut wajah Sthella terlihat sangat kesal. Bagaimana mungkin dia tidak kesal jika Ezel mengerjainya. Ezel memintanya untuk datang ke agensi yang menaungi grup-nya, tapi begitu dia tiba di sana, sebuah pesan dari Ezel masuk ke ponselnya meminta Sthella untuk menemuinya di stasiun TV tempat dimana Ezel dan teman-temannya melakukan pertunjukan musik.Tanpa pikir panjang Sthella langsung kesana untuk menemui Ezel. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang pada supir taxi yang membawanya, Sthella menarik tungkai kakinya untuk masuk ke gedung stasiun tv itu. "Kakak Ipar?" Seorang pria berambut hitam pekat dengan senyuman hanya berlari kecil mendekati Sthella. Sthella tersenyum melihat sosok adik iparnya berlari kecil ke arahnya. "Kakak ipar apa yang kakak lakukan di sini? Hah Kakak Ipar ingin melihat fosil tua itu tampil eoh?” Plak ...."Aw, Loky!” teriak Varen sambil meringis kesakitan. Baik Sthella maupun Varen tidak tahu dari mana munculnya sosok pria itu. “Kau bukan Ibuku, jangan seena
Seperti biasanya, Ezel selalu bangun lebih awal untuk melakukan rutinitas di pagi hari. Ezel tipe pria yang sangat disiplin soal waktu, dia tidak pernah melewatkan rutinitasnya kecuali ada keperluan yang mendesak. Biasanya setelah bangun tidur, dia akan pergi ke ruang gym untuk olahraga, setelah itu dia akan membuat sarapan, menyiapkan semua keperluan dia dan Axel lalu kemudian membersihkan dirinya.Setelah memastikan semuanya sudah siap, dia akan pergi ke kamar Axel untuk membantu putranya bersiap-siap pergi ke sekolah. Hei meski dia seorang superstar terkenal dengan jadwal padat bukan berarti dia seorang pria pemalas.Setidaknya dia sedikit lebih baik daripada sahabatnya Loky yang selalu menghabiskan waktunya untuk berkencan dengan kasur. Ezel selalu menyisihkan waktu untuk membuatkan putranya makanan, dia tidak ingin sang putra mengkonsumsi makanan yang tidak sehat apalagi sampai kekurangan gizi. Memiliki satu putra saja sudah membuatnya begitu kesulitan dan sekarang dia harus mem
Sejak Sthella dilahirkan hingga dia tumbuh menjadi wanita dewasa yang mandiri, dia sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan rumah. Semua pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh seorang prempuan dikerjakan oleh para pelayan dan mesin. Hei ayolah jaman semakin maju bukan? Semua bisa dilakukan selama kau memiliki banyak uang."Uh kau benar, Tuan. Aku sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan berat seperti itu. Seperti yang kamu ketahui semua pekerjaan kasar di lakukan oleh pelayan yang dibayar mahal orang tuaku. Aku hanya tinggal menikmati semuanya saja."Muncul kerutan di dahi Ezel saat mendengar perkataan Sthella, mungkin saat ini Ezel berpikir bahwa Sthella sedang menyombongkan kekayaan keluarganya. Netra Sthella beralih pada pigura foto pernikahan mereka yang berada didinding kamar."Hari di mana aku memutuskan untuk menikah, menjadi istri mu dan ibu dari Axe. Hari itu juga aku memutuskan untuk mengubah kehidupanku. Aku sudah memutuskan untuk menjadi istri dan ibu yang baik
Sebuah mobil mewah lamborghini memasuki kawasan perumahan elit. Mobil mewah itu berhenti tepat di sebuah gerbang rumah mewah, begitu gerbang terbuka mobil itu melaju masuk kedalam. Seorang pria turun dari dalam mobil mewah tersebut, kaki jenjangnya melangkah masuk kedalam rumah mewah itu. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya bersama teman-temannya selama sepuluh tahun ini. Ezel menghentikan langkahnya saat melihat pintu kamar Varen sedikit terbuka, manik hitamnya melihat arloji di tangan kanan, jarum jam menunjukkan pukul 21.30 pm. Ezel mengurungkan niatnya memasuki kamar pribadinya, mengubah haluan ke kamar Varen."Apa yang kau lakukan?" Ezel mengambil dokumen yang sedang diperiksa oleh Varen. Ezel yang masih ingin bebas dari tanggung jawab terhadap perusahaan menyerahkan kepemimpinan sepenuhnya pada Varen."Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini? Kau baru saja menikah seharusnya kau pulang ke rumah mu sendiri." Varen melepaskan kaca mata yang dia kenakan sejak tadi, memijat pangk
"Tsk. Jujur saja aku malas membicarakan fosil tua itu. Siapa yang akan percaya kalau dia akan lebih dulu menikah diantara teman-temannya? Huh aku adiknya saja masih sulit percaya. Aku sempat khawatir kakakku akan menjadi fosil tua karena tidak menikah." Varen berhenti sejenak, menghela nafas panjang menatap sendu ke arah Ezel. "Sejak kecil kita memang sering bertengkar, tapi kau satu-satunya kakak ku. Aku menyayangimu, aku harap kau tetap disisiku meski sekarang kau sudah memiliki keluargamu sendiri."Suara Varen sedikit bergetar."Kak melihat mu menikah membuat ku ingin segera menyusulmu. Kau terlihat sangat keren waktu mencium kakak ipar. Huaa aku tidak ingin menangisi fosil tua seperti mu. Hiks!”Tangisan Varen pecah, dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Melihat sang adik menangis, Ezel langsung melangkah mendekati Varen dan memeluknya. Ezel menepuk pelan pundak Varen sambil menggigit bibirnya menahan tawa. Sedewasa apapun Varen, dia tetaplah adik kecil bagi Ezel, wajar saja jik
Bulan baru saja menampakan dirinya ke permukaan langit, mengambil alih tugas matahari menyinari bumi. Para tamu undangan sudah pergi sejak setengah jam yang lalu, hanya ada pelayan yang sibuk berlalu-lelang membersihkan tempat tersebut dan beberapa staf dari agensi untuk melakukan wawancara. Ezel bernafas lega karena acaranya berjalan dengan lancar, Ezel merenggangkan otot-ototnya yang mulai terasa sakit. Terlihat jelas dari raut wajahnya betapa lelahnya dia, sejak pagi hingga malam menjelang Ezel harus berdiri menyambut tamu undangan. Ingin sekali Ezel memanjakan tubuhnya di kasur empuknya tapi dia masih harus melakukan wawancara bersama teman-temannya."Tuan Costa bagaimana acaranya? Apa acara pernikahanmu berjalan dengan lancar?" Salah-satu staf mengajukan pertanyaan pada Ezel, sementara kameramen sibuk mengambil gambar mereka dari berbagai sudut."Acaranya berjalan dengan baik. Sebenarnya aku sangat lelah sekarang, tapi aku harus menemui yang lain lebih dulu untuk sesi wawancara.