Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-03-16 08:44:39

"Ma, aku juga mau punya boneka kayak Oci," kata Belia malam itu.

"Boneka apa, Nak?" tanya Lavanya lembut.

"Oci beli boneka baru, Ma. Bagus deh," tunjuk Belia pada sepupunya yang sedang bermain boneka Hello Kitty berwarna pink.

Lavanya hanya bisa menghela napas. Ia mengusap kepala putrinya sambil menahan sesak di dada. Ia ingin sekali membelikan boneka baru untuk Belia, tapi apa daya, untuk makan pun harus berhemat.

"Nanti kalau Mama punya uang kita beli ya, Nak," ucap Lavanya dengan suara setenang mungkin.

Belia menganggukkan kepalanya meski kekecewaan jelas terlihat di wajahnya.

Belia kemudian mengambil boneka beruangnya yang sudah kumal. Yang matanya sudah copot sebelah dan terdapat sobekan di bagian pinggang. 

Anak itu bermain berdua dengan sepupunya. Melihat hal itu Lavanya semakin tidak kuasa menahan perasaannya. Terlebih lagi ketika mendengar percakapan keduanya.

"Ih, Bel, boneka kamu jelek banget," hina Yosi.

"Nggak apa-apa. Walau jelek tapi ini boneka kesayanganku," jawab Belia sambil memeluk bonekanya dengan erat.

"Kasihan ya kamu. Mama kamu pelit, nggak kayak Mama aku. Lihat tuh, matanya udah copot, pinggangnya juga udah robek. Malu-maluin aja."

"Nggak kok, aku nggak malu. Yang penting aku sayang sama bonekaku. Kata Mama nanti kalau udah gajian bakal beliin aku boneka baru."

"Mama kamu pasti bohong," tuding Yosi memengaruhi Belia.

Belia hanya diam. Ia yakin mamanya tidak seperti yang dikatakan sepupunya. Mamanya hanya sedang tidak memiliki uang.

Lavanya yang tidak tahan lagi mendengar semua itu  segera masuk ke kamar.

**

Malam sudah larut. Belia sudah tidur sejak tadi. Lavanya memandang wajah polos anak itu. 

Seketika perasaan sedih menghampirinya. Demi memenuhi kebutuhan orang-orang di rumah itu, ia tidak bisa mengabulkan permintaan sederhana anaknya. Lavanya merasa bukan ibu yang baik buat Belia.

Anak sekecil itu seharusnya tidak perlu memahami arti kata 'tidak punya uang'. 

Air mata yang sejak tadi Lavanya tahan akhirnya jatuh. Ia menggigit bibir, menahan isak yang ingin pecah. Rasanya begitu menyakitkan, begitu melelahkan. 

Lavanya lantas mengambil boneka beruang yang dipeluk Belia dengan hati-hati agar tidak membangunkan anak itu. Lalu dicarinya jarum jahit dan benang. Lavanya akan menjahit boneka itu.

Tangannya gemetar saat memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Matanya kabur oleh air mata yang terus menggenang tapi ia terus berusaha. Setiap tusukan jarum ke kain boneka yang sudah usang itu terasa seperti menusuk hatinya sendiri. 

Lavanya tahu, boneka ini tidak akan mengubah apa pun. Itu tidak akan membuat Belia lupa akan keinginannya. Itu tidak akan membuatnya merasa lebih baik sebagai seorang ibu. Tapi ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang. 

Setelah beberapa menit Lavanya menarik napas dalam-dalam dan memeriksa hasil jahitannya. 

Lavanya tersenyum kecil. Getir.

Pelan-pelan ia menyelipkan kembali boneka itu ke dalam pelukan Belia. Anak itu bergumam kecil dalam tidurnya tetapi tidak terbangun.

"Maaf ya, Nak," bisik Lavanya lirih. "Mama belum bisa beliin boneka yang baru."

Lavanya mengusap wajah mengeringkan air matanya. Ia kemudian berbaring di sebelah Belia. Sedangkan Erik tidak ada di rumah. Tadi lelaki itu pergi dan belum kembali hingga saat ini. 

Erik memang suka keluar malam dan ngumpul-ngumpul bersama temannya. Lavanya sering mengingatkan agar Erik meninggalkan kegiatan tidak berfaedah itu, tapi ia dituding menggurui suaminya.

"Jangan ngatur-ngatur aku, Nya. Aku butuh hiburan." Begitu katanya setiap kali Lavanya mengingatkan.

Apa Erik pernah memikirkan bagaimana rasanya menjadi Lavanya? 

Lavanya lelah. Ia tidak tahu sampai kapan bisa bertahan. 

Mata Lavanya baru saja hendak terpejam ketika ia mendengar suara motor. Dalam keheningan malam suara sekecil apa pun bisa terdengar.

Erik sudah pulang.

