Tok ... tok ... tok ....Suara ketukan membuat langkah Intan terhenti dan mendekati pintu rumahnya, tanpa sadar ia melihat pergelangan tangan yang melingkar jam tangan dan menunjukkan pukul 7 pagi."Siapa yang datang pagi-pagi?" tanya Intan sambil membuka gagang pintu, "Pak RT?" tebak Intan sambil menarik gagang pintu dan terdiam saat melihat seorang wanita cantik berdiri sambil tersenyum manis pada dirinya. "Dokter Sonya?" tanya Intan kaget saat melihat Sonya yang berdiri sambil tersenyum, Intan memanjangkan lehernya untuk melihat siapa lagi yang datang. Intan tidak melihat siapa pun di belakang Sonya tapi, ia melihat Awan sedang berdiri di dekat pagar depan rumahnya, menatap dirinya dengan tatapan waswas. "Mau apa? Dan kenapa Awan berdiri di sana?" tanya Intan yang bingung dengan tujuan kedatangan Sonya dan Awan.Sonya menyodorkan undangan ke tangan Intan yang membuat gadis itu mengambilnya, "Ini apa?" tanya Intan sambil membaca tulisan di undangan yang Sonya serahkan."Itu undang
"Selena anak pertama saya dan saya mendapatkannya dengan susah payah, Dokter Sonya," ucap Fuad sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan melihat ke arah foto keluarga yang dibuat saat Selena masih hidup."Saya harus menunggu dua tahun sampai saya mendapatkan Selena, makanya saya sangat menyayangi Selena," bisik Fuad sambil mengambil salah satu figura yang terdapat foto Selena berumur 5 tahun yang sedang tersenyum pada dirinya dengan manis."Selena anak yang manis, patuh dan penurut. Dia selalu mengikuti apa pun yang saya perintahkan dan dia selalu bisa meraih apa pun yang selalu saya dan istri saya harapkan. Dia selalu mendapatkan ranking satu dan selalu belajar ekstra keras, dia tidak pernah mengecewakan ...." Fuad mengenang betapa manisnya Selena saat masa-masa SD, SMP dan SMA-nya."Saya selalu mengatakan kalau dia adalah contoh bagi Intan dan anak kebanggangaan kami orang tuanya, hingga dia tidak bisa mengecewakan kami semua." Fuad menyimpan figura dan melihat Sony
Sonya tersenyum dan tidak menunjukkan ekspresi sakit hati sama sekali dengan perkataan Fuad. Dia paham bagaimana sakit dan waswasnya Fuad saat ini akibat mendengar perkataannya. “Saya hanya mengandai, semuanya masih misteri tapi, kalau ….” Sonya menjeda kalimatnya untuk memberikan efek dramatis. “Kalau sampai itu terjadi, bagaimana?” Sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban Sonya lontarkan pada Fuad.Fuad tercekat mendengar perkataan Sonya yang memang benar, apa yang ia akan katakan bila ia kembali bertemu dengan Selena nanti. Tuhan ... dia bisa malu kalau sampai Selena tahu, kalau dirinya mengabaikan anaknya dan memaksa Intan juga Namira melakukan hal yang sama padahal mereka berharap bisa merawat si kembar bersama Awan."Kalau aku ketemu Janu lagi, aku bakal bilang. Mama sudah bisa hidup dengan baik dan Papa kamu hidup juga dengan baik. Mama sudah memaafkan Papa dan begitupula sebaliknya, kami hidup tanpa ada rasa dendam sama sekali," bisik Sonya sambil mengusap air mata yan
"Kamu lama banget di dalam, kamu ngapain aja?" tanya Awan sambil memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit.Setelah Sonya berbicara dengan Fuad, Sonya dan Awan langsung berangkat ke sekolah si kembar untuk mengantarkan Hana dan Haikal, lalu ke rumah sakit tempat Sonya bekerja. "Ngobrol," jawab Sonya singkat sambil mengambil barang-barangnya dan kotak makan karena ia akan sangat lama di rumah sakit. Jadwalnya hari ini sangat padat karena ada beberapa operasi yang harus ia lakukan dan untungnya tidak ada operasi CITO.Awan rasanya ingin meremas kepala Sonya yang kecil saat mendengar perkataannya, "Iya tahu ngobrol, tapi, ngobrol apa kamu tuh? Ngobrol apa coba dijelaskan sejelas mungkin."Sonya tersenyum karena mendengar keingintahuan Awan akan apa yang ia dan Fuad obrolkan. "Ya, tentang Hana, Haikal dan Kamu.""Ya apa, Sonya!" seru Awan kesal dan habis kesabaran karena tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari Sonya. "Jangan bikin aku kesal dan nggak ...."Awan menarik tangan Sonya
