Home / Romansa / Di Balik Wajah Sang Miliuner / Bab 29. Pertemuan Yang Tidak Diinginkan

Share

Bab 29. Pertemuan Yang Tidak Diinginkan

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-12-06 05:56:32
Alejandro baru saja mendorong gelas bourbon yang disodorkan Santiago.

"Aku pergi," katanya sambil berdiri.

Santiago mengerling geli. "Ke mana? Baru datang sudah mau kabur. Kamu berubah cepat sekali hari ini."

"Aku sudah dengar yang ingin kudengar," balas Alejandro singkat.

Santiago menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke sofa. "Baiklah, tapi hati-hati keluar. Dunia lagi tidak terlalu ramah pada namamu."

Alejandro hanya mengangguk singkat sebelum berbalik dan berjalan keluar dari ruangan VIP. Tirai hitam terangkat pelan saat ia keluar, membiarkan suara bass dan keramaian klub menyergapnya kembali.

Ia berniat langsung keluar klub. Namun langkahnya berhenti mendadak. Di tengah kerumunan lounge hanya beberapa meter dari tempat ia berdiri, Valeria terjepit di sudut sofa oleh seorang pria mabuk yang mendekatkan wajahnya ke arah Valeria jelas hendak mencium paksa. Valeria meronta, panik, dan ketakutan.

Alejandro tidak pernah merasakan amarah yang begitu besar hingga seluruh tubuhny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 60. Peringatan Terakhir

    Alejandro duduk di balik meja kerjanya. Jasnya tergantung rapi di sandaran kursi dan lengan kemeja digulung hingga siku. Layar laptop di depannya menampilkan beberapa jendela terbuka tentang laporan pengiriman, peta jalur distribusi, dan daftar nama yang sebagian besar ia hafal di luar kepala. Ponselnya bergetar di telapak tangan. Nama Santiago muncul di layar. "Kita dapat konfirmasi," kata Santiago langsung. "Aksi penyelundupan akan dimulai malam ini." Jari Alejandro berhenti di atas touchpad. "Yakin?" "Sumber kita di pelabuhan dan satu orang di jalur darat bilang hal yang sama. Barang sudah bergerak." Alejandro bersandar ke kursinya dan rahangnya mengeras. "Masalahnya," lanjut Santiago hati-hati, "Kalau kita bergerak sekarang mungkin bisa menangkap kurir itu." Alejandro terdiam sejenak. "Kalau kurirnya tertangkap, rantainya akan terbuka. Kita bisa bongkar semuanya," lanjut Santiago. Alejandro menghembuskan napas perlahan. "Siapkan tim! Aku ikut turun." "Baik. Kita berg

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 59. Obrolan Di Mobil

    Valeria mengangguk seolah jawaban itu cukup. Namun kegelisahan di dadanya tidak mereda. Ia hanya tersenyum tipis sampai Liam pamit beberapa menit kemudian meninggalkan aroma makanan dan pertanyaan yang tidak pernah terucap.Malam itu setelah butik benar-benar tutup, Valeria duduk di kursi kecil ruang belakang dengan tangan terlipat di dada. Lucia berdiri di depannya dengan menyilangkan tangannya."Aku mau kita cek," kata Lucia tanpa basa-basi. "Bukan menuduh, tapi menyelidiki."Valeria langsung menggeleng. "Tidak. Itu gila. Aku tidak akan memata-matai kekasihku sendiri."Lucia mendekat dan menurunkan suaranya. "Val, beberapa barang hilang. Daniel datang memperingatkan kalau semua ini kebetulan, kita akan tahu, tapi kalau bukan ....""Aku tidak mau hidup dengan curiga," potong Valeria, suaranya bergetar."Dan aku tidak mau kamu hidup dalam bahaya," balas Lucia tegas. “Kita lakukan diam-diam dan kalau tidak ada apa-apa, kita berhenti."Valeria menutup matanya lama. Apa rencanamu?" tany

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 58. Hati Yang Mulai Retak

    Wajah Valeria berubah. Amarahnya langsung menyala. "Itu fitnah!""Aku tidak asal bicara.""Kamu menjelekkan kekasihku." Valeria membentak. "Aku sudah kenal Liam sudah cukup lama. Dia tidak mungkin ....""Aku mohon, percaya padaku!" potong Alejandro. "Setidaknya, berhati-hatilah!"Valeria menggeleng keras. "Tidak. Aku tidak akan mendengar ini."Tatapannya berubah curiga. "Dari mana kamu tahu semua itu, Daniel? Jangan bilang kamu mengirim orang untuk mengawasiku."Alejandro tidak menghindar dari tatapan itu. "Yang penting kamu harus waspada. Percaya atau tidak, itu pilihanmu."Valeria tertawa sinis. "Enak sekali bicara soal pilihan."Alejandro melangkah mendekat setengah langkah. "Valeria, akhir-akhir ini apa kamu merasa ada barang yang hilang?"Kata-kata itu menghantam tepat sasaran.Valeria terdiam dan napasnya sedikit tertahan. Tatapannya berpaling hanya sesaat, namun cukup bagi Alejandro untuk tahu."Kamu sudah merasakannya. Ada yang tidak beres. Kamu tahu itu," ucap Alejandro pelan

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 57. Jejak Yang Di Hapus

    Keesokan paginya, berita itu menyebar cepat.BREAKING NEWSSergio Morales ditemukan tewas di kediamannya dini hari tadi. Polisi menyatakan korban meninggal akibat kekerasan dan tengah menyelidiki motif pembunuhan. Tidak ada tanda-tanda perampokan.Alejandro berdiri terpaku di kamarnya. Televisi besar di dinding menampilkan gambar rumah mewah yang dipagari garis polisi. Nama Sergio Morales terpampang jelas di layar.Jantung Alejandro mencelos."Tidak," gumamnya pelan.Ponselnya bergetar di atas meja.Alejandro mengangkatnya segera. "Aku sudah nonton beritanya."Di seberang, suara Santiago terdengar tegang. "Berarti kamu sudah tahu.""Kita terlambat," ujar Alejandro lirih namun tegas.Santiago menarik napas. "Aku sudah menemukan alamatnya semalam. Tempatnya tidak jauh dari kawasan industri lama, tapi ketika aku sampai polisi sudah berada di sana. Sergio sudah meninggal."Alejandro memejamkan matanya. Potongan-potongan kejadian menyatu terlalu rapi untuk disebut kebetulan."Corvus," kata

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 56. Panggilan Tengah Malam

    Mansion itu menyambut Alejandro dengan cahaya hangat yang otomatis menyala begitu mobilnya memasuki halaman. Lampu-lampu taman menerangi deretan patung marmer dan pepohonan yang tertata rapi Ia masuk melalui pintu utama. Sistem rumah pintar bekerja sempurna seolah menyambut tuannya pulang tanpa bertanya apa pun, lalu melangkah lurus menuju kamar Daniel di lantai atas. Pintu kamar terbuka dengan satu sentuhan sidik jari. Lampu menyala perlahan dan memperlihatkan ruang kerja yang rapi dan terlalu terorganisir. Meja kayu besar berdiri di dekat jendela, rak buku tersusun simetris, dan layar monitor hitam memantulkan bayangan Alejandro. Ia menutup pintu di belakangnya. Alejandro berjalan ke meja kerja dan menarik laci kedua. Di dalamnya ada beberapa map tipis, laporan cetak, dan catatan audit internal. Di permukaannya tertera tulisan samar, S. Morales. Dada Alejandro mengencang. Ia duduk dan menyebarkan isi laci di atas meja. Ada laporan kehilangan bahan baku, data inventaris pab

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 55. Anomali

    Alejandro menghela napas pelan, lalu akhirnya memalingkan wajah sepenuhnya ke arah Santiago."Jadi dari mana semua informasi ini kamu dapatkan?"Santiago tidak langsung menjawab. Ia melirik sekilas ke arah lorong untuk memastikan tak ada orang lain di dekat mereka."Aku punya kebiasaan lama. Aku berteman dengan orang-orang yang tidak terlihat," bisiknya.Alejandro menyipitkan matanya."Pelayan pelabuhan, petugas shift malam, dan staf gudang kontrak," lanjut Santiago tenang. "Orang-orang yang digaji kecil, tapi melihat segalanya. Mereka tidak peduli siapa Corvus. Mereka peduli siapa yang membayar kopi mereka setelah jam kerja.""Kamu menyuap mereka," simpul Alejandro."Aku mendengarkan mereka," koreksi Santiago singkat. "Uang hanya membuat mereka mau bicara. Polanya yang membuatku yakin."Ia bersandar ke dinding dan melanjutkan, "Setiap kali pengiriman ilegal lewat, ada suatu anomali kecil seperti kamera mati lima menit lebih lama, manifest diganti shift terakhir, atau truk keluar lewa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status