Share

BAB 105 : Pelukan Senyap

Author: reefisme
last update Last Updated: 2025-04-17 04:01:14

Malam menjatuhkan dirinya dengan tenang di atas kota, menyelimuti bangunan-bangunan tinggi dengan bayang-bayang kelelahan.

Di salah satu apartemen yang bertengger di lantai tujuh, lampu temaram menerangi ruang makan sederhana.

Aroma sup krim hangat masih menggantung di udara, namun wanita muda yang duduk di meja bundar itu justru menatap makan malamnya dengan tatapan kosong.

Catelyn Adams, dengan rambut panjang bergelombang yang menjuntai ke pundaknya, memainkan sendok di piring, tak menyentuh makanan itu sama sekali.

Matanya yang berwarna hazel tampak sayu, seakan beban hari ini tak sekadar soal berita Nielson di ADG, tapi juga sesuatu yang menggigit pelan-pelan dari dalam dadanya—perasaan yang tak ia izinkan tumbuh, tapi sudah telanjur berakar.

“Hhh...” Ia menghela napas, kemudian bangkit.

Digerakkan oleh rutinitas lebih dari keinginan, ia meraih gelasnya yang hampir kosong dan membawanya ke wastafel.

Air mengalir,

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fifii
ih cute bengeeettt
goodnovel comment avatar
Jie Roe
so sweet kelean bedua....
goodnovel comment avatar
Tauristy
Ethaaaaan akhirnya ada cewenyaaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 106 : Dipanggil

    Pukul lima pagi.Langit di Denver masih gelap, hanya sedikit cahaya remang menelusup lewat celah tirai apartemen mungil itu.Hening.Tak ada suara selain detak jam dinding dan desah napas dua manusia yang terdampar di tengah kehangatan yang tak terencana.Ethan Wayne membuka matanya perlahan.Kesadarannya perlahan menyusun kembali potongan-potongan memori semalam.Wajahnya masih bersandar pada sesuatu yang lembut—dan saat ia mendongak sedikit, jantungnya nyaris berhenti.Catelyn.Gadis itu duduk bersandar di sisi sofa, tertidur dengan posisi kepala sedikit menunduk, sementara tubuhnya menopang kepala Ethan di atas pangkuannya.Rambut panjang bergelombangnya jatuh menutupi sebagian wajah, napasnya lembut, tenang, damai—dan begitu tulus.Ethan buru-buru bangkit dengan hati-hati, agar tak membangunkannya.Tapi matanya langsung menatap gadis itu dengan pandangan yang penuh penyesalan dan kelembutan.Ia m

    Last Updated : 2025-04-18
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 107 : Titipan Yang Tak Merepotkan

    Catelyn mengerjapkan mata. “Mr. Thomson? Aku?”Staf itu mengangguk. “Iya. Kamu. Aku hanya menyampaikan pesan dari saja. Kepala departemen menyebut namamu langsung. Katanya segera.”Catelyn sempat membeku. “Ada apa?”“Entahlah. Aku sendiri tak tahu,” kata staf itu sambil mengangkat bahu. “Tapi aku barusan naik dari lantai dua. Beliau minta kamu datang sekarang.”Detak jantung Catelyn tiba-tiba berdentum tak karuan.Jari-jarinya refleks merapikan rambut dan menyusun berkas seadanya. Pikirannya melompat-lompat antara panik, heran, dan takut.Apa ia membuat kesalahan?Atau ada proyek yang ia salah input?Atau ia bakal dikeluarkan?Ia berdiri, lututnya sedikit goyah, namun ia menguatkan diri.Karyawan di sekitarnya mulai menoleh, sebagian melirik penasaran.Langkah Catelyn menuju lift terasa lebih berat dari biasanya, tapi juga seperti digiring oleh sesuatu yang ia tak bisa tolak.Di dalam lift, ia memeja

    Last Updated : 2025-04-18
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 108 : Selangkah Lebih Dekat