"Dokter nanti saya akan kasih bius secara inhalasi pada pasien, Dok," ucap Surya meminta izin untuk melakukan prosedur anestesi."Kamu udah cek umur, dan berat badannya?" tanya Sonya sambil mengambil rekam medis dari tangan Surya sambil menghela napas lelah karena ini sudah operasi ke 5 hari ini dan waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Pinggangnya rasanya hampir patah karena harus berdiri dan memantau operasi yang tak kunjung selesai."Sudah, Dok, semuanya aman dan sesuai prosedur," ucap Surya sambil menatap Sonya yang terlihat kelelahan, "dan Dok, nanti operasi amandelnya diundur jadi besok karena Dokter Thesa tidak bisa datang karena jadwal operasinya bentrok sama jadwal operasi dia di RSHS," ucap Surya."Lah ... Dokter Thesa lupa cek jadwal? Ih ... apa sih, bikin ancur jadwal, aja. Ya udah, kamu bilang ke perawat bagian ruang operasi kalau operasinya diundur," ucap Sonya geram karena ada Dokter yang berhalangan, terkadang Sonya kesal dengan dokter yang mengambil sampai 2 atau 3 ruma
"Aku tahu itu test pack tapi, buat apa?" tanya Lidya sambil melihat Sonya dan kembali melihat test pact di tangan Sonya. "Buat apa?"Sonya tersenyum, "Kamu keliatan lebih cantik, aura kamu lebih keluar, badan kamu sedikit berisi dan yang terpenting kamu makan semua buah asam yang ada di kantor ini, terus kamu makan blueberry, padahal kamu nggak suka sama sekali," terang Sonya sambil menyodorkan test pack ke wajah Lidya hingga membuat wanita itu mengerjapkan matanya."Terus? Hubungannya sama test pack apa?" tanya Lidya sambil menunjuk takut pada test pack di tangan Sonya dengan wajah ketakutan. "Aku pernah liat kamu dalam kondisi kaya gini, itu kondisi saat kamu hamil anak kedua kamu. Jadi, hubungannya sama alat ini adalah ...." Sonya memberikan alat tes kehamilan ke tangan Lidya."Sonya nggak mungkin aku hamil, jangan ngaco kamu," ucap Lidya cepat, dirinya mulai panik saat mendengar perkataan Sonya."Kamu berhubungan badan sama Eka, kan? Udah jujur." Sonya menaikkan satu alisnya dan
"Sonya, Sayang ... ada apa?" tanya Awan yang baru datang ke rumah sakit saat mendengar kabar kalau Lidya pingsan dan mau tidak mau dirinya dan Eka yang sedang mengurus daftar tamu undangan teman-teman SMA juga kuliah Awan yang akan Awan undang menghentikan kegiatannya lalu datang ke rumah sakit. Sonya yang ada di luar ruangan UGD menoleh dan mendapati Awan yang berada di sampingnya, lalu ada Eka yang berjalan di belakang Awan. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Awan sambil mengusap pucuk rambut Sonya pelan, dirinya waswas saat mendapatkan telepon dari Sonya, walaupun calon istrinya itu bilang kalau Lidya yang pingsan dan dia meminta Awan mengabari Eka karena Sonya tidak memiliki nomer Eka. Tetap saja jantungnya berdebar takut kalau ada apa-apa dengan Sonya. "Aku baik, itu Lidya pingsan." Sonya menoleh sekilas pada Eka sambil menahan tawanya karena membayangkan lelaki itu akan menikahi Lidya. Sepertinya pernikahan mereka akan sangat heboh dan seru, di mana Lidya yang cerewet harus bersama
Eka berlari melewati beberapa bed hingga ia melihat Lidya yang sedang berbicara dengan seorang perawat, wanita itu terlihat manis dan tersenyum pada perawat itu namun, tetap saja Eka melihat wajah Lidya yang pucat. “Lidya … kamu nggak apa-apa?” tanya Eka sambil berdiri di sebelah Lidya dan mengelus kening wanita yang terlihat kaget saat meliht kehadirannya, Eka merasa lumrah Lidya kaget melihat dirinya karena dia datang tiba-tiba.“Ngapain kamu di sini?” tanya Lidya panik sambil menepis tangan Eka dan sedikit menjauh dari lelaki yang sudah menjerumuskannya pada keadaan yang memusingkan ini. Lelaki yang membuat dirinya hamil! Argh … apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya nanti? Membayangkan wajah Dandi yang marah bercampur kecewa, Mia yang akan menangis, kedua anaknya yang kaget membuat Lidya merasa mual. “Aduh … maaf, aku mau muntah, mau ke kamar mandi,” ucap Lidya mencoba bangun dari tidurnya.“Biar saya bantu,” ucap perawat yang tadi di ajak Lidya berbicara.“Nggak usa