Share

Bab 8

last update Last Updated: 2025-03-16 21:25:58

Pipi Lavanya terasa panas dan perih, tapi hatinya jauh lebih sakit. 

Napasnya tersengal, dadanya bergetar hebat, menahan tangis yang hampir pecah. Ia meminjamkan mata, mencoba menelan semua perasaan sakit. Tapi amarah dan kecewa yang sudah lama ia pendam kini mendidih di dadanya. 

"Mas Erik...," suaranya gemetar, tetapi matanya basah dan penuh luka saat menatap Suaminya. "Kamu udah keterlaluan, Mas."

Erik menggeram. Wajahnya merah karena emosi dan alkohol yang menguasai tubuhnya. 

"Kamu yang bikin aku kayak gini!" bentaknya. "Istri macam apa yang menolak suami sendiri? Sejak kapan kamu pandai menolakku, hah? Siapa yang ngajarin? Kamu lupa udah nggak punya siapa-siapa lagi selain aku?"

Lavanya menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. "Aku ini istrimu, Mas, tapi aku juga manusia. Aku capek, aku muak. Aku udah nggak tahan sama semua ini."

Lavanya berusaha bangkit dari tempat tidur tapi Erik menahannya. Mata Lelaki itu membelalak, tangannya mencengkeram lengan Lavanya dengan kuat. 

"Kamu mau ke mana, hah? Maumu apa?" 

Lavanya menatap Erik dengan keberanian yang baru ia temukan di tengah ketakutannya. 

"Aku mau keluar dari neraka ini." Ia mendesis. Ia tidak bisa lagi hanya bertahan dan berharap Erik akan berubah. Tidak setelah tamparan ini. Tidak setelah malam-malam panjang penuh luka yang ia lalui sendirian.

"Mama mau ke mana?"

Seketika suara itu terdengar, membuat niat Lavanya terhenti. Lavanya menoleh dan mendapatkan Belia terbangun. Anak itu mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk.

Lavanya buru-buru mengusap wajah guna menghapus air matanya. Ia tidak ingin Belia melihatnya menangis. Belia hanya boleh tahu bahwa ibunya adalah perempuan murah senyum.

Lavanya lantas tersenyum. "Mama mau ke kamar mandi bentar ya, mau pipis."

"Iya, Ma. Jangan lama-lama."

Lavanya mengangguk lalu pergi keluar kamar.

"Papa kok belum tidur?" tanya Belia pada Erik.

"Ini Papa udah mau tidur." Erik menjawab.

Belia sontak menutup mulutnya. "Ih, mulut Papa bau. Bau apa ini, Pa? Papa makan apa?" Ia menatap sang ayah dengan wajah polos.

Erik terkekeh. Ia mengusap kepala Belia. "Bukan makanan, Sayang. Papa tadi minum jus spesial," ujarnya asal.

Belia mengernyit, memandang ayahnya dengan polos. "Tapi kok bau, Pa?"

"Emang bau jusnya gini." Erik membantah dan tidak menanggapi lebih lanjut. Ia beringsut ke kasur, berusaha merebahkan diri. "Ayo tidur lagi," suruhnya. 

Belia hanya diam. Ia menatap ayahnya yang terlihat aneh malam ini. Ia tidak terlalu mengerti, tapi naluri anak kecilnya tahu ada yang tidak beres.

Sementara itu Lavanya berdiri di luar kamar. Ia bersandar di dinding dengan tangan menutupi wajahnya. Tubuhnya gemetar, dadanya masih sesak oleh emosi yang tertahan. 

Tadi ia ingin pergi. Ingin keluar dari rumah ini. Tapi Belia... anak itu masih terlalu kecil untuk memahami semua ini. Dihelanya napas panjang, mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Belum. Ia belum bisa pergi sekarang. Tapi mungkin suatu hari nanti ia pasti akan meninggalkan semua ini.

Lavanya lalu ke kamar mandi, mencuci mukanya di sana. Menghilangkan jejak tangis yang tersisa. Setelahnya ia kembali ke kamar. Tampak di tempat tidur Belia sedang berbaring dengan Erik.

