Share

Jadi kekasihku

Penulis: Jenang gula
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 23:27:14

Mr. Scott tertawa, “Akhir-akhir ini kamu terlalu banyak bicara, Jaxx.”

“Itu karena kamu terus mempermainkanku. Mr. Scott.”

“Nyatanya tetap aku yang mengeluarkanmu dari penjara.” Setelah wajah Jaxx melunak, “Ambil proyek galeri itu dan temukan barangku di sana. