Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-03-15 04:30:04

Lavanya memandang layar ponselnya tanpa berkedip. Tidak ada tanda tanya. Tidak ada basa-basi. Hanya sekadar pengenalan. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdebar kencang.

Jari-jemari Lavanya gemetar saat hendak mengirim balasan. Namun ia kembali menghapus huruf-huruf yang telah diketiknya.

Pesan itu tidak perlu dibalas. Karena mungkin Danish hanya sekadar ingin memberitahu nomornya.

Handphonenya kembali berdenting. Kali ini pesan dari Nadia yang memberitahu ada meeting siang ini.

Lavanya mengesahkan napas. Ia harus kembali ke kantor sekarang.

Ketukan high heels Lavanya yang bertemu dengan lantai menimbulkan bunyi tersendiri.

Saat ia masuk ke kantornya ia menemukan keadaan yang sunyi. Ia memang telat hampir setengah jam akibat pulang ke rumah tadi.

Ia menggegas langkahnya ke ruang meeting.

"Maaf, saya terlambat, Pak," kata Lavanya pada Herman—atasannya.

Semua mata tertuju pada Lavanya, termasuk Danish. Lavanya pikir lelaki itu sudah pergi, nyatanya masih ada di sini.

Herman menatap Lavanya tajam. Membuat Lavanya merasa sedikit terintimidasi. "Kenapa terlambat?"

"Maaf, Pak, saya tidak tahu ada meeting siang ini. Tadi ada sedikit urusan di rumah yang harus saya selesaikan."

"Mau ada meeting atau tidak seluruh karyawan di sini wajib tepat waktu, termasuk kamu!" suara Herman meninggi.

"Maaf, Pak. Lain kali tidak akan saya ulangi," jawab Lavanya sambil menggenggam erat tali tasnya.

"Pak Herman, lebih baik kita suruh Lavanya duduk dulu," sela Danish menengahi. "Lagi pula yang penting bukan telat atau tidaknya, Pak. Tapi hasil kerja karyawan."

Herman akhirnya mengalah, mengikuti perintah atasannya. "Duduk, Lavanya," suruhnya.

Lavanya segera menarik kursi lalu duduk di sana. Ia bisa merasakan tatapan para rekan kerjanya padanya. Namun alih-alih memikirkannya, Lavanya lebih memilih mengabaikannya.

Sedangkan Danish tetap terlihat tenang, seakan kejadian tadi bukanlah masalah yang besar. Ia kembali membahas materi penting, membahas strategi baru proyek mereka.

Lavanya tidak dapat mengabaikan rasa terima kasih yang tumbuh di hatinya. Danish tidak wajib membelanya, namun ia melakukan itu.

Sesekali Lavanya melirik ke arah Danish yang terlihat fokus. Begitu pun dengan pria tersebut yang juga sesekali memandang Lavanya, seakan sedang memastikan bahwa Lavanya baik-baik saja.

Setelah meeting berakhir para peserta keluar satu per satu. Lavanya segera mengemasi barang-barangnya. Ia ikut keluar. Sementara itu Danish tampak sedang berbicara dengan Herman dan Ratna. Beberapa saat kemudian ponsel Danish berbunyi. Pria itu menjawabnya dan menyuruh Herman dan Ratna untuk duluan.

"Lavanya, tunggu dulu!" 

Langkah Lavanya terhenti ketika mendengar suara Danish memanggilnya. Ternyata Danish sudah selesai menelepon.

Lavanya menunggu Danish yang mendekatinya dengan perasaan canggung.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya lelaki itu.

Lavanya termangu sesaat lalu menganggukkan kepalanya. "Nggak apa-apa, Pak. Makasih tadi udah belain saya."

Danish tersenyum kecil.

"Saya duluan, Pak," ucap Lavanya canggung. Tidak baik berlama-lama dengan lelaki itu.

"Sebentar, Lavanya!" seru Danish ketika Lavanya hendak melanjutkan langkahnya.

"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" kata Lavanya dengan gaya komunikasi formal walaupun Danish sudah berbicara dengan nada santai padanya.

"Sore nanti aku akan kembali ke Jakarta," kata Danish. Pria itu lalu terdiam sejenak, menunggu reaksi Lavanya.

'Apa hubungannya denganku?' tanya Lavanya di dalam hatinya. Ia tidak butuh informasi mengenai schedule Danish. Lelaki itu tidak perlu melaporkan padanya.

Danish masih terdiam berdetik-detik menunggu reaksi Lavanya.