"Kok belum tidur, Nak?" tanya Lavanya pada Belia.

"Aku mau nunggu Mama dulu."

"Mama nggak ke mana-mana kok, tadi ‘kan Mama bilang mau pipis di kamar mandi." Lavanya tersenyum meyakinkan putrinya.

"Sini, Ma!" Belia melambaikan tangan. "Tidur sama aku dan Papa."

Lavanya mengangguk lalu melangkah menghampiri tempat tidur dan berbaring di samping Belia. Putrinya itu mengambil tangan Lavanya lalu menautkan dengan tangan Erik.

Lavanya kaget. Ia ingin melepaskan tangannya dari tangan Erik. Tapi pasti akan membuat putrinya curiga.

"Aku senang punya orang tua yang lengkap. Nggak kayak Yosi dan Yoga," celetuk anak itu tiba-tiba. "Mama dan Papa jangan pernah bertengkar ya. Dan Papa nggak boleh ninggalin Mama kayak papanya Yosi."

Lavanya tertegun. Erik hanya diam.

Bagaimana mungkin anak sekecil itu mengatakan hal tersebut? Apa bagi Belia kebersamaan Lavanya dan Erik adalah pusat kebahagiaannya? Apa perpisahan orangtua adalah kehancuran baginya? 

Lavanya tidak ingin itu terjadi. Ia tidak ingin membuat putrinya sedih.

Lavanya menelan saliva. Tenggorokannya terasa kering, seolah semua kata yang ingin diucapkan terjebak di sana. Ia ingin mengatakan sesuatu, ingin menjelaskan bahwa keadaan mereka tidak seindah yang Belia pikirkan. Tapi bagaimana cara menjelaskan tanpa menghancurkan hati anak sekecil itu?

Sementara itu Erik hanya membuang napas pelan. Tidak ada bantahan, tidak ada janji yang ia lontarkan. 

Belia yang berbaring di tengah-tengah dan tidak menyadari ketegangan itu tersenyum kecil lalu memejamkan matanya untuk melanjutkan tidur. 

Sementara tangannya masih menggenggam erat tangan kedua orangtuanya, seolah ia percaya bahwa genggaman itu cukup untuk menyatukan mereka.

Lavanya hanya bisa menatap putrinya dengan perasaan perih. Sebisa mungkin ia akan bertahan demi Belia. Karena bagi anak itu kebahagiaannya adalah orangtua yang lengkap dan utuh. 

Lavanya tidak mampu memberikan materi pada Belia, tapi ia akan memaksakan diri agar terus bertahan bersama Erik. 

Bertahan dalam kehidupan pernikahan dan keluarga yang toxic. Semua demi sang putri yang disayanginya.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Apris Aiteru Dwiyani
Iyah , bodoh bgt si Lavanya , laki bgtu di pertahanin .. aku si ogah , manut ajh lagi sama mertua ish jauh jauh deh yg bgtu .. harus di kasih pelajaran laki , mertua sama ipar bgtu mah
goodnovel comment avatar
Fsf_
Menurutku ini tetep ga aman dibaca waktu puasa kakkk karna bikin emosi setengah mampusss T_T
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 9

    Lavanya melangkah ke kantor dengan gontai. Menggunakan blazer abu-abu dan rok pensil hitam, ia tampak begitu feminin. Sedikit pun tidak ada firasat dalam dirinya kalau hari ini akan terjadi sesuatu yang besar.Suasana di kantor tampak tidak seperti biasa. Para rekan kerjanya berbisik-bisik."Nya, sini!" Dian melambaikan tangan pada Lavanya yang sudah berada di kursinya.Lavanya melempar senyum dari jauh. Ia sedang malas mendengar gosip apa pun.Melihat Lavanya hanya tersenyum tanpa ada niat untuk bergabung, Dian, Lina dan Sari menghampirinya."Nya, udah dengar gosip terbaru belum?" kata Dian."Gosip apa?" tanya Lavanya tanpa minat."Pak Herman bakal dimutasi dan kita bakal punya kepala cabang yang baru.""Oh. Terus kenapa?" respon Lavanya yang tidak terlalu tertarik. Mutasi atau rotasi jabatan bukanlah hal yang aneh.Dian mencondongkan tubuhnya ke arah Lavanya dan berbisik dengan suara rendah. "Kabar baiknya dia masih muda dan ganteng banget!!!" Lina dan Sari cekikan menanggapi Dian y

