Share

Pertemuan Tak Terduga

Penulis: yourbby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 00:35:43

Siang ini suasana hati Isabelle bisa dibilang sangat baik. Tugas yang harus direvisinya sudah hampir selesai. Tinggal satu lagi, yaitu persetujuan dari atasannya.

Isabelle pergi ke ruang kepala departemen keuangannya untuk menyerahkan dokumennya.

“Serahkan ke Pak Dario,” perintah Nikki, kepala departemen keuangan Isabelle.

Gadis itu kesal dengan respon atasannya itu. Tidak ada apresiasi sama sekali. Entah kenapa Isabelle merasa atasannya itu tidak menyukainya sejak awal.

Isabelle lantas melangkahkan kaki menuju ruangan Dario. Sesampainya di sana Isabelle langsung masuk setelah mengetuk pintu.

“Permisi, Pak. Saya mau menyerahkan laporan keuangan yang sudah saya revisi,” ujar Isabelle dan meletakkan dokumen di atas meja atasannya itu.

Dario mengambil berkas tersebut dan memeriksanya dengan teliti. Pria itu lantas menatap Isabelle dengan intens.

“Okay, sudah bagus,” jawab Dario singkat.

***

Rapat direksi kali ini berjalan dengan lancar. Semua karyawan merasa lega karena tidak ada kesalahan sama sekali. Isabelle juga senang karena hasil revisinya tidak sia-sia.

Sebagai apresiasi, Dario sudah meminta asistennya menyiapkan jamuan untuk semua karyawan. Semua karyawan kini berkumpul di aula Dynamic Group untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan.

Isabelle dan karyawan satu departemennya duduk di satu meja. Gadis itu baru saja selesai mengambil makanannya.

“Senang sekali rapat kali ini berjalan lancar,” itu adalah suara kepala departemen keuangan yang duduk di samping meja Isabelle.

“Departemen keuangan mengerjakannya dengan sempurna. Ibu memang hebat,” ucap salah satu karyawan.

“Terima kasih atas pujiannya. Memang membimbing mereka itu tidak mudah, sehingga saya harus banyak ambil alih tugas. Tapi hal itu tidak masalah, asalkan Pak Dario dan para direksi puas dengan hasilnya,” jawab Nikki sang kepala departemen keuangan.

Dario yang duduk satu meja dengan perempuan itu hanya mengangguk.

Sedangkan Isabelle yang mendengar percakapan itu dari mejanya merasa jengkel.

“Kapan dia bimbing kita?” bisiki Nindya kepada Isabelle.

“Bimbingan ghoib,” tambah Jordan.

“Cari muka,” ucap Rendra tak mau kalah.

Isabelle lantas menyuruh ketiga temannya tersebut untuk diam karena takut obrolan mereka akan terdengar oleh orang lain.

Apanya yang mengambil alih. Aku bahkan selalu lembur, batin gadis itu.

Merasa jengah dengan obrolan itu, Isabelle bangkit dari duduknya. Gadis itu memilih keluar dari aula tanpa sempat menikmati makanannya. Ia memilih untuk pulang saja.

Isabelle melangkah keluar lobby kantor. Gadis berkemeja merah maroon itu mencoba untuk mencari taksi online melalui ponselnya. Namun, ketika sedang mengotak-atik benda pipih itu tiba-tiba pandangannya buram dan semuanya hitam.

***

Isabelle membuka matanya dengan kepala terasa berdenyut. Gadis itu merintih dan memegangi pelipisnya. Aroma obat yang menyengat juga mulai masuk ke indera penciumannya.

Setelah beberapa kali mengerjapkan mata, kini Isabelle benar-benar tersadar. Ia melihat sekelilingnya. Dan di tangan kirinya sudah terpasang infus.

“Kamu ada di rumah sakit,” suara besar itu memecah keheningan.

Isabelle langsung melihat ke sumber suara. Di sana ada Dario yang sedang duduk di sebuah sofa di ruangan itu. Lelaki dengan setelah kemeja berwarna abu-abu itu melangkah mendekati Isabelle. Dario lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang gadis itu.

“Belum sempat makan, huh?” tanya Dario dengan sebelah alis terangkat.

“Sesibuk apa sampai tidak sempat makan?” lelaki itu lanjut bertanya.

Sedangkan gadis di hadapannya itu bergeming. Dario lantas meraih semangkuk bubur yang sudah disiapkan pihak rumah sakit untuk Isabelle. Pria itu lantas menyuapkan sesendok bubur untuk Isabelle.

“Saya makan sendiri saja, Pak,” ujar Isabelle mencoba menolak.

Namun, Dario tidak mempedulikan ucapan gadis itu. Ia tetap berusaha menyuapi Isabelle dan terpaksa diterima oleh gadis itu.