    Langkah kaki Catelyn terdengar menggema lembut di sepanjang koridor.Cahaya matahari siang menjelang sore menyusup dari jendela-jendela tinggi, memantul di lantai marmer yang bersih dan dingin. Tubuhnya masih terasa ringan, seolah ia melayang di udara.Baru saja ia keluar dari ruang meeting lantai dua—dan kejutan masih belum sepenuhnya meresap ke dalam pikirannya.Ia ditunjuk. Ia. Catelyn Adams.Untuk mewakili departemen dalam presentasi minggu depan di hadapan klien besar dari Luxterra Properties Chicago.Jantungnya masih berdetak cepat, antara gugup dan euforia. Pipinya merona tak tertahan, matanya bersinar terang.Minggu depan bukan sekadar rapat biasa. Itu langkah penting—langkah penentu—yang bisa mengubah statusnya dari anak magang menjadi bagian resmi dari ADG.Robert Thomson sendiri yang mengatakan itu padanya tadi. Jika presentasinya berhasil, Catelyn tidak perlu menunggu setengah tahun untuk diangkat.Ia hampir tak percaya. Tangannya bahkan masih sedikit gemetar saat menyentu

    Last Updated : 2025-04-19
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 109 : Dia Yang Datang

    Ruangan itu masih menyisakan aroma kulit dari sofa baru dan kayu mengilat dari meja kerja yang belum lama ditempati.Dindingnya bersih, dengan pigura-pigura sertifikat dan sketsa perencanaan kota yang seolah menjadi simbol kredibilitas.Padahal, sebagian besar tidak lebih dari dekorasi kosong.Nielson Stokes bersandar di kursi kulit hitam yang belum ada seminggu menjejakkan ke lantai kantor itu.Tangannya bermain-main dengan pulpen metalik yang berkilau terkena sinar sore dari jendela.Senyum tipis memulas wajahnya—senyum kemenangan.Jabatan kepala Departemen Urban Planning kini resmi menjadi miliknya, hasil dari negosiasi cerdik dengan direktur utama, Tim Beckett.Tentu saja bukan karena prestasi.Tapi karena sesuatu yang lebih bernilai: ide konsep Catelyn Adams, yang menjadi alat tukar utama. Jabatan kepala departemen, dan sekian persen hasil penjualan konsep itu.Nielson menarik napas panjang, puas.Namun kesenangan itu segera memudar ketika bayangan dari rapat dua puluh menit lalu

    Last Updated : 2025-04-19
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 110 : Syok Yang Sama

    "ARGHHH!!"Nielson menjerit kesakitan, terhuyung jatuh ke lantai, memegangi anggota tubuh yang kini nyeri luar biasa terkena hantaman meja yang meluncur tepat mengenai kakinya.Matanya membelalak marah dan menoleh dengan geram. "SIAPA YANG BERANI—"Kata-katanya terhenti ketika pandangannya bertemu dengan sosok pria yang berdiri di ambang pintu, menarik kaki. Sosok itu begitu memukau, auranya memenuhi ruangan dengan wibawa yang tak terbantahkan. Tinggi, gagah, dengan jas yang tersusun sempurna di tubuhnya yang atletis. Matanya biru tajam, seolah bisa menembus pikiran siapa pun yang bertemu tatap dengannya.Tampangnya yang dingin dan berkelas, berpadu dengan tatapan meremehkan yang kini tertuju pada Nielson. Meski ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, tekanan keberadaannya saja sudah cukup untuk membuat ruangan terasa mencekam.Nielson menegang. Ia bisa menduga, bahwa pria bermata biru itulah yang menendang m

    Last Updated : 2025-04-20
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 111 : Hati Yang Kosong

    Pintu ruangan CEO tertutup dengan pelan, namun dentingan kecil dari gagangnya terasa begitu nyaring di telinga Catelyn. Cole Reid, asisten pribadi Ethan, telah keluar dengan penuh hormat, meninggalkan Catelyn sendirian di dalam ruangan megah itu. Tangannya masih sedikit gemetar. Napasnya terasa berat. Seakan oksigen di ruangan luas ini tak cukup untuk memenuhi paru-parunya. Ia berdiri diam sejenak, namun kegelisahan merayap dalam dirinya dengan cepat. Langkahnya mulai mondar-mandir, hak sepatunya mengetuk lantai marmer dengan ritme yang semakin tidak beraturan. Ruangan CEO ADG yang begitu elegan dan megah, dengan dinding kaca besar yang menampilkan panorama kota, tak mampu menenangkan hatinya. Justru, semakin ia memperhatikan sekitar, semakin dadanya sesak. Hingga matanya jatuh pada papan nama di atas meja kerja besar di hadapannya. Ethan Wayne. Nama itu terpampang jelas dalam ukiran emas, seakan menertawakan kebodohannya selama ini. Pria yang selama ini ia anggap hanya

