Share

05. SEBUAH RUMOR

Penulis: Cha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-23 16:26:41

"Eh, lo sudah nonton filmnya Rana Husada belum? Gue nonton sama cowok gue kemarin, gila keren banget dia jadi pelakor. Bagus banget filmnya! Aktingnya si Rana nih, memang enggak pernah gagal ya?"

Indira, dan Camilla langsung menoleh saat dua orang gadis muda tengah membicarakan sahabat mereka, Rana. Setelah kepergian Bentala tiga tahun lalu, Rana sibuk dengan segala kegiatan yang positif. Ia kembali ke bangku kuliah, lulus S2, dan terkenal sebagai aktris teater. Setengah tahun yang lalu, film pertama Rana berhasil meraih dua setengah juta penonton, dan menasbihkannya sebagai salah satu aktris pendatang baru terbaik di berbagai ajang penghargaan.

Kini film kedua Rana menjadi perbincangan di mana-mana. Meskipun belum menjadi tokoh utama, tapi Rana justru yang paling banyak meraih atensi. Rana dianggap sebagai representasi dari aktris yang memiliki wajah cantik, berkelas, dan berbakat.

"Makin berjaya aja, teman kita." Indira mengangguk, ia setuju dengan anggapan Camilla. "Ya, memang akting Rana sekeren itu sih. Lo udah nonton filmnya, Dir? Rumor yang bilang terjadi cinlok antara Rana sama Ighfal kayaknya karena mereka terlalu sekeren itu deh, aktingnya. Sekelas Adrianna Larasati aja kebanting sama Rana. Keren sih!"

"Gue belum nonton. Nanti gue nonton deh, sama Iskandar."

"Menurut lo, benar enggak rumor yang bilang si Rana cinlok sama Ighfaldi Wiguna?" tanya Camilla yang langsung disambut gelengan oleh Indira. Camilla menyeruput teh-nya sebentar, dan kemudian melanjutkan gosip yang didapatnya, "Teman gue bilang, Ighfal datang khusus buat nonton pementasan Rana minggu kemarin. Dia juga bawa bunga Peony buat Rana."

"Oh, ya?" Indira memberi kode, ke arah pintu restoran. "Kita tanya ke orangnya langsung. Tuh, dia datang!"

Rana mengedarkan pandangannya, dan langsung tersenyum saat melihat keberadaan kedua sahabat baiknya. Senyumnya mengembang, saat beberapa orang menyapanya. Untungnya tak ada satu pun yang menghampiri Rana, jadi gadis itu bisa melenggang bebas menuju bangku Indira, dan Camilla. Ia pun langsung menyapa mereka, dan duduk di satu kursi kosong yang tersedia.

"Kalian sudah lama? Maaf banget, gue ada pemotretan tadi," ucap Rana sembari melihat buku menu yang diserahkan oleh Indira. "Cappucinno aja sama cheese cake deh, boleh."

"Tumben, lo lagi enggak diet, Na?"

Rana menggeleng. "Gue ada project film terbaru, Mil. Perannya jadi cewek yang hobi makan setelah putus gitu. Jadi, gue harus naikin berat badan sedikit biar kelihatan alami pas gendut."

"Lo tuh hobi banget deh, cari peran yang nyusahin diri lo sendiri."

Rana hanya terkekeh, tak menimpali celetukan Camilla. Baginya menerima peran yang menantang adalah sesuatu yang menyenangkan. Ia merasa lebih nyaman memerankan peran yang berbeda setiap filmnya. Ada kepuasan tersendiri kalau dia berhasil memerankan setiap karakter yang tak sama satu sama lainnya.

Matanya lalu berpindah ke Indira yang baru saja selesai menyebutkan pesanannya ke pramusaji yang ia panggil. "Lo kenapa? Mata lo kok sembap gitu?"

Indira terkesiap, ia reflek membuang muka, "perasaan lo aja. Gue begadang nonton drama korea. Kurang tidur ini, Na."

"Ya kan, Na?" sambar Camilla langsung. "Tadi gue juga bilang begitu, tapi langsung nepis seolah enggak ada apa-apa."