Entah kenapa mendapatkan perlakuan tersebut dari Dario membuat mata Isabelle memanas. Gadis itu menitihkan air mata. Hari ini Isabelle merasa hatinya sangat rapuh tanpa tahu dengan jelas apa penyebabnya. Mungkin terlalu lelah.

Melihat hal itu, Dario mengusap air mata Isabelle menggunakan tangannya dengan lembut. Pria itu tidak bertanya sepatah katapun. Membiarkan Isabelle tetap menitihkan air mata sembari tetap menyuapi gadis itu pelan-pelan.

Setelah menghabiskan makanannya, Isabelle lantas meminum obat yang sudah disediakan. Gadis itu menerima beberapa obat yang diulurkan Dario tanpa protes sama sekali. Tidak punya tenaga untuk berbicara.

“Tidurlah dulu. Setelah infusnya habis, kau boleh pulang,” Dario memerintahkan.

Isabelle mengangguk patuh dan mulai merebahkan dirinya. Dario membenarkan selimut Isabelle hingga menutup tubuh gadis itu sampai dada. Selanjutnya, pria itu mengelus rambut Isabelle secara perlahan.

Mendapatkan perlakuan itu, Isabelle merasa sangat tenang. Ia memejamkan mata dengan Dario masih mengelus rambutnya. Gadis itu terlelap.

***

Mobil BMW hitam milik Dario berhenti di sebuah rumah berpagar putih. Pria itu mengantarkan Isabelle kembali ke kediaman gadis itu. Gadis itu kini sudah terlihat lebih baik setelah kembali dari rumah sakit.

“Terima kasih, Pak Dario, untuk hari ini dan sudah mengantarkan saya,” ucap Isabelle dengan tulus.

“Jagalah kesehatanmu,” jawab Dario dan diangguki oleh Isabelle.

Gadis itu lantas berpamitan dan melangkah keluar. Ia menunggu hingga mobil yang dikemudikan oleh sopir Dario itu lenyap dari hadapannya. Kemudian, ia masuk rumah.

Isabelle merebahkan dirinya di atas tempat tidur miliknya. Ia merasa lega sudah sampai rumah. Namun, perasaannya campur aduk.

Satu sisi ia merasa heran dengan perlakuan CEO-nya itu. Namun, berada di samping Dario ternyata tidak semenakutkan apa yang dibayangkannya. Lelaki itu dingin, tetapi perlakuannya cukup baik dan lembut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Kerjasama

    Senja mulai mencuri masuk lewat daun jendela kaca kafe kecil itu; lampu temaram menciptakan bayangan hangat di atas meja kayu, sementara aroma kopi hitam dan kue almond menyelimuti udara.Isabelle melangkah masuk dengan langkah hati-hati, menutup mantel terang yang berkibar pelan. Leon sudah duduk di pojok, wajahnya tegang namun tenang, membuka tas kulitnya perlahan.Leon menghela napas dalam sebelum menyodorkan setumpuk dokumen — laporan keuangan, cetak biru proyek, dan email internal — terhampar di atas meja. "Aku menemukan ketidakwajaran di laporan triwulan ketiga…" suaranya rendah, matanya menyapu dokumen. Isabelle meraih salah satu lembar, pandangannya tertuju pada angka yang saling bertolak belakang.Dia mengangkat alis. "Ini... terlalu banyak kejanggalan." Ada jeda. Isabelle mengusap bibir bawah, menarik napas. "Kamu percaya ini sabotase?" tanyanya tenang, sambil matanya tak lepas dari angka.Leon mengangguk, memutar kursi sedikit untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Aku

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Skandal

    Rapat internal Dynamic Group pagi itu berubah menjadi arena ledakan emosi. Dario, sang CEO, duduk di ujung meja dengan wajah gelap, matanya menatap tajam ke arah lima orang yang duduk di hadapannya: Bu Nikki, Leon, Kak Nindya, Renda, dan Kak Jordan. Suasana hening, tegang, seolah udara pun enggan bergerak.“Dua puluh persen!” Dario membanting dokumen ke meja.“Kita kehilangan dua puluh persen dari anggaran keuangan proyek ini, dan tak satu pun dari kalian bisa memberi penjelasan yang masuk akal!”Kelima orang itu terdiam. Tidak ada yang berani angkat bicara. Masing-masing menunduk, entah karena merasa bersalah, bingung, atau takut. Dario menatap mereka satu per satu, mencoba membaca sesuatu dari ekspresi wajah mereka. Namun yang dia dapat hanya kebisuan.“Ini bukan kesalahan kecil,” katanya, nadanya tajam.“Ini adalah pengkhianatan. Dan saya akan cari tahu siapa yang bermain curang.”Tanpa menyelesaikan rapat, Dario berdiri dan pergi. Suara langkah sepatunya menggema di ruang rapat, l

