Home / Romansa / Di Bawah Kekuasaan sang Mafia / Mengunjungi yang Tersayang

Share

Mengunjungi yang Tersayang

Author: yourbby
last update Last Updated: 2025-06-19 01:41:02

Akhir pekan merupakan waktu yang ditunggu oleh Isabelle karena artinya gadis itu bisa sejenak menjauhkan diri dari rutinitas kerjanya. Sabtu pagi ini Isabelle berencana mengunjungi tempat kedua orang tuanya.

Ia sudah bersiap dengan dress hitam berlengan panjang yang membuat Isabelle tampak elegan. Rambutnya digerai dengan sapuan make up tipis membuatnya tampak semakin menawan.

“Paman, tante, aku mau ke tempat mama papa dulu, ya,” pamit Isabelle kepada keluarganya yang kini tengah berkumpul bersama menonton tayangan televisi.

“Perlu diantar, Belle?” tanya Paman Ferdy.

“Tidak perlu, Paman. Aku naik taksi aja,” jawab Isabelle lalu bergegas keluar rumah.

Gadis itu lantas menaiki taksi yang sudah menunggunya di jalanan depan rumah. Sesampainya di sana, Isabelle lantas menyapa penjaga yang ada di gerbang.

“Eh, neng. Tempatnya udah mamang bersihin, ya, neng. Sesuai perintah pokoknya, mah,” penjaga yang sedang duduk di dekat gerbang menjelaskan kepada Isabelle.

“Makasih, ya, mang,” Isabelle tersenyum ramah sembari menyerahkan selembar amplop kepada pria tersebut.

Isabelle berjalan masuk ke dalam hamparan rumput hijau yang tertata rapi. Ia menuju nisan kedua orang tuanya yang sudah dihafal betul letaknya. Ini adalah rutinitas mingguan seorang Isabelle, mengunjungi rumah kedua orang tuanya.

Sesampainya di tempat yang dituju, Isabelle lantas duduk di antara makam kedua orang tuanya. Gadis itu menunduk memanjatkan doa supaya dua orang yang disayanginya itu damai di surga. Isabelle rasanya betah berlama-lama di sana karena di tempat itulah gadis dengan tinggi badan 170 cm bebas mencurahkan isi hatinya.

Isabelle menceritakan semua yang dialaminya selama beberapa waktu terakhir ini. Gadis itu bahkan sampai menangis karena mencurahkan semua rasa lelahnya. Isabelle juga mengungkapkan rasa rindunya kepada mendiang kedua orang tuanya.

Ditinggalkan kedua orang tua bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilalui Isabelle. Contohnya seperti sekarang ini. Ia sedang sangat lelah dengan pekerjaannya di kantor. Merasa kesal dengan perlakuan kepada departemennya. Tetapi tidak ada seorangpun tempatnya berbagai cerita.

Tak terasa Isabelle sudah menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk berceloteh di depan makam kedua orang tuanya. Gadis itu melirik jam di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul satu siang. Namun, ketika ia menengadah menatap langit, cuacanya tampak mendung. Isabelle bergegas berpamitan ke kedua orang tuanya untuk segera pulang.

Gadis itu berjalan ke luar area gerbang pemakaman, namun suasana tampak sangat sepi, bahkan penjaga yang tadinya duduk di dekat gerbang juga sekarang sudah tak terlihat.Isabelle mulai mengotak-atik ponsel yang ada di genggamannya untuk membuka aplikasi taksi online. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, barulah gadis itu mendapatkan taksi.

***

POV Dario

Pria berkaos hitam itu menyesap rokok yang ada di sela-sela jarinya. Sementara pandangannya masih fokus menatap hamparan rumput hijau di hadapannya. Dario sedang menikmati waktu liburnya dengan bersantai di taman belakang mansion mewah miliknya.

Dario tinggal di mansion itu sendirian karena keluarganya menetap di Italia. Apalagi penyebabnya kalau bukan masalah bisnis. Namun, lelaki itu masih betah berada di Indonesia untuk mengurusi gurita bisnisnya yang saat ini berkembang pesat.

Selain itu, Dario juga masih belum siap bertemu dengan kedua orangnya. Karena mereka berdua selalu menuntut Dario untuk segera menemukan pasangan hidup. Sedangkan saat ini tidak ada satupun wanita yang menjalin hubungan dengan lelaki berusia 30 tahun itu,

Pria itu sebenarnya juga ingin segera menuruti permintaan kedua orang tuanya itu supaya tidak terus menerus dicerca. Namun, baginya menemukan pasangan hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi dengan jabatannya saat ini, tentu sangat susah untuk menemukan seseorang yang benar-benar tulus.

Akan tetapi, beberapa waktu terakhir ini ada seorang gadis yang terus menghantui pikirannya. Gadis yang merupakan salah satu karyawan di perusahaannya itu menarik perhatian Dario. Sebab, ia merasa gadis bernama Isabelle tersebut cukup mengesankan.

Dalam pandangan Dario, Isabelle termasuk karyawan yang cukup profesional. Perempuan yang lima tahun lebih muda darinya itu terbilang jujur dalam mengerjakan tugasnya. Namun, kejujuran itulah yang membuat gadis itu terkena masalah. Sebab, tidak semua kejujuran itu baik dalam menjalankan sebuah bisnis.

Ketika sedang asik berkelana dengan pikirannya, tiba-tiba asisten pribadi Dario mendatangi lelaki itu.

"Pak, mau mengingatkan, besok ada undangan jamuan makan malam dengan Renjana Group," ucap asisten Dario dan diangguki oleh lelaki itu,

Secepat kilat terbersit pikiran Dario untuk membawa seorang pasangan ke acara tersebut. Supaya ia tidak terus menerus sendirian. Karena koleganya juga selalu bertanya mana pasangannya. Kali ini Dario berencana mengajak seorang gadis.

"Carikan kontak Isabelle dari departemen keuangan," perintahnya kepada sang asisten.

Setelah beberapa menit, asisten Dario kembali dengan membawa permintaan atasannya itu. Dario lantas meraih ponsel yang ada di atas meja di sampingnya. Ia menelpon nomor Isabelle tersebut dengan kontak pribadi miliknya.

Tak perlu menunggu lama, telepon tersebut terhubung dengan sang gadis yang dituju.

"Halo, selamat sore. Dengan siapa ini?" suara Isabelle terdengar.

"Isabelle Sarasvati," panggil Dario.

"Iya. Ini siapa, ya?" tanya Isabelle dengan ramah.

"Dario," lelaki itu akhirnya menyebut namanya.

"Besok malam apakah kamu ada acara?" tanya Dario.

"Eh, Pak Dario. Be-besok saya tidak ada acara, Pak," jawab Isabelle terbata-bata.

"Bisa ikut saya ke acara jamuan Renjana Group?" ujar Dario.

"Hah? Sama saya, Pak?" Isabelle bertanya heran.

"Saya tidak menerima penolakan," Dario menegaskan.

"Ba-baik, Pak. Bisa, Pak," Isabelle mengiyakan.

"Besok saya jemput jam 7 malam," ucap Dario lantas menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Begitulah sikap lelaki itu. Sangat dingin dan mendominasi. Tak jarang hal itu membuat orang di sekitarnya menjadi takut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Kerjasama

    Senja mulai mencuri masuk lewat daun jendela kaca kafe kecil itu; lampu temaram menciptakan bayangan hangat di atas meja kayu, sementara aroma kopi hitam dan kue almond menyelimuti udara.Isabelle melangkah masuk dengan langkah hati-hati, menutup mantel terang yang berkibar pelan. Leon sudah duduk di pojok, wajahnya tegang namun tenang, membuka tas kulitnya perlahan.Leon menghela napas dalam sebelum menyodorkan setumpuk dokumen — laporan keuangan, cetak biru proyek, dan email internal — terhampar di atas meja. "Aku menemukan ketidakwajaran di laporan triwulan ketiga…" suaranya rendah, matanya menyapu dokumen. Isabelle meraih salah satu lembar, pandangannya tertuju pada angka yang saling bertolak belakang.Dia mengangkat alis. "Ini... terlalu banyak kejanggalan." Ada jeda. Isabelle mengusap bibir bawah, menarik napas. "Kamu percaya ini sabotase?" tanyanya tenang, sambil matanya tak lepas dari angka.Leon mengangguk, memutar kursi sedikit untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Aku

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Skandal

    Rapat internal Dynamic Group pagi itu berubah menjadi arena ledakan emosi. Dario, sang CEO, duduk di ujung meja dengan wajah gelap, matanya menatap tajam ke arah lima orang yang duduk di hadapannya: Bu Nikki, Leon, Kak Nindya, Renda, dan Kak Jordan. Suasana hening, tegang, seolah udara pun enggan bergerak.“Dua puluh persen!” Dario membanting dokumen ke meja.“Kita kehilangan dua puluh persen dari anggaran keuangan proyek ini, dan tak satu pun dari kalian bisa memberi penjelasan yang masuk akal!”Kelima orang itu terdiam. Tidak ada yang berani angkat bicara. Masing-masing menunduk, entah karena merasa bersalah, bingung, atau takut. Dario menatap mereka satu per satu, mencoba membaca sesuatu dari ekspresi wajah mereka. Namun yang dia dapat hanya kebisuan.“Ini bukan kesalahan kecil,” katanya, nadanya tajam.“Ini adalah pengkhianatan. Dan saya akan cari tahu siapa yang bermain curang.”Tanpa menyelesaikan rapat, Dario berdiri dan pergi. Suara langkah sepatunya menggema di ruang rapat, l

