Share

BAB 4 : Menyelinap Masuk

Author: reefisme
last update Last Updated: 2025-02-10 19:38:52

Catelyn berdiri di depan cermin kecil di motel yang sempit, menatap pantulan dirinya dengan penuh tekad.

Gaun hitam sederhana yang ia kenakan mungkin tidaklah semewah tamu-tamu yang akan menghadiri acara malam ini, namun itu bukan masalah.

Ia tidak datang untuk berpesta, bukan pula untuk mengagumi kemewahan yang tak pernah ia rasakan.

Ia datang untuk menuntut haknya—hak atas setiap sen yang telah ia habiskan untuk Nielson Stokes, lelaki yang telah menghancurkan hidupnya.

Selama bertahun-tahun, ia bekerja tanpa henti, membanting tulang di toko ritel dan restoran cepat saji demi membayar biaya kuliah Nielson.

Ia bahkan rela bertengkar dan meninggalkan keluarganya di Basalt, membela pria yang kini bekerja di Aurora Development Group. Dan yang lebih menyakitkan, semua pengorbanannya seakan tidak berarti apa-apa.

Nielson membuangnya begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang, pria itu bersanding dengan Molly Beckett—putri direktur perusahaannya.

Catelyn menggigit bibir, menahan kemarahan yang bergejolak di dadanya. Ini bukan waktunya untuk tenggelam dalam penyesalan. Ia harus bertindak.

Gadis itu pun segera ke tempat tujuan.

Le Jardin adalah hotel bintang lima di Denver yang menjadi tempat acara jamuan makan malam eksklusif yang sengaja diadakan secara khusus oleh ketua asosiasi pengusaha kota Denver untuk menyambut seorang tamu kehormatan.

Tamu-tamu dengan pakaian mewah datang dengan elegan, langkah-langkah mereka ringan dan penuh percaya diri.

Lobi berkilauan dengan lampu gantung kristal yang memantulkan cahaya ke seluruh ruangan, menciptakan suasana glamor yang begitu kontras dengan kehidupan Catelyn saat ini.

Namun, ketika Catelyn berusaha masuk, dua petugas keamanan menghentikannya.

"Maaf, Nona. Tidak ada undangan, tidak bisa masuk."

Catelyn berusaha menahan kekesalan. Ia bisa saja memohon, tetapi itu jelas tidak akan berhasil. Keamanan terlihat cukup ketat di sana.

Ia harus menemukan cara lain.

Matanya menyapu sekitar, mencari celah, hingga ia melihat seorang staf katering berjalan dengan tergesa-gesa ke arah pintu samping, membawa nampan kosong.

Sebuah ide terlintas di kepalanya. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan cepat ke belakang gedung, tempat dapur berada. Di sana, ia menemukan seorang staf yang baru saja merokok dan akan masuk kembali ke area dapur.

Dengan cekatan, ia menyambar celemek dan nampan kosong dari rak dekat pintu, lalu mengikutinya masuk ke dalam. Tidak ada yang memperhatikannya—semua sibuk bekerja.

Catelyn melangkah dengan percaya diri, melewati dapur hingga menemukan pintu keluar yang langsung terhubung ke ballroom.

Ia menarik napas panjang, menegakkan bahunya, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan penuh kemewahan.

Suara dentingan gelas, alunan musik jazz lembut, dan obrolan tamu-tamu berpakaian mahal memenuhi ruangan.

Para wanita dalam gaun elegan berkilauan tertawa pelan, sementara pria-pria dalam setelan jas mahal berbicara dengan ekspresi serius. Cahaya dari lampu gantung emas menambah suasana eksklusif di dalam ballroom.

Catelyn menahan napas sejenak, mengagumi kemegahan ini—kemegahan yang hampir mustahil ia capai. Namun, pikirannya kembali pada tujuannya. Ia harus menemukan Nielson.

Saat matanya mencari di antara lautan manusia, di luar ballroom, seseorang tiba.

Pria itu tinggi, dengan bahu tegap yang menunjukkan kewibawaan alami.

Setelan jas hitam yang ia kenakan dibuat khusus untuknya, terpasang sempurna di tubuh atletisnya. Wajahnya tampan dengan garis rahang tajam, hidung lurus, dan bibir yang tampak ramah dan menggoda.

Namun, yang paling mencolok adalah matanya—sepasang mata biru bersinar, namun dalam dan penuh rahasia. Setiap gerakannya mencerminkan elegansi dan ketenangan yang sulit ditandingi.

Di belakangnya, dua pria berbadan kekar mengenakan setelan serba hitam mengikuti dalam diam, mata mereka awas mengamati sekeliling.

Seorang pria lain, lebih ramping dan berkacamata, berjalan di sampingnya, sesekali berbisik, tampak seperti asisten pribadinya.