"Soal Iskandar?" tanya Rana yang disambut gelengan oleh Indira. "Gue enggak percaya sana sekali kalau gara-gara nonton doang, muka lo bisa sembap begitu. Serius deh, Dir. Lo kenapa?"

Indira mencoba tersebut. Ia mencoba membuat yakin Rana, atau pun Camilla bahwa dirinya baik-baik saja. Camilla sudah berhenti bertanya, namun Rana masih menatapnya dengan penuh pertanyaannya. Di antara semua temannnya memang dengan Rana-lah, Indira merasa paling dekat. Gadis itu sensitif, terbuka, dan paling oke menjadi pendengar.

"Gue enggak apa-apa, Na." Ucapan itu tegas, seolah tak ingin dibantah. Rana pun mengalah. "Seharusnya yang diinterogasi tuh, lo. Katanya lo cinlok sama Ighfaldi Wiguna. Bener, Na?"

Rana melotot, dan dengan cepat menggeleng. "Kalian percaya?"

"Ighfal mah keren, Na. Ganteng khas Indonesia gitu lagi. Mana ramah banget katanya. Tapi, tetap sih yang paling gue suka cowok-cowok bule gitu. Eh, kok melenceng. Jadi, lo sama Ighfal enggak, Na?" tanya Camilla gemas.

"Ya enggaklah," sanggah Rana santai. "Gue pikir kalian yang paling tahu, kalau itu tuh gosip. Ighfal memang enggak sebrengsek image-nya. Dia memang baik ke semua cewek, playboy benar, tapi dia memang berbakat banget. Pria paling berbakat di bidang seni yang pernah gue kenal. Akting dia bagus, pinter main alat musik, suaranya enak, plus gue akuin dia lebih ganteng kalau diliat aslinya. Tapi, kalian tahu kan, perasaan gue condong ke mana?"

Indira, dan Camilla langsung mengubah eksperesi mereka. Sudah tiga tahun, tapi tak ada yang berubah sama sekali dari bagaimana Rana memandang seorang pria. Gadis itu melejit dengan rumor yang sangat banyak. Sayangnya tak ada satu pun yang menjadi nyata, karena kenyataannya Rana masih terbelenggu ke satu pria, Bentala Pradaya Byakta.

Indira gantian mengelus bahu Rana. Indira yang paling tahu bagaimana Rana pura-pura tidak peduli dengan keadaan Bentala. Padahal Indira tahu, Rana ingin sekali mengetahui bagaimana pria itu. Seperti apa tampangnya kini, bagaimana kehidupannya, dan mengapa ia belum kembali ke Indonesia meski sudah lulus dari Stanford.

"Kalau lo belum lupa, ya kejarlah sampai ke US."

"Dia masih sama Tanaya, Dira. Ya kali, seorang Rana Diatmika Husada menjadi orang kedua di hubungan orang lain. Mending dia sama cowok playboy macam Ighfaldi Wiguna, ketimbang ngejar cowok yang udah punya tunangan kayak Bentala."

Camilla benar, Indira sepenuhnya setuju. "Ya, berusaha lupain lah. Lo calon aktris besar, cowok kayak Bentala banyak, Na."

"Nah, ini benar. Gue setuju!" seru Camilla dengan lantang membuat beberapa orang di dekat mereka menoleh sesaat. "Ups, sorry. Gue terlalu bersemangat. Tapi, maaf banget deh, Na. Tapi, yang gue dengar dari Imran, katanya Bentala sama Tanaya mau nikah. Gue belum tahu sih ini cuma rumor doang, atau kenyataan."

Rana makin terdiam. Membuat Indira gemas, dan memelototi Camilla dengan galak. Karena merasa bersalah, Camilla pun langsung minta maaf. Namun dengan cepat, Rana pun langsung mengubah ekspresinya.

"Gue enggak apa-apa kok, Mil. Lagian gue sudah enggak mau peduli. Terserah mereka mau menikah atau enggak. Itu bukan urusan gue sama sekali."

"Bagus deh," celetuk Camilla langsung.