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Erik masuk dengan tubuh terhuyung-huyung. Aroma alkohol menguar dengan jelas saat lelaki itu mendekati Lavanya.

"Mas, kamu mabuk?" tanya Lavanya bangkit dari tidurnya.

Erik mengerjapkan mata, berusaha fokus pada sosok Lavanya yang duduk di tepi ranjang dengan ekspresi marah dan kecewa. 

Lelaki itu terkekeh kecil lalu menjatuhkan diri ke kasur tanpa peduli pada Lavanya. "Cuma sedikit," gumamnya. Suaranya terdengar berat dan malas. "Santai aja, Nya, aku masih sadar kok."

Lavanya mengepalkan tangan. Aroma alkohol yang menusuk hidung membuat perutnya mual. 

"Mas udah janji nggak bakal minum lagi," suaranya terdengar berbisik, lebih karena menahan emosi. "Tapi lihat diri Mas sekarang. Kayak gini caranya Mas tanggung jawab sama keluarga?"

Erik tertawa samar lalu menutup mata. "Jangan bawel, Nya. Aku capek."

Lavanya terdiam. Capek katanya?

Wanita itu merasakan sesuatu mencubit hatinya. 

Kenapa Erik yang capek? Sementara Lavanya yang harus bekerja dari pagi sampai malam, mengurus rumah, mengurus anak, menghadapi keluarga suami yang toxic dan masih harus menerima kelakuan suaminya yang seperti ini?

Ia ingin membalas, ingin mengatakan sesuatu yang bisa membuat Erik sadar, tapi percuma. Ia sudah melewati percakapan ini berkali-kali. Dan Erik tidak pernah benar-benar mendengarkan.

Tiba-tiba mata Erik terbuka. Tangannya menarik Lavanya hingga rebah di ranjang. Kemudian lelaki itu memosisikan dirinya di atas Lavanya.

"Mas, jangan," tolak Lavanya saat Erik berusaha membuka dasternya. Lavanya muak pada Erik yang suka semaunya.

"Kamu itu istriku, Nya, kamu nggak boleh nolak aku," parau suara lelaki itu.

"Jangan, Mas. Aku nggak mau," Lavanya berusaha mendorong dada Erik hingga menjauh dari tubuhnya.

"Kamu berani nolak aku?!" hardik Erik marah.

“Bukan begitu, Mas, aku cuma lagi capek dan ingin istira—”

PLAK!

Lavanya seketika terdiam saat sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipinya. 

“Istri nggak tahu diri!”

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 102

    Epilog - Rumah Bernama Cinta Suara dua orang anak kecil laki-laki dan perempuan yang berlarian di halaman memecah keheningan pagi yang dingin. Mereka terus berlari sambil tertawa mengejar gelembung sabun yang melayang-layang di udara.Di atas kursi rotan di depan rumah, Danish duduk diam, mengamati dari jauh. Matanya yang teduh menyimpan beribu kenangan. Pikirannya mulai berkelana, menemui dirinya tiga tahun yang lalu. Pada malam yang mengubah segalanya.Malam itu Danish mengajak Lavanya ke rumah mewahnya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya."Pulang juga kamu akhirnya," suara Ophelia menyambut Danish. Bibirnya mengukir senyum penuh kemenangan. Wanita itu pikir setelah pembicaraan mereka tadi siang Lavanya akhirnya menyerah lalu pergi selamanya dari kehidupan Danish. Ia yakin sepenuhnya akan hal itu. Danish juga membenci Lavanya dan tidak akan memaafkannya setelah menyaksikan pemandangan menyakitkan di kafe.Danish dan Lavanya tidak akan tahu bahwa pertemuan dengan Ronald di kaf

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 101

    Lavanya terengah keluar dari kafe. Titik-titik hujan menampar-nampar wajahnya. Pikirannya penuh oleh wajah Danish. Tatapan penuh luka lelaki itu jauh membuatnya tersiksa. Lavanya lebih suka jika Danish berteriak memakinya ketimbang perlakuan yang didapatnya dari Danish tadi.Langkahnya terhenti tepat di pintu apartemen. Barangkali setelah ini ia tidak akan melihat Danish lagi di dalam sana. Setelah apa yang terjadi Lavanya yakin jika Danish pergi dari hidupnya. Ia tidak akan menemukan lagi barang-barang lelaki itu di dalam apartemennya. Tidak ada lagi orang yang setiap malam tidur di sofa. Atau bermain pura-pura menjadi keluarga dengan anaknya.Lavanya menghela napas. Pandangannya kemudian tertuju ke unit sebelah. Sempat terniat untuk menjemput Belia. Tapi detik berikutnya Lavanya berubah pikiran. Lebih baik ia mandi dulu dan menenangkan diri. Setelahnya barulah menjemput sang putri.Tangannya gemetar saat menekan beberapa digit angka yang merupakan password apartemennya.Lavanya mel