Saat pria bermata biru itu melangkah masuk, beberapa orang langsung menundukkan kepala dengan hormat.

Beberapa pengusaha dan pejabat kota Denver menyapanya dengan nada penuh penghormatan, menyebutnya dengan nama yang hanya sedikit orang yang cukup beruntung bisa mengenalnya secara pribadi.

Sementara itu di sudut ruangan, Catelyn akhirnya melihat Nielson.

Nielson berdiri dengan penuh percaya diri, mengenakan setelan mahal yang dulu bahkan tidak bisa ia beli sendiri. Di sampingnya, seorang wanita berambut pirang dengan gaun putih keemasan tersenyum manis padanya—Molly Beckett.

Catelyn mengepalkan tangan.

Dengan langkah perlahan namun tajam, ia mendekat ke arah mantan kekasihnya tersebut.

Di tengah ballroom yang dipenuhi para tamu berbusana mewah, Nielson berdiri dengan penuh percaya diri.

Senyum lelaki itu lebar saat berbicara dengan dua pria paruh baya yang mengenakan dasi sutra dan jas berkancing emas.

"Aku masih tidak percaya dia benar-benar menolak menjadi pewaris Wayne Group," ujar pria pertama, menggeleng kagum sambil memegang gelas anggurnya. "Jika aku di posisinya, aku pasti langsung mengambil kesempatan itu."

Pria kedua tertawa kecil. "Tapi justru karena itulah dia lebih dihormati sekarang. Tanpa bantuan keluarga, dia bisa membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Lihatlah perusahaannya sekarang—G&P Ltd. Mereka menguasai sektor konstruksi dan real estate dengan sangat cepat."

Nielson mengangguk setuju, memasang ekspresi seolah-olah ia sangat memahami dunia bisnis kelas atas.

Pria kedua menambahkan, "Aku mendengar dia baru saja mengakuisisi beberapa properti besar di Pantai Timur. Konon, valuasi perusahaan yang dia pimpin sudah menyentuh angka miliaran dolar."

"Tentu saja!" Pria pertama menimpali. "Kau tahu, proyek terbesar sepanjang sejarah Amerika di era ini―Imera Sky Tower, adalah salah satu proyek miliknya yang fenomenal! Itu menunjukkan betapa luar biasanya dia!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   Bab 161 : Itu Favoritnya

    Gabriel mengangguk.Setelah pamit, James melangkah ke luar, diikuti oleh Gabriel dan pengawalnya yang sigap menunggu di luar pintu.Hening meliputi ruangan sejenak, hingga Noah baru menyadari keberadaan Vincent yang menghilang.Ia menyenggol pelan lengan Ethan. “Tadi Vince di sini. Kemana dia?” bisik Noah.Ethan menoleh dan ikut mencari keberadaan Vincent dengan ekor matanya. Ia menggeleng.“Apa dia masih marah dan belum bisa menerima mu?” bisik Noah lagi. “Ah, dia memang selalu menjadi yang tersulit untuk ditaklukkan,” keluhnya.Ethan tersenyum, lalu menepuk lengan Noah dan berujar ringan. “It’s okay. Aku masih bisa meladeninya beberapa kali pun.”“Siapkan saja mentalmu, Kawan.”Tidak ada jawaban dari Ethan, selain satu senyuman kecil.Pria itu lalu berjalan pelan mendekati tempat tidur Catelyn.Tangannya menggenggam tangan gadis itu dengan erat. &

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 160 : Menjadikannya Kuat

    Angin sore menggugurkan dedaunan cokelat dari ranting-ranting tua di luar jendela kamar VIP rumah sakit.Sinar matahari terakhir hari itu menyusup di sela tirai putih, melukiskan bayangan lembut di dinding ruangan yang tenang.Aroma antiseptik masih kentara, namun suasana di dalam kamar terasa hangat—sehangat tatapan mata pria tua yang baru saja melangkah masuk.Catelyn terdiam.Pandangannya terpaku pada sosok agung yang berdiri di ambang pintu.Pria itu berperawakan tinggi, bahunya tegap, namun sorot matanya teduh dan penuh kasih.Jas panjang wol hitam yang dikenakannya tampak kontras dengan musim gugur di luar sana, tetapi wajahnya—ya, wajah itu sangat familiar dari berbagai media finansial dan majalah eksekutif dunia.Namun demikian, Catelyn meragu dan tentu saja tidak pernah berani membayangkan figur legenda bisnis itu akan dapat ia lihat secara langsung.Pria itu tersenyum dan melangkah pelan.“Ini

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 159 : Kerabat Orang Terpandang