Indira hanya geleng-geleng kepala, ingin menimpali, namun ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Tak hanya miliknya, namun juga Camilla. Karena penasaran, keduanya langsung melihat isi notifikasi di dalamnya.

"Ya Tuhan!"

"Kenapa Mil? Pesan dari siapa?" tanya Rana penasaran.

Camilla mendongak, ia melihat ke arah Indira. Tapi temannya tersebut tampak masih sama kagetnya. Karena tak bisa berkata-kata, Camilla pun menyerahkan ponselnya, memberi tahu Rana.

"Itu bukan sebuah rumor, Bentala, dan Tanaya akan benar-benar menikah minggu ini di US."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   120. AKHIR YANG BAHAGIA

    "Kamu tahu enggak arti dari cincin ini?"Delapan bulan kemudian segalanya berjalan dengan sangat cepat. Rana membutuhkan waktu lebih dari lima bulan untuk menyiapkan segala pernikahannya. Karena kegiatannya di dunia entertainment yang memang sedang rehat, maka tak ada satu pun media, atau rekan artis yang mengetahui rencana pernikahannya. Rana, dan Bentala pun dengan tenang menjalankan pernikahan mereka di Bali dengan sangat tenang, dan intim.Kini, di bulan kedua pernikahan mereka, Bentala akhirnya bisa benar-benar menemukan waktu untuk berbulan madu. Meskipun tak lagi menjadi aktris, Rana tetap saja disibukkan dengan kegiatannya sebagai salah satu direksi di rumah sakit Husada. Ia bersama-sama dengan Latisha bekerja, meskipun kini berada di dunia yang sama sekali berbeda."Aku enggak tahu," jawab Rana sambil menggelengkan kepala. "Memang apa artinya? Aku pikir ini hanya sebuah bentuk. Karena cantik, jadi kupikir itu alasan kamu memilihnya. Ternyata ada artinya, ya?"Bentala terkekeh

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   119. MENIKAHLAH DENGANKU

    "Besok bahkan baru malam tahun baru. Tidak bisakah kamu menunggu hingga besok? Ya, aku memang menyuruhmu untuk pulang, tapi maksud aku pulanglah setelah tahun baru. Bukannya sekarang. Ben, kamu mendengarkan aku, kan?"Pertanyaan itu membuat Rana benar-benar kesal, karena Bentala tampak tak mengacuhkannya sejak tadi. Pria itu sejak tadi hanya mondar-mandir merapikan segala barangnya ke dalam koper besar yang Rana pastikan kalau isinya terlalu sedikit di sana. Rana pun beranjak dari kasur, mendekati Bentala yang sibuk memasukkan semua kemejanya ke koper. Ia tarik kerah pria itu, agar Bentala bisa fokus hanya padanya.Bentala tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pelukan Rana dengan erat. Ia bawa gadis itu ke pelukannya, dan ia cium gadis itu dengan sepenuh jiwa. Rana jelas tak menolak, bersama Bentala memang membuat kepalanya selalu bodoh dalam hal tolak menolak."Kamu sekarang merengek, agar aku tak pergi." Bentala berkata setelah ia melepaskan ciumannya. "Kemarin, kamu melepaskan ak

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   118. HALO CANTIK!

    "Gue benar-benar senang, karena lo sudah sadar, Na. Maaf ya, gue enggak bisa melihat lo langsung ke Australia. Karena gue pikir-pikir keadaannya pasti enggak memungkinkan dan gue enggak pernah ke Australia sebelumnya. Gue takut jatuhnya ngerepotin Indira yang lagi sibuk ngurusin lo, dan kerjaannya."Hanya sebuah gelengan yang mampir di wajah Rana saat mendengar managernya, Latisha meminta maaf. Ia tak pernah mempermasalahkan siapa yang berada di sampingnya saat sakit. Baginya di mana pun berada, Rana sudah cukup dengan doa. Rana tahu obat mujarab terampuh bagi orang sakit adalah doa dari orang yang benar-benar tulus menginginkan kesembuhan diri kita.Latisha sendiri merasa sangat bahagia. Meskipun hanya bisa melihat Rana dari panggilan video, tapi gadis itu sudah merasa cukup puas. Melihat Rana meresponnya dengan senyum tercantik yang Rana punya, sudah membuat Latisha merasa sangat lega."Tidak masalah kok," jawab Rana jujur. Ia tersenyum lemah. "Lo jangan maksain diri buat ke sini. L