"Oh, hati-hati di jalan, Pak," ucap Lavanya akhirnya.

Danish menatap Lavanya begitu dalam, tapi Lavanya menunduk. Danish ikut menunduk, mencoba menemukan sesuatu dari Lavanya. Tapi tidak ada cincin di jari manis perempuan itu.

Apa Lavanya masih sendiri? 

Entah mengapa Danish merasa lega di dalam hati karena tidak ada ada cincin di jari Lavanya. Itu artinya wanita itu masih bebas. Tidak terikat dengan siapa pun.

"Pak, kalau nggak ada yang mau dibicarakan lagi saya masuk ke ruangan dulu. Banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan," pamit Lavanya.

Danish mengangguk sambil tersenyum tipis.

Lavanya buru-buru pergi dari sana. Langkahnya begitu cepat seperti orang dikejar setan. 

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
EverlastingLoveYou
toxic marriage dan keluarga suami yang sampah, good
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 7

    "Ma, aku juga mau punya boneka kayak Oci," kata Belia malam itu."Boneka apa, Nak?" tanya Lavanya lembut."Oci beli boneka baru, Ma. Bagus deh," tunjuk Belia pada sepupunya yang sedang bermain boneka Hello Kitty berwarna pink.Lavanya hanya bisa menghela napas. Ia mengusap kepala putrinya sambil menahan sesak di dada. Ia ingin sekali membelikan boneka baru untuk Belia, tapi apa daya, untuk makan pun harus berhemat."Nanti kalau Mama punya uang kita beli ya, Nak," ucap Lavanya dengan suara setenang mungkin.Belia menganggukkan kepalanya meski kekecewaan jelas terlihat di wajahnya.Belia kemudian mengambil boneka beruangnya yang sudah kumal. Yang matanya sudah copot sebelah dan terdapat sobekan di bagian pinggang. Anak itu bermain berdua dengan sepupunya. Melihat hal itu Lavanya semakin tidak kuasa menahan perasaannya. Terlebih lagi ketika mendengar percakapan keduanya."Ih, Bel, boneka kamu jelek banget," hina Yosi."Nggak apa-apa. Walau jelek tapi ini boneka kesayanganku," jawab Belia

    Last Updated : 2025-03-16
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 8

    Pipi Lavanya terasa panas dan perih, tapi hatinya jauh lebih sakit. Napasnya tersengal, dadanya bergetar hebat, menahan tangis yang hampir pecah. Ia meminjamkan mata, mencoba menelan semua perasaan sakit. Tapi amarah dan kecewa yang sudah lama ia pendam kini mendidih di dadanya. "Mas Erik...," suaranya gemetar, tetapi matanya basah dan penuh luka saat menatap Suaminya. "Kamu udah keterlaluan, Mas."Erik menggeram. Wajahnya merah karena emosi dan alkohol yang menguasai tubuhnya. "Kamu yang bikin aku kayak gini!" bentaknya. "Istri macam apa yang menolak suami sendiri? Sejak kapan kamu pandai menolakku, hah? Siapa yang ngajarin? Kamu lupa udah nggak punya siapa-siapa lagi selain aku?"Lavanya menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. "Aku ini istrimu, Mas, tapi aku juga manusia. Aku capek, aku muak. Aku udah nggak tahan sama semua ini."Lavanya berusaha bangkit dari tempat tidur tapi Erik menahannya. Mata Lelaki itu membelalak, tangannya mencengkeram lengan Lavanya dengan kuat.

    Last Updated : 2025-03-16
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 9

    Lavanya melangkah ke kantor dengan gontai. Menggunakan blazer abu-abu dan rok pensil hitam, ia tampak begitu feminin. Sedikit pun tidak ada firasat dalam dirinya kalau hari ini akan terjadi sesuatu yang besar.Suasana di kantor tampak tidak seperti biasa. Para rekan kerjanya berbisik-bisik."Nya, sini!" Dian melambaikan tangan pada Lavanya yang sudah berada di kursinya.Lavanya melempar senyum dari jauh. Ia sedang malas mendengar gosip apa pun.Melihat Lavanya hanya tersenyum tanpa ada niat untuk bergabung, Dian, Lina dan Sari menghampirinya."Nya, udah dengar gosip terbaru belum?" kata Dian."Gosip apa?" tanya Lavanya tanpa minat."Pak Herman bakal dimutasi dan kita bakal punya kepala cabang yang baru.""Oh. Terus kenapa?" respon Lavanya yang tidak terlalu tertarik. Mutasi atau rotasi jabatan bukanlah hal yang aneh.Dian mencondongkan tubuhnya ke arah Lavanya dan berbisik dengan suara rendah. "Kabar baiknya dia masih muda dan ganteng banget!!!" Lina dan Sari cekikan menanggapi Dian y