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 10

    Lavanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat tamparan Erik."Nggak apa-apa," jawabnya pelan.Danish mempersempit jarak di antara mereka, matanya menatap Lavanya dengan penuh selidik. "Nggak apa-apa gimana? Ini pipi kamu merah banget."Suara itu membuat Lavanya ingin jatuh, tapi ia tidak punya tempat untuk bersandar."Maaf, Pak, saya harus kembali kerja."Lavanya melangkah cepat melewati Danish. Namun lelaki itu mencekal lengannya. Tidak keras, tapi berhasil menghentikan langkah Lavanya."Lavanya, kalau kamu ada masalah, kamu tahu akan cerita ke siapa, 'kan? Aku siap mendengarnya, Nya.""Terima kasih, Pak, tapi saya baik-baik saja."Usai mengatakan kalimat singkat itu Lavanya melepaskan tangannya, meninggalkan Danish yang berdiri di lorong, menatap punggungnya yang semakin menjauh.**Ruangan meeting hari itu terasa lebih dingin. Lavanya duduk di sisi kiri meja, sedangkan Danish di ujungnya. Saat ini Danish sedang memimpin presentasi tender untuk proyek besar

    Last Updated : 2025-03-17
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 11

    Lavanya memasuki ruangannya dengan tubuh lesu. Ia langsung menghempaskan diri ke kursi. Menyalakan komputer, ia menatap grafik angka penawaran yang telah disusunnya dengan rapi dan penuh perhitungan tapi ditolak Danish. Semua terasa sia-sia dan tidak ada gunanya. "Lemes banget, kenapa sih?" tanya Nadia yang mendatangi mejanya.Lavanya tidak bersuara. Ia menjawab dengan tatapan yang tertuju pada layar komputer."Oh itu." Nadia ikut memperhatikan layar komputer Lavanya. "Udahlah, Nya. Ikuti aja maunya Pak Bos. Kita cuma kacung. Yang punya kuasa tetap yang di atas."Iya, mereka hanya bawahan di kantor itu yang harus menuruti semua aturan dan keputusan atasan. Namun kali ini Lavanya benar-benar kecewa.Lavanya menghela napas. Ditatapnya Nadia yang masih berdiri di dekat mejanya. "Dia bilang harga kita nggak make sense, tapi dia sadar nggak sih kalau angka yang dia ajukan justru nggak masuk akal? Dengan harga setinggi itu kita nggak bakal menang. Kalau katanya nggak apa-apa kalah daripada

    Last Updated : 2025-03-18
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 12

    Hari sudah beranjak malam saat Danish pulang dari kantor. Saat ini ia sedang duduk di kursi belakang mobil sambil termenung. Ia sedang memikirkan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Lavanya. Meski sudah mendapatkan data Lavanya dari file karyawan, namun itu baginya belum cukup. Sosok Lavanya terus membayanginya. Tatapannya yang sendu seakan menahan kesedihan yang mendalam, caranya membawa diri dengan ketegaran yang seolah dipaksakan membuat Danish tahu bahwa Lavanya memang tidak baik-baik saja. Jangan pernah lupakan, Lavanya pernah menjadi orang terdekatnya, jadi Danish tahu bagaimana perempuan itu."Pak Dharma," panggil Danish pada supir perusahaan yang kini menjadi supir pribadinya."Iya, Pak," jawab lelaki separuh baya itu sambil memandang Danish melalui spion tengah."Bapak sudah lama kerja di sini?""Lumayan, Pak. Sudah hampir sepuluh tahun," jawab Dharma dengan sopan."Kalau begitu Bapak tahu banyak tentang karyawan di kantor?""Lumayan, Pak."Danish terdiam sejenak, memikirkan