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Permainan Dario

    Dario membuka sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah mansionnya. Sebuah ruangan yang sudah lama tidak dibuka oleh lelaki itu. Dario menyalakan lampu ruangan yang temaram untuk memberikan sedikit penerangan.Lelaki berkaos hitam itu menatap seorang perempuan dengan rambut acak-acakan. Kedua tangan wanita itu terikat secara terentang di kanan dan kiri. Dario lalu mendekat ke sebuah lemari yang ada di sudut ruangan.Ia menarik kain yang menutupi benda tersebut. Di dalam lemari kaca tersebut terpampang berbagai senjata tajam yang mampu membuat orang yang melihatnya merinding. Dario memandangi benda yang sudah lama tidak digunakannya itu.Pandangan Dario beralih dengan perempuan yang ada di hadapannya. Perempuan itu sudah berlinang air mata. Dario dengan langkah pastinya mendekat ke arah perempuan tersebut.“Maafkan saya, Tuan,” Sera memohon dengan tangisannya.Sedangkan Dario hanya memandang perempuan tersebut dengan tatapan dinginnya. Ia hanya melihat apa yang sedang dilakukan ol

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sisi Asli Dario Mulai Terbuka

    Isabelle masih bersimpuh di depan kanvas lukisannya yang sudah rusak. Karya yang sudah dibuatnya dengan sepenuh hati itu bahkan sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Perasaannya campur aduk.Dario memasuki ruang lukis Isabelle itu dengan langkah besarnya. Di belakangnya sudah ada orang-orang berbadan besar yang merupakan suruhannya. Dario ikut bersimpuh di samping Isabelle.Emosi lelaki itu berada di atas ubun-ubun. Amarahnya membara karena mengetahui ada orang yang berani melakukan hal ini terhadap istrinya. Namun, Dario berusaha untuk bersikap tenang-tidak ingin membuat Isabelle merasa takut.“Saras,” panggilnya lembut.Isabelle dengan wajah masih berlinang air mata menoleh ke arah suaminya. Ia menyandarkan kepalanya ke lengan kekar Dario. Lelaki dengan kaos hitam itu mengganti posisinya menjadi memeluk Isabelle dari samping.“Aku sudah menemukan pelakunya,” ujar Dario dengan tenang.“Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk pelakunya?” tanya.“Apapun, Kak. Buat dia jera,” Isabelle be

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Tangisan Isabelle

    “Sarapan dulu, Kak,” ujar Isabelle pada Dario yang sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur mereka.Wanita itu datang dengan membawa nampan berisi satu set makanan di atasnya. Ia membawakan semangkuk bubur yang disiapkan oleh juru masak mereka. Isabelle menyodorkan mangkuk tersebut kepada Dario. Namun, laki-laki itu tidak bergegas menerimanya.Isabelle mendengus kecil. Ia mengerti maksud suaminya itu. Isabelle mengambil sesendok bubur dan menyuapkannya kepada Dario. Lelaki itu tersenyum tipis dan menerimanya.“Sepertinya aku harus tetap bekerja hari ini, Saras,” ujar Dario di sela menikmati sarapannya.“Apa ga bisa libur dulu,Kak? Kamu itu masih belum pulih loh, Kak,” protes Isabelle“Kau tahu sendiri Saras, sedang ada masalah keuangan di kantor. Aku harus turun tangan sendiri,” jelas Dario.“Bagaimana kamu bisa cepat sembuh kalau sedang sakit masih banyak pikiran?” wajah Isabelle berubah sendu, tetapi sedikit.“Aku hanya demam, Saras,” Dario menoel pipi Isabelle sekilas.Namun

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Dario Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Isabelle sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di ruang tengah. Kegiatan itu sengaja dipilih untuk mengisi waktu luang.“Saras,” suara yang sangat familiar terdengar di telinga Isabelle.Panggilan itu membuat Isabelle menoleh. Wanita itu cukup terkejut melihat suaminya sudah kembali ke rumah. Padahal hari masih siang, jarum pendek jam dindingnya baru menunjuk ke angka 11.“Kak, tumben udah pulang?” tanya Isabelle penasaran.Dario tidak menjawab. Pria itu berjalan menuju ke arah Isabelle. Lalu merebahkan diri di sofa yang sedang diduduki istrinya itu. Dario mendaratkan kepalanya di pangkuan Isabelle dan memejamkan kedua matanya.Isabelle heran melihat tingkah suaminya tersebut.“Kamu kenapa, Kak?” tanya Isabelle sembari membelai rambut Dario dengan jemarinya.Isabelle tersentak kaget ketika tangannya tak sengaja menyentuh kulit wajah Dario.“Kamu demam, Kak,” seru Isabelle khawatir.“Cuma agak pusing aja,” jawab Dario pelan.“Ayo pindah ke kamar, Kak. Istirahat di kamar,” Isabe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status