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 10

    Lavanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat tamparan Erik."Nggak apa-apa," jawabnya pelan.Danish mempersempit jarak di antara mereka, matanya menatap Lavanya dengan penuh selidik. "Nggak apa-apa gimana? Ini pipi kamu merah banget."Suara itu membuat Lavanya ingin jatuh, tapi ia tidak punya tempat untuk bersandar."Maaf, Pak, saya harus kembali kerja."Lavanya melangkah cepat melewati Danish. Namun lelaki itu mencekal lengannya. Tidak keras, tapi berhasil menghentikan langkah Lavanya."Lavanya, kalau kamu ada masalah, kamu tahu akan cerita ke siapa, 'kan? Aku siap mendengarnya, Nya.""Terima kasih, Pak, tapi saya baik-baik saja."Usai mengatakan kalimat singkat itu Lavanya melepaskan tangannya, meninggalkan Danish yang berdiri di lorong, menatap punggungnya yang semakin menjauh.**Ruangan meeting hari itu terasa lebih dingin. Lavanya duduk di sisi kiri meja, sedangkan Danish di ujungnya. Saat ini Danish sedang memimpin presentasi tender untuk proyek besar

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 11

    Lavanya memasuki ruangannya dengan tubuh lesu. Ia langsung menghempaskan diri ke kursi. Menyalakan komputer, ia menatap grafik angka penawaran yang telah disusunnya dengan rapi dan penuh perhitungan tapi ditolak Danish. Semua terasa sia-sia dan tidak ada gunanya. "Lemes banget, kenapa sih?" tanya Nadia yang mendatangi mejanya.Lavanya tidak bersuara. Ia menjawab dengan tatapan yang tertuju pada layar komputer."Oh itu." Nadia ikut memperhatikan layar komputer Lavanya. "Udahlah, Nya. Ikuti aja maunya Pak Bos. Kita cuma kacung. Yang punya kuasa tetap yang di atas."Iya, mereka hanya bawahan di kantor itu yang harus menuruti semua aturan dan keputusan atasan. Namun kali ini Lavanya benar-benar kecewa.Lavanya menghela napas. Ditatapnya Nadia yang masih berdiri di dekat mejanya. "Dia bilang harga kita nggak make sense, tapi dia sadar nggak sih kalau angka yang dia ajukan justru nggak masuk akal? Dengan harga setinggi itu kita nggak bakal menang. Kalau katanya nggak apa-apa kalah daripada

    Last Updated : 2025-03-18
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 12

    Hari sudah beranjak malam saat Danish pulang dari kantor. Saat ini ia sedang duduk di kursi belakang mobil sambil termenung. Ia sedang memikirkan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Lavanya. Meski sudah mendapatkan data Lavanya dari file karyawan, namun itu baginya belum cukup. Sosok Lavanya terus membayanginya. Tatapannya yang sendu seakan menahan kesedihan yang mendalam, caranya membawa diri dengan ketegaran yang seolah dipaksakan membuat Danish tahu bahwa Lavanya memang tidak baik-baik saja. Jangan pernah lupakan, Lavanya pernah menjadi orang terdekatnya, jadi Danish tahu bagaimana perempuan itu."Pak Dharma," panggil Danish pada supir perusahaan yang kini menjadi supir pribadinya."Iya, Pak," jawab lelaki separuh baya itu sambil memandang Danish melalui spion tengah."Bapak sudah lama kerja di sini?""Lumayan, Pak. Sudah hampir sepuluh tahun," jawab Dharma dengan sopan."Kalau begitu Bapak tahu banyak tentang karyawan di kantor?""Lumayan, Pak."Danish terdiam sejenak, memikirkan

    Last Updated : 2025-03-18
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 13