    Last Updated : 2025-03-18
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 13

    Menurut kabar, hari ini hasil tender keluar. Tim tender berkumpul menunggu pengumuman resmi dari klien. Lavanya duduk dengan wajah tegang. Ia harap harga tinggi yang dipertahankan Danish tidak akan sia-sia. Serenity Construction-lah pemenangnya.Beberapa menit kemudian email dari klien masuk. Riza segera membacanya dengan suara lantang."—maka ditetapkan proyek pembangunan rumah sakit dimenangkan oleh PT. Indonesia Raya."Seketika suasana ruangan berubah senyap. Atmosfer tegang menyelubungi dengan kental. PT. Indonesia Raya adalah perusahaan yang Lavanya maksudkan kala meeting waktu itu. Mereka berani memasang harga murah dari perusahaan lainnya.Lavanya mengembuskan napas. Danish juga berada di sana. Ekspresi pria itu begitu sulit dibaca. Entah Lavanya harus tertawa atau sedih sekarang. Mereka gagal meraih proyek itu. Proyek besar yang direbutkan banyak perusahaan.Embusan napas penuh kekecewaan perlahan-lahan mengisi ruangan. Namun tak lama kemudian Riza berseru, "Bentar, ada emai

    Last Updated : 2025-03-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 14

    Lavanya menahan napas, berusaha tidak terpancing. Ia menjelaskan dengan baik-baik. "Iya, Bu. Aku memang baru bisa pulang jam segini karena harus lembur. Lagi ada proyek besar yang aku kerjakan.""Selalu lembur yang kamu jadikan alasan. Kamu pikir Ibu nggak tahu?""Tahu apa, Bu?" Lavanya balik bertanya sambil mengerutkan dahinya."Kamu pasti selingkuh, bukan kerja! Apalagi Ibu dengar di kantor kamu ada bos baru. Laki-laki dan masih muda. Kamu sering berduaan dengan dia."Lavanya refleks terdiam. Memang benar yang dikatakan mertuanya mengenai atasan barunya. Seorang laki-laki dan masih muda. Tapi ia tidak habis pikir dari mana Neli tahu mengenai hal tersebut. Apalagi sampai menudingnya berselingkuh."Kenapa diam? Nggak punya alasan buat ngeles karena yang Ibu katakan nggak salah? Gitu kan?!" ucap Neli merasa menang.Lavanya menggelengkan kepalanya, menyangkal tudingan sang mertua. "Bukan begitu, Bu. Ibu salah. Aku di kantor kerja lembur nggak hanya berdua, tapi dengan tim. Lagian Ibu den

    Last Updated : 2025-03-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 15

    Hari-hari berikutnya, interaksi Lavanya dan Danish semakin intens. Setiap hari mereka lembur dan lebih seringnya hanya berdua. Nadia meminta cuti demi merawat anaknya yang sakit.Lavanya sebenarnya merasa resah dan tidak nyaman. Apalagi semenjak ibu mertua menuduhnya selingkuh karena terlalu sering lembur. Tapi apa boleh buat, Lavanya tak mungkin lari dari tanggung jawab. Karena itu, sebisa mungkin Lavanya menjaga jarak dari Danish. Ia hanya berbicara seperlunya saja dengan pria itu.Malam ini, Lavanya dan Danish duduk di depan komputer masing-masing. Hanya suara keyboard dan jarum jam yang terdengar. Merasa perutnya lapar, Lavanya bangkit dari kursi. Ia bermaksud membuat mie di pantry. Tadi ia membeli sebungkus mie instan untuk mengganjal perutnya."Permisi sebentar, Pak, saya mau ke pantry," izinnya pada Danish."Boleh nitip kopi?""Kopi dan gulanya masing-masing berapa sendok, Pak?"Danish terdiam. Apa Lavanya benar-benar sudah lupa? Dulu Lavanya hafal betul berapa takaran kopi y