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 100

    Senja itu sepulang kerja Lavanya melangkah masuk ke sebuah kafe yang berada tidak jauh dari kantornya. Ia berjanji bertemu dengan Danish di sana.Danishlah yang ingin berjumpa dengannya. Bukan Lavanya.Sejak pergi makan siang dengan Agatha, pria itu tidak kembali ke kantor. Ia hanya mengirimi Lavanya pesan yang berisi ajakan untuk bertemu. Padahal mereka tidak perlu bertemu di luar. Mereka berjumpa setiap hari di apartemen.Sembari menyesap hazelnut latte-nya, Lavanya memandang titik-titik hujan yang meluncur di luar sana melalui jendela kaca kafe.Sudah tiga puluh menit berlalu dari waktu yang ditentukan. Namun, Danish masih belum datang.Lavanya mengecek ponselnya. Kalau saja ada pesan baru atau panggilan tak terjawab dari Danish. Namun, yang ia temukan hanya pesan ajakan bertemu yang diterimanya beberapa jam yang lalu.Lavanya kemudian mengirimi Danish pesan. Mengatakan bahwa dirinya sudah berada di kafe. Tidak ada jawaban dari lelaki itu.Mungkinkah dia sedang sibuk dengan Agath

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 99

    Hari-hari berikutnya berjalan begitu saja. Danish benar-benar tinggal di apartemen Lavanya. Ia tidur di sofa setiap malam. Bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Ia juga memastikan keadaan Lavanya dan Belia baik-baik saja. Namun, bagi Lavanya yang paling membuat sesak dari semua itu adalah Danish yang terlalu sempurna dari peran yang dulu Lavanya inginkan dari Erik. Belia sangat dekat dengan Danish. Bahkan kini memanggilnya dengan sebutan 'Papa Danish' ketika keduanya bermain pura-pura menjadi keluarga di living room apartemen mereka. Suatu malam ketika Lavanya pulang lebih larut dari biasanya karena ada pekerjaan yang harus ada diselesaikan, ia mendapati Danish tertidur di sofa sambil memegang buku cerita anak-anak. Sedangkan tangannya yang lain pria itu jadikan bantal untuk Belia. Irama napas putri kecilnya menyatu dengan ritme tenang napas Danish. Mereka terlihat bagaikan ayah dan anak sesungguhnya. Lavanya mematung melihat pemandangan itu. In

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 98

    Malam itu pintu apartemen Lavanya diketuk berkali-kali. Lavanya yang sedang mengemasi barang-barang dan memasukkan ke dalam koper terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk sejenak. Lavanya berniat untuk pergi dari apartemen yang dipinjamkan Danish sebagai tempat tinggalnya. Ia sudah memutuskan untuk keluar dari hidup Danish. Jadi ia tidak akan tanggung-tanggung.Lavanya melangkah ke arah pintu. Ia mengintip dari kaca kecil.Jantungnya menghentak ketika tahu siapa tamu di luar sana.Danish.Untuk apa lelaki itu datang malam-malam begini?Ah iya, itu, kan, memang kebiasaannya. Setiap pulang kerja Danish tidak langsung pulang ke rumah, tapi ke apartemen Lavanya dulu.Lavanya mengembuskan napas. Ia sedang malas bertemu dengan Danish. Lavanya tidak ingin membuat keadaan sulit ini semakin rumit. Tapi untuk saat ini menghindari Danish bukanlah cara yang tepat. Akhirnya Lavanya memutuskan untuk membuka pintu walau sebenarnya Danish bisa langsung masuk karena dia mengetahui password apartemen

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 97

    Setelah lama bermenung memikirkan cara untuk mempertahankan Lavanya, sebuah ide cemerlang melintas di pikiran Danish.Ia sudah lama menunggu Lavanya kembali ke pelukannya. Dan setelah perempuan itu berada di tangannya, Danish tidak semudah itu untuk melepaskan.Diambilnya gagang telepon, didekatkannya ke telinga. "Lavanya, ke ruanganku sekarang," perintahnya begitu panggilannya mendapat sambutan.Tidak kurang dari dua menit Lavanya tiba dan duduk di seberang Danish."Ada apa Bapak memanggil saya?""Aku sudah baca surat pengunduran diri kamu. Dan jawabannya adalah tidak. Kalaupun kamu bersikeras ingin resign ada syarat yang harus dipenuhi.""Syarat apa, Pak?" Lavanya bertanya antusias.Danish menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tangannya terlipat di dada. "Syaratnya sederhana. Selama satu bulan ke depan kita tinggal bersama. Entah di apartemenmu atau di apartemenku. Biar kutunjukkan alasannya kenapa kamu nggak boleh pergi."Lavanya terperangah. "Apa maksud Bapak?""Selama satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status