    Menurut kabar, hari ini hasil tender keluar. Tim tender berkumpul menunggu pengumuman resmi dari klien. Lavanya duduk dengan wajah tegang. Ia harap harga tinggi yang dipertahankan Danish tidak akan sia-sia. Serenity Construction-lah pemenangnya.Beberapa menit kemudian email dari klien masuk. Riza segera membacanya dengan suara lantang."—maka ditetapkan proyek pembangunan rumah sakit dimenangkan oleh PT. Indonesia Raya."Seketika suasana ruangan berubah senyap. Atmosfer tegang menyelubungi dengan kental. PT. Indonesia Raya adalah perusahaan yang Lavanya maksudkan kala meeting waktu itu. Mereka berani memasang harga murah dari perusahaan lainnya.Lavanya mengembuskan napas. Danish juga berada di sana. Ekspresi pria itu begitu sulit dibaca. Entah Lavanya harus tertawa atau sedih sekarang. Mereka gagal meraih proyek itu. Proyek besar yang direbutkan banyak perusahaan.Embusan napas penuh kekecewaan perlahan-lahan mengisi ruangan. Namun tak lama kemudian Riza berseru, "Bentar, ada emai

    Last Updated : 2025-03-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 14

    Lavanya menahan napas, berusaha tidak terpancing. Ia menjelaskan dengan baik-baik. "Iya, Bu. Aku memang baru bisa pulang jam segini karena harus lembur. Lagi ada proyek besar yang aku kerjakan.""Selalu lembur yang kamu jadikan alasan. Kamu pikir Ibu nggak tahu?""Tahu apa, Bu?" Lavanya balik bertanya sambil mengerutkan dahinya."Kamu pasti selingkuh, bukan kerja! Apalagi Ibu dengar di kantor kamu ada bos baru. Laki-laki dan masih muda. Kamu sering berduaan dengan dia."Lavanya refleks terdiam. Memang benar yang dikatakan mertuanya mengenai atasan barunya. Seorang laki-laki dan masih muda. Tapi ia tidak habis pikir dari mana Neli tahu mengenai hal tersebut. Apalagi sampai menudingnya berselingkuh."Kenapa diam? Nggak punya alasan buat ngeles karena yang Ibu katakan nggak salah? Gitu kan?!" ucap Neli merasa menang.Lavanya menggelengkan kepalanya, menyangkal tudingan sang mertua. "Bukan begitu, Bu. Ibu salah. Aku di kantor kerja lembur nggak hanya berdua, tapi dengan tim. Lagian Ibu den

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 74

    Danish tidak main-main dengan ucapannya. Malamnya, seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara datang. Namanya Irfan. Seorang pengacara terkenal di bidang hukum keluarga. Pembawaannya tenang, profesional dan sangat berpihak pada korban kekerasan rumah tangga."Lavanya, kenalkan ini Pak Irfan. Dia pengacara yang akan membantu kamu mengurus perceraian dengan Erik," kata Danish pada Lavanya.Lavanya yang setengah berbaring setengah duduk di ranjang rumah sakit tersenyum lemah sambil menangkupkan tangannya di dada."Bu Lavanya, Pak Danish sudah menceritakan pada saya kronologinya. Dalam hal ini kita bisa ajukan gugatan dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga dan suami Ibu yang menikah lagi tanpa izin dari Ibu," kata Irfan setelah mereka duduk bertiga di sofa kamar VIP yang Lavanya tempati."Apa Belia, anak saya, hak asuhnya bisa jatuh ke saya, Pak?" tanya Lavanya menanggapi.Irfan melabuhkan tatapannya di wajah Lavanya dengan penuh empati. Pria itu tetap tenang dan menyusun kata

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 73

    Semua masih tersimpan rapi di ingatan Lavanya. Ia tidak akan pernah melupakannya di sepanjang sisa usia yang dimilikinya. Seolah tidak cukup menorehkan luka di batinnya, fisiknya juga ikut disakiti.Kejadian itu memang sudah berlangsung dua hari yang lalu, tapi Lavanya ingat betul bagaimana kronologi ketika ia dihadang tiba-tiba lalu diserang begitu saja.Lavanya yang hendak menemui Belia di kamar terpaksa berhenti sebelum sampai di tujuan.Neli muncul tiba-tiba lalu mendorongnya dengan kuat. Lavanya yang tidak siap tentu saja tumbang. Tubuhnya disambut oleh dinginnya lantai bersama pekik kesakitan yang meluncur dari mulutnya."Masih punya muka kamu datang ke sini?" Neli membentaknya dengan keras. Pandangan tajam wanita itu seolah akan mencabik-cabik Lavanya menjadi beberapa bagian."Aku cuma mau bawa Belia, Bu," lirih Lavanya menjelaskan tujuan kedatangannya sambil menahan rasa sakit di bokongnya."Perempuan seperti apa kamu? Udah tinggalin suami, sekarang berani-beraninya ingin mere