    Last Updated : 2025-03-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 16

    Lavanya memegang pipinya yang perih. Perasaannya begitu terluka diperlakukan seperti ini. Benar kata orang. Sekali saja lelaki sudah main fisik maka ia akan terbiasa dan terus melakukannya tanpa rasa bersalah."Seharusnya aku yang tanya sama kamu. Kamu yang kenapa? Kenapa semakin hari semakin nggak sopan sama Ibu?" bentak Erik dengan keras. Suaranya menggema di kamar mereka yang ukurannya tidak seberapa."Aku nggak sopan gimana, Mas?" tanya Lavanya tidak habis pikir. Justru ia sudah bersikap sesopan mungkin pada mertuanya. Tidak satu kali pun ia bersikap kurang ajar padanya."Ibu belum selesai ngomong tapi kamu langsung melipir. Apa itu yang dinamakan sopan, hah?!""Aku ‘kan udah minta izin buat masuk ke kamar, Mas. Aku pergi karena ingin menghindari pertengkaran dengan ibu. Lagian kapan kamu bisa membela aku di depan ibumu, Mas?" ujar Lavanya dengan perasaan kecewa."Apanya yang harus dibela? Udah jelas-jelas kamu bersalah. Apa nggak ngerti juga?" Suara Erik kembali keras, matanya me

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 79

    Hari ini tepat pukul sembilan pagi adalah jadwal sidang cerai pertama Lavanya dan Erik. Pada sidang kali ini beragendakan proses mediasi di antara keduanya.Hujan deras membasahi bumi jauh sebelum subuh tadi, seolah ingin merefleksikan suramnya hati Lavanya.Menggunakan kemeja putih dan celana panjang hitam serta kitten heels hitam, Lavanya memasuki ruang sidang. Ia didampingi oleh pengacaranya dan juga Danish yang tidak pernah lelah memberinya semangat dan kekuatan.Bola mata Lavanya berpendar mencari sosok Erik dan juga pengacaranya, namun Lavanya tidak menemukannya. Atau mungkin lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu belum datang.Ruang sidang tersebut berukuran cukup besar. Dindingnya dicat dengan warna putih. Di bagian depan ruangan terbentang meja panjang dengan alas hijau dengan tiga buah kursi yang disediakan untuk majelis hakim. Berkas perkara tampak tersusun rapi di atas meja.Di sisi kanan dan kiri ada kursi-kursi kayu untuk ditempati penggugat dan tergu

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Lavanya 78

    Danish tidak pernah merasa sekhawatir ini sebelumnya.Telepon tidak dijawab. Pesan juga hanya dibaca tanpa ada balasan. Ia tahu, biasanya Lavanya akan selalu merespon walau kadang terlambat. Namun, mengetahui Lavanya sudah membaca pesannya tapi tidak membalas, menumbuhkan kekhawatiran di hati Danish.Ada firasat buruk menyesaki dadanya, membuatnya terdorong untuk menyetir menuju rumah Lavanya.Di tengah hujan deras dan lalu-lalang kendaraan di kota kecil itu Danish memacu mobilnya.Langit kian gelap. Hujan tidak kunjung reda. Wiper blade mobilnya tidak berhenti bergerak, menyapu titik-titik air yang terus membasahi kaca, membuat buram pemandangan.Ketika mobilnya berhenti di depan rumah Lavanya, rasa khawatir yang sejak tadi menyiksanya menjelma menjadi kepanikan. Rumah itu gelap gulita. Bukan hanya karena cuaca, tapi juga karena minim penerangan.Danish mengetuk pintu berkali-kali. Tidak ada respon.Sambil terus mengetukkan buku-buku jarinya, sebelah tangan Danish merogoh saku, meng