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Permainan Dario

    Dario membuka sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah mansionnya. Sebuah ruangan yang sudah lama tidak dibuka oleh lelaki itu. Dario menyalakan lampu ruangan yang temaram untuk memberikan sedikit penerangan.Lelaki berkaos hitam itu menatap seorang perempuan dengan rambut acak-acakan. Kedua tangan wanita itu terikat secara terentang di kanan dan kiri. Dario lalu mendekat ke sebuah lemari yang ada di sudut ruangan.Ia menarik kain yang menutupi benda tersebut. Di dalam lemari kaca tersebut terpampang berbagai senjata tajam yang mampu membuat orang yang melihatnya merinding. Dario memandangi benda yang sudah lama tidak digunakannya itu.Pandangan Dario beralih dengan perempuan yang ada di hadapannya. Perempuan itu sudah berlinang air mata. Dario dengan langkah pastinya mendekat ke arah perempuan tersebut.“Maafkan saya, Tuan,” Sera memohon dengan tangisannya.Sedangkan Dario hanya memandang perempuan tersebut dengan tatapan dinginnya. Ia hanya melihat apa yang sedang dilakukan ol

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sisi Asli Dario Mulai Terbuka

    Isabelle masih bersimpuh di depan kanvas lukisannya yang sudah rusak. Karya yang sudah dibuatnya dengan sepenuh hati itu bahkan sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Perasaannya campur aduk.Dario memasuki ruang lukis Isabelle itu dengan langkah besarnya. Di belakangnya sudah ada orang-orang berbadan besar yang merupakan suruhannya. Dario ikut bersimpuh di samping Isabelle.Emosi lelaki itu berada di atas ubun-ubun. Amarahnya membara karena mengetahui ada orang yang berani melakukan hal ini terhadap istrinya. Namun, Dario berusaha untuk bersikap tenang-tidak ingin membuat Isabelle merasa takut.“Saras,” panggilnya lembut.Isabelle dengan wajah masih berlinang air mata menoleh ke arah suaminya. Ia menyandarkan kepalanya ke lengan kekar Dario. Lelaki dengan kaos hitam itu mengganti posisinya menjadi memeluk Isabelle dari samping.“Aku sudah menemukan pelakunya,” ujar Dario dengan tenang.“Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk pelakunya?” tanya.“Apapun, Kak. Buat dia jera,” Isabelle be

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Tangisan Isabelle

    “Sarapan dulu, Kak,” ujar Isabelle pada Dario yang sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur mereka.Wanita itu datang dengan membawa nampan berisi satu set makanan di atasnya. Ia membawakan semangkuk bubur yang disiapkan oleh juru masak mereka. Isabelle menyodorkan mangkuk tersebut kepada Dario. Namun, laki-laki itu tidak bergegas menerimanya.Isabelle mendengus kecil. Ia mengerti maksud suaminya itu. Isabelle mengambil sesendok bubur dan menyuapkannya kepada Dario. Lelaki itu tersenyum tipis dan menerimanya.“Sepertinya aku harus tetap bekerja hari ini, Saras,” ujar Dario di sela menikmati sarapannya.“Apa ga bisa libur dulu,Kak? Kamu itu masih belum pulih loh, Kak,” protes Isabelle“Kau tahu sendiri Saras, sedang ada masalah keuangan di kantor. Aku harus turun tangan sendiri,” jelas Dario.“Bagaimana kamu bisa cepat sembuh kalau sedang sakit masih banyak pikiran?” wajah Isabelle berubah sendu, tetapi sedikit.“Aku hanya demam, Saras,” Dario menoel pipi Isabelle sekilas.Namun

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Dario Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Isabelle sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di ruang tengah. Kegiatan itu sengaja dipilih untuk mengisi waktu luang.“Saras,” suara yang sangat familiar terdengar di telinga Isabelle.Panggilan itu membuat Isabelle menoleh. Wanita itu cukup terkejut melihat suaminya sudah kembali ke rumah. Padahal hari masih siang, jarum pendek jam dindingnya baru menunjuk ke angka 11.“Kak, tumben udah pulang?” tanya Isabelle penasaran.Dario tidak menjawab. Pria itu berjalan menuju ke arah Isabelle. Lalu merebahkan diri di sofa yang sedang diduduki istrinya itu. Dario mendaratkan kepalanya di pangkuan Isabelle dan memejamkan kedua matanya.Isabelle heran melihat tingkah suaminya tersebut.“Kamu kenapa, Kak?” tanya Isabelle sembari membelai rambut Dario dengan jemarinya.Isabelle tersentak kaget ketika tangannya tak sengaja menyentuh kulit wajah Dario.“Kamu demam, Kak,” seru Isabelle khawatir.“Cuma agak pusing aja,” jawab Dario pelan.“Ayo pindah ke kamar, Kak. Istirahat di kamar,” Isabe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status