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 72

    Setelah Lavanya tiba di rumah mertuanya, Erik sendiri yang membuka pintu. "Oh, kamu ternyata," gumam lelaki itu."Belia mana, Mas?" tanya Lavanya tanpa basa-basi. Tidak juga menyinggung pernikahan diam-diam yang dilakukan Erik."Dia lagi tidur, capek katanya." Lelaki itu menjawab dengan santai seraya menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu."Bangunkan dia. Aku mau bawa pulang ke rumah.""Dia udah di rumahnya."Lavanya menggeleng. "Ini bukan rumahnya." "Siapa bilang? Ini rumah papanya. Tempat dia tumbuh sejak kecil. Jadi ini rumahnya juga.""Dulu mungkin iya, tapi sekarang tidak lagi," balas Lavanya tanpa takut. Hari-hari lampau Lavanya masih menghargai Erik dan selalu tunduk pada apa pun perkataan lelaki itu. Namun kini setelah semua yang terjadi mata Lavanya terbuka lebar. Ia tidak akan mau terus ditindas.Erik menyipit, menegakkan tubuhnya. Jelas terlihat tidak menyukai perkataan Lavanya. "Hebat ya kamu sekarang. Kamu yang pergi dari rumah datang-datang mau mengambil anakku. Kamu pik

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 71

    Sekitar seperempat jam kemudian pintu rumah Lavanya diketuk. Lavanya bangkit dengan langkah berat dan mata sembab.Setelah pintu dibuka Lavanya mendapati Danish sedang berdiri dengan napas memburu. Air mukanya sarat akan kekhawatiran.Melihat mata bengkak Lavanya, Danish melangkah masuk lalu merengkuh Lavanya ke dalam pelukannya."Aku ada di sini, bersama kamu, Nya," bisik Danish lembut.Bisikan itu membuat tangis Lavanya kembali pecah. Segala luka yang dipendam di hatinya seolah luruh. Danish mengusap punggung Lavanya. Dengan sabar menanti hingga tangis perempuan itu reda."Mas Erik udah nikah lagi diam-diam di belakangku. Dia tega, Nish." Lavanya sesenggukan di pelukan Danish.Lelaki bernama lengkap Danish Ksathriya itu mempererat dekapannya sembari tangannya terus mengusap-usap punggung mantan kekasihnya."Awalnya dia minta izin buat nikah lagi karena Mona hamil. Tapi aku nggak kasih izin. A-aku min ... taa cerai, ta-ta-pi dia nggak mau dan menjadikan Belia sebagai alasan. Ternyat

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 70

    Lavanya masuk ke kamarnya. Ia berdiri dengan tatapan kosong pada pigura berisi foto pernikahannya dengan Erik yang terpajang di dinding.Kata-kata menyakitkan tadi kembali terngiang di telinganya, menusuknya lebih dalam dari yang mampu Lavanya tahan.'Jangan ganggu Erik. Dia lagi malam pengantinan sama Mona.'Karena Erik sudah menemukan penggantinya, untuk apa lagi Lavanya bertahan?Lavanya mengambil kursi. Diturunkannya foto pernikahan di dinding dengan perasaan sedih yang mendalam. Di foto tersebut Lavanya dan Erik tersenyum dengan wajah bahagia. Namun kini pemandangan itu justru membuat hati Lavanya teriris-iris.Dengan kasar Lavanya menyentak foto tersebut dari bingkainya lalu merobek-robek hingga tidak berbentuk. Foto itu hancur bersama kenangan.Setelahnya, Lavanya menurunkan koper besar dari atas lemari. Ia memasukkannya pakaiannya dan juga pakaian Belia ke dalam koper itu. Tidak ada gunanya lagi bertahan."Belia, ayo ikut Mama," panggilnya pada sang putri.Belia datang. Anak

