Share

Di Antara Dua Hati
Di Antara Dua Hati
Penulis: Novi Yanti

Sulit dihubungi

Part 1

Kehadiran sosok pria berparas tampan, Malik Alfatih, di dalam hidup Madina telah berhasil menyembuhkan goresan luka di dalam hati wanita beranak dua itu. Wanita berwajah oval nan teduh dan bermata bulat tersebut sudah bisa merasakan kembali kedamaian dan rasa bahagia di dalam hidupnya.

Madina sangat bersyukur kepada Allah karena dipertemukan dengan sosok suami yang baik seperti Malik. Madina berharap, pernikahannya yang kedua ini bisa kekal hingga ke jannah-Nya, meski dia masih sedikit menyimpan trauma di dalam dada. Ya, trauma tentang kegagalan rumah tangganya bersama Farzan, pria di masa lalunya.

"Mas, apa enggak bisa ditunda dulu perginya?" tanya Madina seraya menampilkan raut sendu di wajah ayunya. Dia tampak merajuk manja pada suaminya.

"Enggak bisa, Sayang. Mas cuma seminggu, kok, di sana. Jangan cemberut gitu, dong! Mas jadi semakin bertambah gemas melihat kamu merajuk seperti ini, Dina," jawab Malik sangat lembut. Dia duduk samping Madina, lalu langsung menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya.

"Aku bakalan kesepian dan mungkin akan sangat merindukanmu, Mas," ucap Madina sendu. Kedua mata indah miliknya sudah basah. Entah kenapa, kali ini hati wanita itu sedikit merasa tidak tenang untuk berpisah dengan suaminya tercinta walau hanya sementara.

"Hei, kamu enggak boleh menangis dan terus sedih seperti ini, Sayang. Kasian calon anak kita yang ada di dalam kandunganmu. Mas pergi seminar ke Kalimantan cuma seminggu, kok, Sayang. Nanti, kalau seminarnya sudah selesai, Mas janji akan segera pulang ke rumah.” Malik mengusap lembut wajah mendung Madina.

“Mas juga enggak bisa berjauhan lama-lama dengan kamu dan juga anak-anak kita, Sayang. Jadi, untuk kali ini, Mas kembali memohon pengertian dari kamu, Dina. Bisa? Mas sangat mencintaimu, Madina," tutur Malik penuh cinta pada sang istri.

Madina akhirnya luluh oleh semua bujuk rayu suaminya. Kemudian, Malik mengecup lembut kening sang istri, membawa tubuh sang kekasih hati tidur dalam dekapannya.

"Tidurlah, Sayang. Mas enggak mau kalau kamu sampai stres. Kasian calon anak kita di dalam sini," titah Malik setelah memberi kecupan mesra di bibir ranum wanita yang sangat dia cintai.

Madina mengangguk, menuruti titah dari sang suami tercinta. Perempuan itu sangat suka jika tidur di dalam dekapan hangat suaminya. Selain terasa nyaman dan damai, rasanya juga sangat bahagia bisa mendengar dan menikmati alunan irama detak jantung Malik.

"Selamat tidur, Sayang. I love you ," bisik Malik lembut di telinga sang istri.

****

Sudah dua hari Malik pergi ke Kalimantan. Selama dua hari, nomor ponsel suaminya sangat sulit dihubungi. Tidak tahu, kah, pria itu kalau Madina sangat mengkhawatirkan keadaannya yang jauh di seberang sana.

"Kenapa nomor ponsel abimu enggak bisa Umi hubungi, ya, Nak? Umi sangat mengkhawatirkan abi kamu, Nak," ucap Madina cemas seraya menghela napas. Tangannya terus mengelus lembut perutnya yang makin membuncit.

"Kamu ke mana, Mas? Kenapa nomor ponsel kamu susah sekali dihubungi dari semalam?" tanyanya pada diri sendiri. Dengan memendam perasaan gelisah di dalam dada, dia terus memikirkan pria yang sangat dicintainya.