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Lavanya 77

    Langit mendung membersamai Lavanya dalam perjalanan pulang. Semestinya Lavanya kembali ke kantor karena pekerjaannya belum selesai. Tapi kepalanya yang penuh oleh berbagai pikiran membuatnya memerintahkan supir taksi agar mengantarnya pulang ke rumah.Titik-titik hujan mulai turun dari langit, menampar-nampar kaca jendela taksi. Lavanya memandang keluar dengan pandangan buram. Entah karena air hujan yang menempel di kaca, atau mungkin karena saat ini matanya mengembun oleh air mata.Suara supir taksi yang memberitahu bahwa mereka sudah tiba mengeluarkan Lavanya dari lamunannya.Lavanya menjawab dengan anggukan. Kakinya terayun gontai memasuki rumah mungilnya yang dingin, sunyi dan terlalu luas untuk dihuni sendiri.Setelah pintu tertutup Lavanya terduduk di sofa. Tangannya mencengkeram ujung bajunya dengan sangat kuat. Meski ia sudah berada di rumahnya tapi pikirannya terperangkap di depan pintu rumah mertuanya.Wajah putrinya menghantui dalam bayangan. Tangisannya yang pilu seolah

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 76

    Lavanya jatuh terhempas di lantai. Napasnya satu-satu. Rasa sakit di sikunya menjalar dengan cepat ke bagian tangannya yang lain. Ini adalah kali kedua Neli menyakitinya dengan cara yang sama. Namun, dari semua sakit fisik yang diterimanya, batinnya jauh lebih terbuka."Belia...," suaranya lirih, hampir tidak terdengar.Melalui pintu yang tertutup rapat, samar-samar terdengar tangis anaknya yang memanggil-manggil."Mama! Mamaaa!!!"Teriakan itu memukul dada Lavanya, membuat hatinya yang nyeri bertambah pedih.Lavanya mencoba melupakan rasa sakitnya. Ia memaksa tubuhnya berdiri.Diusapnya daun pintu, berharap tangannya bisa menembus ke dalam sana."Belia! Ini Mama! Buka pintunya, Nak, Mama mau ketemu. Mama ada di depan!" Lavanya berteriak sekeras yang ia bisa.Pintu tetap tertutup. Tidak ada tanda-tanda akan terbuka. Sementara tangis Belia terdengar semakin keras."Mamaaa, ini aku!!!""Diam! Jangan panggil perempuan itu. Dia udah ninggalin kamu untuk laki-laki lain!"Di sela-sela tangi

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 75

    Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, Lavanya diizinkan pulang.Kesedihan merayapi hatinya ketika menginjak lantai rumah yang dingin. Tidak ada siapa-siapa di rumah itu kecuali dirinya sendiri. Danish yang mengantarnya sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu.Kesunyian yang mencekam membuat batin Lavanya semakin tersiksa. Seharusnya saat ini ada sang putri bersamanya.Ia masuk ke kamar Belia. Duduk di tepi tempat tidur, mengusap permukaan kasur yang kosong. Bayangan ketika ia membacakan dongeng untuk Belia sebelum tidur begitu mengganggu pikirannya."Belia, Mama kangen, Nak, Mama mau ketemu," ratapnya lirih. Air matanya lantas luruh dari pelupuknya.Keesokan hari Lavanya kembali bekerja seperti biasa. Ia berniat siang ini akan mengunjungi Belia ke sekolahnya. Baru beberapa hari tidak bertemu tapi rindu Lavanya sudah memuncak.Ketika jam makan siang tiba, Lavanya tidak membuang waktu. Ia langsung meluncur ke sekolah anaknya dengan menggunakan taksi. Dengan langkah tergesa La

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 74

    Danish tidak main-main dengan ucapannya. Malamnya, seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara datang. Namanya Irfan. Seorang pengacara terkenal di bidang hukum keluarga. Pembawaannya tenang, profesional dan sangat berpihak pada korban kekerasan rumah tangga."Lavanya, kenalkan ini Pak Irfan. Dia pengacara yang akan membantu kamu mengurus perceraian dengan Erik," kata Danish pada Lavanya.Lavanya yang setengah berbaring setengah duduk di ranjang rumah sakit tersenyum lemah sambil menangkupkan tangannya di dada."Bu Lavanya, Pak Danish sudah menceritakan pada saya kronologinya. Dalam hal ini kita bisa ajukan gugatan dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga dan suami Ibu yang menikah lagi tanpa izin dari Ibu," kata Irfan setelah mereka duduk bertiga di sofa kamar VIP yang Lavanya tempati."Apa Belia, anak saya, hak asuhnya bisa jatuh ke saya, Pak?" tanya Lavanya menanggapi.Irfan melabuhkan tatapannya di wajah Lavanya dengan penuh empati. Pria itu tetap tenang dan menyusun kata