    Last Updated : 2025-04-20
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 112 : Ia Mencintainya

    Senja menggantung redup di langit kota, menyinari jendela apartemen lantai sekian dengan semburat keemasan yang tak sanggup menembus kelam di hati Catelyn Adams.Ia duduk mematung di depan layar laptopnya.Cahaya biru menyapu wajahnya yang pucat, matanya merah dan sembab. Jemarinya gemetar saat menggulir halaman demi halaman.Di hadapannya—deretan berita, artikel, dokumentasi bisnis, dan profil majalah internasional… semuanya menampilkan satu nama yang sama.Ethan Wayne.Foto-fotonya bertebaran di berbagai media—dengan setelan jas mahal, berdiri di samping tokoh-tokoh besar dunia.Dalam salah satu artikel, ia disebut The Reluctant Heir—pewaris Wayne Group yang memilih mendirikan kerajaannya sendiri: G&P Ltd.Catelyn membaca kalimat itu berulang-ulang, seperti mencoba membantah realita yang sudah menjatuhkannya ke jurang keterkejutan.Ethan Wayne, pria yang ia pikir hanyalah supir taksi ketika pertam

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 113 : Alasan Pribadi

    Langit kota masih kelabu ketika Catelyn Adams melangkah masuk ke lobi gedung megah ADG Corp, gedung yang sejak masa kuliah hanya menjadi angan-angan.Sepatu hak rendahnya beradu lembut dengan marmer lantai, menciptakan irama sunyi yang menyatu dengan detak jantungnya.Di tangannya, tergenggam erat sebuah map coklat berisi selembar surat.Surat yang ia ketik semalaman, dengan air mata yang tak pernah benar-benar mengering.Surat pengunduran diri.Lift berhenti di lantai tiga belas.Angka yang sering dianggap sial, namun baginya, lantai ini adalah saksi bagaimana mimpinya sempat terasa nyata. Kini justru akan menjadi tempat ia mengakhirinya.Langkahnya terhenti di depan pintu kaca bertuliskan: Robert Thomson – Head of Urban Development Research.Catelyn menarik napas panjang, mengetuk pelan, lalu mendorong pintu.Ruangan itu elegan dan sunyi.Robert Thomson, lelaki paruh baya dengan jas abu-abu dan rambut keperakan yang disisir rapi, mengangkat wajah dari balik mejanya.Wajahnya menunju

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   Note

    Dear ReeFellows, Author mohon maaf belum update dan tidak update rutin sejak beberapa hari lalu. Author sedang mengerjakan suatu social project yang memang menyita waktu.Ini hampir selesai, besok malam Author sudah bisa kembali update.Terima kasih banget masih tetap setia di sini dan juga menyapa Author. Sering2 bawelin Author yak di kolom komen... biar berasa punya alarm pribadi. Hehehe.. ^,^Oya, kalian juga boleh tulis di komentar jika ada hal-hal seputar novel atau tokohnya, yang ingin kalian tanyain... You are very welcome to do so!Sampai ketemu besok malam ya... Luv y'all

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 142 : Resmi Mulai Hari Ini

    Sambungan berakhir tanpa salam. Hanya bunyi klik tajam di seberang.Namun Ethan mencatat semua itu dalam pikirannya. Setiap kata. Setiap intonasi.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku, melangkah masuk.Aroma masakannya telah meresap memenuhi ruangan. Uap tipis naik dari panci, membentuk bayangan samar di udara.Lalu—langkah ringan terdengar dari arah ruang makan.Catelyn muncul, rambutnya di ikat rapi ke belakang, wajahnya tampak segar setelah membasuh diri.Mata hazelnya menatap Ethan yang masih berdiri di balik dapur.“Apa benar-benar kau yang memasak?” tanyanya dengan nada tak percaya, namun ada kilau lembut dalam suaranya.Ethan menoleh, bibirnya melengkung ringan. “Apa kau lupa? Aku pernah memasakkan sesuatu untukmu sebelumnya.”Catelyn terdiam sejenak.Kenangan itu menyeruak pelan dalam benaknya.Aroma kopi dan roti panggang pagi hari, Ethan yang mengenakan setelan bersahaja, sibuk mengaduk saus pasta di dapur kecil apartemen dulu.Itu sebelum ia tahu siapa Ethan sebenarnya. Seb