Lima menit kemudian, terdengar suara notifikasi pesan masuk di ponsel Madina yang berada di atas nakas. Kemudian, wanita tersebut langsung mengambil ponsel pintarnya, lalu membaca pesan tersebut. Hati Madina terasa sangat perih, bagai di tusuk sebilah pisau yang sangat tajam. Wanita yang tengah hamil itu tidak percaya kala melihat pesan gambar yang dia terima.

'Mas Malik? Enggak mungkin dia tega menyakitiku! Mas Malik sangat mencintaiku dan anak-anak kami. Ini enggak mungkin!' batin Madina menolak mempercayai apa yang dia lihat. Setelahnya, Madina tampak terisak seorang diri di dalam kamar pribadinya. Madina terbayang-bayang semua kepingan puzzle akan kegagalan rumah tangganya yang terdahulu. Dia tidak ingin kisah masa lalunya terulang kembali.

"Mas, cepatlah pulang! Aku sudah tidak sanggup menahan rindu di dalam dada ini. Rasanya sangat berat jauh darimu, Mas. Dina menunggu kepulanganmu, Mas ...."

****

Di kota lain. Malik baru saja selesai dari acara seminarnya. Dokter rupawan itu kembali ke hotel, tempatnya beristirahat selama seminggu mengikuti seminar di salah satu rumah sakit terbesar di Samarinda. Kebetulan lokasinya tepat di tengah-tengah kota tersebut.

Langkah Malik terhenti saat melihat sosok wanita yang sangat dia kenal. Wanita itu tampak berjalan tertatih-tatih, tepat di hadapannya. Tampaknya wanita cantik itu tengah menahan rasa sakit. Dia hampir saja jatuh. Namun, belum sempat tubuh semampainya itu ambruk ke lantai, Malik sudah terlebih dahulu menahannya dengan cepat.

"Jihan! kamu kenapa?" tanya Malik terdengar cemas. Dokter ahli bedah itu tampak panik melihat wajah pucat wanita yang sudah dalam pelukannya.

"Kepalaku rasanya sangat sakit sekali, Mas. Rasanya seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam," sahut wanita berhidung mancung itu lemah.

"Ya, sudah. Ayok, saya antar kamu beristirahat ke dalam kamarmu." Setelah mengucap kata itu, Malik mengangkat tubuh Jihan ke dalam gendongannya.

Sedangkan Jihan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher pria yang masih sangat dia cintai.

Tiba di dalam kamar hotel, tempat dokter wanita itu menginap, Malik membaringkan tubuh lemah Jihan dengan hati-hati ke atas ranjang.

"Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Malik lembut pada wanita yang masih merintih kesakitan.

"Tolong ambilkan obatku di atas nakas, dekat televisi, Mas," pinta Jihan pada Malik.

"Sebentar, saya ambilkan dulu," ucap Malik iba pada wanita yang pernah menjadi masa lalunya.

Usai membantu Jihan meminum obatnya, Malik menyelimuti tubuh sintal Jihan. Wanita tersebut tampak menggigil kedinginan di tengah-tengah rintihannya.

"Istirahatlah! Saya pamit ke kamar saya dulu. Kalau nanti kamu butuh apa-apa, tinggal ketuk saja pintu kamar saya," ucap Malik pelan dan terdengar ada sedikit kecemasan di dalamnya. Kebetulan letak kamar pria tinggi itu bersebelahan dengan kamar Jihan.

"Mas, please jangan pergi. Tolong temani aku di sini untuk malam ini. Aku sangat membutuhkanmu, Mas," pinta Jihan lemah.

"Saya enggak bisa, Jihan! Kita berdua tidak memiliki ikatan apa-apa!" jawab Malik agak sedikit tegas. Namun, di sudut hatinya, dia menyimpan perasaan tidak tega kalau harus meninggalkan wanita bermata indah itu kesakitan seorang diri.

"Please, Mas! Aku mohon,” pinta Jihan lagi pada pria yang masih berdiri di dekat ranjangnya. Kedua mata indah milik Jihan sudah basah, hatinya masih mendamba untuk bisa kembali dekat dengan cinta masa lalunya.

"Baiklah ...."

Akhirnya Malik luluh. Dia tidak tega melihat luka di sepasang mata Jihan.

♡♡♡♡

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status