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   117. TEMAN TERBAIK

    "Indira, boleh saya bicara sama kamu sebentar?"Tak mungkin Indira tak kaget. Ia menengadah, dan memastikan kalau yang bicara padanya memang benar-benar seorang Emir Dikara Husada. Selama hampir dua minggu, pria itu pura-pura tak mempedulikannya, hari ini, di hari di mana Rana sadar sepenuhnya, Emir akhirnya mau mengajaknya bicara. Bukannya Rana berharap, tapi ia ingin antara dirinya, dan Emir berhenti memikirkan menyoal masa lalu, serta terjebak di dalamnya.Indira pun mengangguk, meskipun Arnold sempat menggeleng. Ia menatap Arnold seraya tersenyum meminta pengertian. Arnold pun melihat pada Indira, dan akhirnya memperbolehkan gadis itu menyelesaikan segala masalahnya dengan pria brengsek yang ternyata adalah sahabat baik Rana. Jujur, saat mengetahuinya, Arnold jelas kaget bukan main. Ia sungguh merasa luar biasa, karena ternyata Rana, dan juga Indira masih bisa menjalin pertemanan yang sangat baik."Tunggulah di sini," pinta Indira yang langsung disanggupi oleh Arnold. "Aku akan ba

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   116. BERITA BAIK UNTUK BENTALA

    "Maaf, mengganggu waktumu, Ben. Tapi, saya harus memberikan ini secara langsung untukmu. Kamu diundang khusus sebagai best man-saya dalam pernikahan saya dengan Tanaya. Ya, saya tahu kondisinya tidak memungkinkan. Tapi, tak apa-apa. Saya hanya ingin memberikan ini sebagai tanda bahwa hanya kamu yang berhak untuk posisi itu."Tentu saja Bentala terhenyak. Bukan soal undangannya, tapi bagaimana Edward selalu memperlakukannya dengan spesial. Berbeda dengan dua temannya yang lain, Edward baginya sudah seperti saudara yang ia temukan di benua lain. Dia selalu merawat, memperhatikan, bahkan memperlakukan Bentala seperti dirinya adalah orang yang layak mendapat perlakuan tersebut. Tak hanya Edward, Tanaya pun demikian.Untuk itulah, Bentala rela melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menjaga mereka tetap bahagia. Sebab, di saat ia tak punya siapa-siapa di negeri orang, hanya Edward, dan Tanaya yang membantunya. Hanya mereka berdua yang rela bersusah payah untuk seorang Bentala."Kamu membuat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   115. HANYA SEBUAH HARAPAN

    "Aku tahu harusnya enggak ninggalin kamu. Tapi, aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti mengerti. Hanya tiga hari, aku janji. Senin, aku akan kembali ke sini. Aku janji akan nemenin kamu lagi di sini. Kamu pasti akan merasa sedih kan, kalau pekerjaanku enggak beres? Jadi, aku pulang sebentar ya. Aku tahu, aku akan kangen kamu banget, Rana."Tatapan Bentala begitu dalam, dan berat. Ia sama sekali enggan meninggalkan Rana dalam kondisi yang masih belum ada kejelasan, tapi ia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya pada Bentala, dan ia tak serta merta melupakan mereka hanya untuk memajukan keinginannya. Bila Rana bangun pun, gadis itu pasti memilih untuk melepasnya.Dengan erat, ia genggam tangan kekasihnya. Ia cium tangan itu penuh rasa sayang. Meskipun hampir dua minggu di rumah sakit, wangi lavender yang khas masih tercium begitu nyata dari tubuh Rana, membuat Bentala makin berat untuk melepasnya. Tapi, apa mau dikata. Hidup nyatanya harus tetap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status