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 73

    Semua masih tersimpan rapi di ingatan Lavanya. Ia tidak akan pernah melupakannya di sepanjang sisa usia yang dimilikinya. Seolah tidak cukup menorehkan luka di batinnya, fisiknya juga ikut disakiti.Kejadian itu memang sudah berlangsung dua hari yang lalu, tapi Lavanya ingat betul bagaimana kronologi ketika ia dihadang tiba-tiba lalu diserang begitu saja.Lavanya yang hendak menemui Belia di kamar terpaksa berhenti sebelum sampai di tujuan.Neli muncul tiba-tiba lalu mendorongnya dengan kuat. Lavanya yang tidak siap tentu saja tumbang. Tubuhnya disambut oleh dinginnya lantai bersama pekik kesakitan yang meluncur dari mulutnya."Masih punya muka kamu datang ke sini?" Neli membentaknya dengan keras. Pandangan tajam wanita itu seolah akan mencabik-cabik Lavanya menjadi beberapa bagian."Aku cuma mau bawa Belia, Bu," lirih Lavanya menjelaskan tujuan kedatangannya sambil menahan rasa sakit di bokongnya."Perempuan seperti apa kamu? Udah tinggalin suami, sekarang berani-beraninya ingin mere

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 72

    Setelah Lavanya tiba di rumah mertuanya, Erik sendiri yang membuka pintu. "Oh, kamu ternyata," gumam lelaki itu."Belia mana, Mas?" tanya Lavanya tanpa basa-basi. Tidak juga menyinggung pernikahan diam-diam yang dilakukan Erik."Dia lagi tidur, capek katanya." Lelaki itu menjawab dengan santai seraya menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu."Bangunkan dia. Aku mau bawa pulang ke rumah.""Dia udah di rumahnya."Lavanya menggeleng. "Ini bukan rumahnya." "Siapa bilang? Ini rumah papanya. Tempat dia tumbuh sejak kecil. Jadi ini rumahnya juga.""Dulu mungkin iya, tapi sekarang tidak lagi," balas Lavanya tanpa takut. Hari-hari lampau Lavanya masih menghargai Erik dan selalu tunduk pada apa pun perkataan lelaki itu. Namun kini setelah semua yang terjadi mata Lavanya terbuka lebar. Ia tidak akan mau terus ditindas.Erik menyipit, menegakkan tubuhnya. Jelas terlihat tidak menyukai perkataan Lavanya. "Hebat ya kamu sekarang. Kamu yang pergi dari rumah datang-datang mau mengambil anakku. Kamu pik

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 71

    Sekitar seperempat jam kemudian pintu rumah Lavanya diketuk. Lavanya bangkit dengan langkah berat dan mata sembab.Setelah pintu dibuka Lavanya mendapati Danish sedang berdiri dengan napas memburu. Air mukanya sarat akan kekhawatiran.Melihat mata bengkak Lavanya, Danish melangkah masuk lalu merengkuh Lavanya ke dalam pelukannya."Aku ada di sini, bersama kamu, Nya," bisik Danish lembut.Bisikan itu membuat tangis Lavanya kembali pecah. Segala luka yang dipendam di hatinya seolah luruh. Danish mengusap punggung Lavanya. Dengan sabar menanti hingga tangis perempuan itu reda."Mas Erik udah nikah lagi diam-diam di belakangku. Dia tega, Nish." Lavanya sesenggukan di pelukan Danish.Lelaki bernama lengkap Danish Ksathriya itu mempererat dekapannya sembari tangannya terus mengusap-usap punggung mantan kekasihnya."Awalnya dia minta izin buat nikah lagi karena Mona hamil. Tapi aku nggak kasih izin. A-aku min ... taa cerai, ta-ta-pi dia nggak mau dan menjadikan Belia sebagai alasan. Ternyat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status