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 141 : Bukan Amatir

    Ethan, dengan tubuh atletis yang terbalut kemeja putih―membiarkan dua kancing atasnya terbuka, berdiri di ambang pintu.Dada bidang dan otot-otot yang terukir sempurna terlihat jelas di balik kain itu, sengaja dipamerkan untuk menarik perhatian Catelyn Adams yang berdiri memunggunginya.Wanita cantik itu berdiri menatap perbukitan Raven Ridge Heights yang terbentang indah dan menciptakan suasana romantis, namun suasana hati Catelyn Adams masih tidak selaras dengan keindahan itu.Di belakangnya, Ethan tersenyum tipis, tatapannya bersinar jahil.Dengan senyum menggoda di bibirnya dan sepasang manik biru yang berkilauan, ia mendekati Catelyn perlahan."Untukmu," bisiknya, suaranya rendah dan sensual, saat ia melingkarkan sebelah tangan yang memegang setangkai mawar putih melalui pinggang Catelyn.Catelyn terkesiap dan segera berbalik menghadap Ethan dan seketika kehilangan fokus.Pandangannya secara refleks tertuju pada dada Ethan

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 140 : Kini Giliran Menghadapinya

    Udara musim gugur menyelinap masuk melalui celah jendela kaca yang terbuka sebagian, menyentuh lembut kulit Ethan Wayne yang tengah berdiri di tepi balkon lantai dua.Di hadapannya terbentang lanskap menawan: perbukitan Raven Ridge Heights yang berselimut kabut tipis, danau kecil di kejauhan yang memantulkan cahaya matahari pagi, serta dedaunan berwarna tembaga yang berguguran perlahan.Pagi itu begitu sunyi, nyaris sakral, kecuali denting pendek ponselnya yang memecah keheningan.Sebuah pesan.Dari Catelyn.[Kakak-kakakku mengundangmu makan malam. Malam ini.]Ethan menatap layar ponsel itu cukup lama, sebelum akhirnya menekan tombol panggilan.Bukan karena pesan itu membingungkannya, tapi karena ia hanya ingin mendengar suara Catelyn yang menjelaskan segala lapisan makna di balik kata-kata singkat itu.Telepon tersambung.“Selamat pagi, Catelyn,” ucapnya lembut, suaranya dalam, hangat, dan penuh kendali.

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 139 : Benar Benar Telah Pulang

    Pintu terbuka dengan suara berat.Sepatu bot yang berdebu mengetuk lantai kayu. Jaket dinas polisi Basalt masih melekat pada bahu kokoh Vincent Adams.Tatapannya tajam seperti biasa, sikapnya kaku, tegas. Ia berhenti di ambang ruang keluarga, menatap Catelyn lama.Catelyn berdiri, tubuhnya gemetar. “Hai, Vince…”Vincent tidak menjawab. Ia mengangguk, datar, lalu berjalan melewati mereka begitu saja.“Aku mandi dulu,” katanya pada Gabriel dan Noah sebelum menghilang ke lantai atas. Tak lama, pintu kamar lalu terdengar tertutup.Catelyn terdiam. Bibirnya bergetar. “Dia belum memaafkanku,” bisiknya.Gabriel memegang bahunya. “Dia hanya butuh waktu.”Noah menepuk punggungnya, “Coba bicara dengannya nanti, Cat. Jangan menyerah.”Catelyn mengangguk lemah. Ia tahu ini tak mudah, tapi ia juga tahu ia harus menghadapinya.Selang hampir satu jam kemudian.Lantai atas sunyi. Hanya suara langkah kaki Catelyn yang pelan mendekati pintu kamar yang tertutup itu. Ia mengetuk pelan.“Masuk.”Catelyn me

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 138 : Dia Yang Paling Sulit Dihadapi