    Noah langsung tertawa, menepuk pahanya sendiri. “Oh, jangan cuma ganti yang tua, Eth. Kakakku satu ini harusnya minta versi terbarunya! Bagaimana dengan varian XLT tahun ini?”“Atau—kau tahu—sekalian King Ranch! Tujuh atau delapan puluh ribu dolar pasti bukan masalah untukmu kan, Eth? Aku yakin kau bisa urus itu dalam sehari,” ucapnya lagi sambil memasukkan suapan lainnya.Ethan mengangkat alis dan tersenyum kecil. “Kau tahu? Itu bukan ide buruk.”Gabriel memutar bola matanya dengan ekspresi jengkel setengah geli. “Noah…” gumamnya memperingatkan.“Apa kau gila, Noah? Mobil itu setara dengan biaya kuliah dua tahun di CU Boulder lengkap dengan asrama dan buku!” omel Catelyn ikut menyambar.“Atau biaya asuransi keluarga kita selama lima tahun,” Gabriel mengangguk.Noah mengangkat sebelah tangan, pura-pura tak bersalah. “Apa? Aku hanya membantu adik ipar kita menunjukkan rasa terima kasih.”Catelyn berdecak. “Kau sedang memeras Ethan.”Melihat perdebatan kecil itu, Ethan tertawa kecil lagi

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 158 : Bagian Dari Keluarga

    Bibir Ethan melekuk ke atas. “Sungguhkah?”Catelyn mengangguk pelan.Lagi, Ethan tersenyum lalu memiringkan wajahnya dan mengecup Catelyn singkat. “Terima kasih. Kitty.”Ia menjauhkan wajah, untuk bisa menatap Catelyn dan kembali meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Catelyn benar-benar ada di hadapannya. Bernapas. Dan mencintainya.Suasana hening itu lalu terpecah pelan oleh derit pintu kamar yang terbuka.Gabriel melangkah masuk terlebih dahulu, sosoknya tinggi dan kokoh, wajahnya menyiratkan ketenangan seperti danau pegunungan di pagi hari.Di belakangnya, Noah menyusul dengan ekspresi yang lebih hangat dan penuh harap.Mata keduanya langsung tertuju pada adik perempuan mereka, yang kini terbaring di atas ranjang dengan selimut tersampir rapi.Ethan segera berdiri, hendak memberikan ruang bagi mereka, namun Gabriel hanya mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar pria itu tetap duduk dan melanjutkan kegiatannya.Tak satu pun dari mereka berbicara.Yang terdengar hanyalah bunyi pelan

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 157 : Hadiah Untukmu

    Langit Basalt perlahan meredup, cahaya keemasan matahari terhalang gugusan awan tipis yang bergelayut rendah.Pepohonan di luar rumah sakit telah menggugurkan sebagian besar daunnya, menyisakan ranting-ranting yang menari pelan tertiup angin musim gugur.Di dalam ruang dokter, aroma antiseptik menyambut tiga pria yang tengah berdiri mengelilingi meja, tempat seorang dokter paruh baya sedang menjelaskan kondisi adik mereka.“Tidak ada luka serius,” ujar sang dokter, suaranya tenang namun tegas. “Hanya memar di beberapa bagian tubuh dan lutut kiri yang terkilir. Untungnya sabuk pengaman melindunginya dari benturan parah.”Gabriel mengangguk kecil, matanya menyiratkan rasa lega yang masih tertahan.Vincent tetap tegak dengan raut wajah kaku, sementara Noah menghembuskan napas panjang, menepuk bahu Vincent dengan lembut sebelum ketiganya berjalan menuju ruang rawat terbaik di sayap timur rumah sakit kota kecil itu.Ketika mereka sampai di depan pintu kaca yang setengah terbuka, langkah me

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 156 : Dia Bicara Lebih Dari Cukup

    Angin menggigit. Daun-daun luruh dari pohon ek dan maple, membentuk karpet emas-kemerahan di sepanjang lereng.Langit kelabu menekan, pekat dan berat, seolah ikut menahan napas.Semua mata tertuju pada sebuah Ford F-150 tua yang terguling di kemiringan tanah, nyaris tergelincir lebih dalam ke dasar jurang yang berkabut.Dari tepi tebing, Vincent Adams berdiri kaku, jaket dinasnya berdebu dan wajahnya tegang.Ia telah mengerahkan bala bantuan, namun ketika tiba di lokasi kecelakaan, ia tak menyangka mobil yang dikendarai Catelyn dalam posisi nyaris mustahil dijangkau oleh mereka.Di sampingnya, Gabriel memandang ke bawah dengan rahang mengeras.Noah, lebih pucat dari biasanya, menggenggam pinggiran sabuk kulitnya erat-erat.Di belakang mereka, beberapa petugas Basalt berdiri berjaga, siap dengan tali dan tandu darurat, tapi tak satu pun cukup dekat untuk menjangkau mobil tua yang hampir tergelincir itu.“Apa yang harus kita lakukan?!” Noah berseru panik. Kedua matanya memerah dan mulai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status