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 69

    Sudah berhari-hari berlalu semenjak pertengkaran terakhir Lavanya dengan Erik. Lavanya menjalani hari-hari seperti biasa walau setiap waktu Neli dan Iris memasang wajah masam dan tidak berhenti menyindirnya.Lavanya tetap mengurus rumah, mencuci pakaian, mencuci piring, memasak, serta melakukan berbagai jenis pekerjaan rumah tangga lainnya.Hari Minggu ini Lavanya hanya sendiri di rumah. Erik, Neli, Iris dan anak-anaknya pergi sejak pagi. Sedangkan Belia bermain sepeda di rumah tetangga.Lavanya sedang membersihkan kamar ketika ponsel yang ia letakkan di atas tempat tidur berdenting. Lavanya pikir itu pesan dari Danish. Nyatanya ia salah. Bukan Danish yang mengiriminya pesan melainkan dari nomor tidak terdaftar di kontaknya. Lavanya membuka pesan tersebut dan membacanya di dalam hati."Lihat foto-foto ini baik-baik, biar kamu tahu siapa suamimu sebenarnya."Rangkaian kata-kata tersebut diiringi dengan beberapa buah foto serta video.Jantung Lavanya menghentak jauh lebih cepat dari b

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 68

    Sudah berhari-hari Lavanya menangis diam-diam. Setiap malam dilaluinya dalam kehampaan. Lavanya tidak bisa tidur memikirkan nasib rumah tangganya. Setiap tangannya menyentuh perutnya--yang kini kosong--yang sempat berisi janin yang tidak pernah dipeluknya, hatinya hancur lebur. Perasaan kehilangan masih sangat membekas, ditambah lagi pengkhianatan yang dilakukan Erik menorehkan luka yang begitu dalam di hati Lavanya.Malam itu saat Lavanya duduk sendiri sambil memeluk lututnya, Erik datang menemuinya. Meski wajah lelaki itu tampak lelah, namun tidak ada tanda-tanda penyesalan di sana."Aku mau bicara sebentar sama kamu," kata Erik setelah duduk di pinggir tempat tidur, dekat Lavanya duduk.Lavanya tidak bersuara sepatah kata pun. Sedangkan tangannya semakin erat memeluk lutut. "Aku tahu ini berat untuk kamu. Tapi keadaan kita nggak bisa lagi seperti dulu."Lavanya merespon Erik tanpa menoleh. "Bukankah kamu yang menciptakan keadaan ini, Mas?"Erik menghela napasnya berat. "Aku sama s

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 67

    Sendi-sendi penyangga Lavanya seakan kehilangan fungsinya. Tubuhnya melemah dalam hitungan detik. Sebuah palu godam seakan dipukulkan ke kepalanya mendengar kenyataan pahit itu.Hamil.Anak Erik.Dua hal tersebut tidak mampu Lavanya cerna dalam sekejap."Kamu bilang apa, Mon?" lirih Lavanya, nyaris tidak terdengar."Aku sedang mengandung anak suamimu, Lavanya," ulang Mona dengan suara lebih tegas. Sebuah senyum puas tersungging di bibirnya.Lavanya telan salivanya yang mendadak kelat. Ditatapnya setiap inci wajah perempuan di hadapannya, mencari celah kebohongan di sana. Namun yang Lavanya temukan adalah ekspresi penuh keyakinan dan senyum penuh kemenangan."Mona, aku nggak tahu kamu punya keberanian dari mana untuk menyampaikan semua fitnah ini." Suara Lavanya bergetar sedih menahan murka dan luka yang berbaur menjadi satu. Mungkin dirinya memang terlalu naif. Berharap Erik tidak melakukan apa-apa walau nyatanya berkhianat di belakang Lavanya."Ini bukan fitnah. Yang aku sampaikan ad

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 66

    Lavanya berdiri terpaku di ambang pintu rumah barunya. Rumah itu tidak lagi kosong melompong seperti waktu pertama kali dirinya datang ke sana. Sekarang rumah itu sudah penuh dengan berbagai perabotan yang mahal dan tampak elegan.Tepat di ruang tamu sebuah sofa berwarna abu-abu tampak begitu manis dengan bantal sofa bermotif geometris. Di depan sofa tersebut ada sebuah meja persegi dari kayu berlapis kaca. Vas bening berisi bunga artificial tertata indah di atasnya.Semakin ke dalam, Lavanya mendapati sebuah meja makan bulat minimalis dengan empat buah kursi mengelilinginya.Lalu ada kukas, kitchen set mini yang menyesuaikan dengan ukuran rumah, lengkap dengan peralatan masak seperti magic com, blender dan microwave.Masuk ke dalam kamar, Lavanya mendapati tempat tidur besar dilapisi sprei berwarna beige. Juga ada dua buah nakas dengan lampu tidur di sisi kanan dan kiri. Di bagian lain ada lemari pakaian tiga pintu serta meja rias minimalis tempat Lavanya berdandan.Setelah tertegun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status