    Cahaya lampu jalan bergantian menyapu wajah Ethan Wayne yang diam menatap keluar jendela mobil SUV hitam yang melaju tenang menembus udara musim gugur yang sejuk.Di balik kaca, dedaunan maple jatuh perlahan, berguguran dalam balutan cahaya kekuningan kota kecil Basalt.Axel duduk di kursi kemudi, seperti biasa—hening dan fokus, menyetir tanpa suara.Ethan bersandar pada sandaran kursi kulit yang empuk, menghela napas panjang.Masih terngiang dalam benaknya pandangan mata Catelyn sebelum ia menurunkannya di halaman rumah keluarga Adams. Mata yang lembut namun penuh keraguan itu, menyiratkan sesuatu yang belum tuntas.Ponsel Ethan bergetar dalam genggamannya.Layar menampilkan satu nama yang membuatnya menghela napas—Owen Lowe.Ia menjawab dengan suara pelan, “Ya?”Suara ceria dan penuh kenakalan langsung meledak dari seberang, ‘Bro! Bagaimana hasilnya?! Apa dia melempar sepatu atau sudah mencium pipimu? Kalian berbaikan kan?’Ethan menyandarkan kepala ke belakang. “Aku baru saja mengan

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 137 : Familiar Dengannya

    “Ethan Wayne,” ucap pria bermata biru itu dengan nada tenang, namun tegas. Suaranya berat, penuh percaya diri, dan tanpa ragu menyebut dirinya sebagai kekasih Catelyn.Catelyn sontak menoleh, matanya melebar sedikit, terkejut oleh klaim yang tak sempat mereka bahas sebelumnya.Ia menahan napas, mencoba menyamarkan rasa canggung yang perlahan menyusup ke balik senyum tipisnya.Rick Hartley, pria berwajah simpatik dengan tatapan hangat yang memudar karena keterkejutan, memindahkan pandangannya dari Ethan ke Catelyn.“Tunggu... bukankah kau bersama Nielson Stokes?” tanyanya, langsung, tanpa filter, seperti mengulang sesuatu yang belum sepenuhnya berubah dalam benaknya.Ethan menjawab cepat, nadanya merendah namun tidak menyembunyikan ketegasan.“Nielson sudah menjadi bagian dari masa lalu.” Ia mengatupkan rahang, seolah menandaskan bahwa tidak ada ruang untuk nama itu di masa kini Catelyn. “Sekarang, ha

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 136 : Waspada Saingan

    Langit telah sepenuhnya meredup saat SUV hitam mewah kembali melaju meninggalkan pelataran Maple Ridge Inn.Daun-daun maple yang gugur membentuk pola acak di sepanjang bahu jalan, dan lampu jalan mulai menyala satu per satu, menambah kesan melankolis pada perjalanan malam itu.Di dalam mobil, keheningan kembali menyelimuti.Ethan duduk di sisi kiri kursi belakang, ia kini mengenakan mantel wol abu tua yang membalut sempurna tubuh tegapnya, dipadukan dengan sweter rajut berwarna kelabu dan celana hitam yang rapi namun santai. Syal tipis melingkar lembut di lehernya, seolah menjadi sentuhan akhir dari gaya yang kasual namun tetap berkelas.Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, menyisakan beberapa helai yang jatuh alami, memberi kesan tak sengaja namun tetap memikat.Catelyn duduk di sebelahnya, wajah menoleh ke jendela.Ia berusaha tidak berbicara, tidak menatap, bahkan tidak menarik napas terlalu keras.Seolah diamnya adalah tameng terakhir yang ia miliki untuk menjaga batas antara

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 135 : Sialnya, Dia Tahu

    Deru mesin SUV hitam mewah itu teredam lembut saat melaju menuju Basalt.Langit senja memancarkan semburat keemasan yang mulai memudar, meninggalkan nuansa temaram yang syahdu di balik kaca jendela.Di dalam mobil, suasana masih diliputi keheningan.Catelyn duduk di sisi kanan, memandang lurus ke luar jendela tanpa sepatah kata.Wajahnya datar, namun jelas ada guratan canggung yang berusaha ia sembunyikan. Tangannya bertaut erat di pangkuan, dan bibirnya sedikit mengerucut dalam ekspresi tak ramah.Ethan, duduk di sampingnya, menyandarkan punggung ke jok dengan pandangan sesekali mencuri lirikan ke arahnya.Ada kerinduan yang mendalam dalam tatapan birunya—seperti lelaki yang telah lama tersesat dan akhirnya menemukan rumahnya kembali. Namun, rumah itu kini bersikap dingin dan tertutup.“Antarkan aku ke hotel. Masih ada barang-barangku di sana,” gumam Catelyn akhirnya, tanpa menoleh.“Okay,” jawab Ethan lembut, hampir tak terdengar.Tanpa diperintah, Axel yang duduk di depan, hanya men

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status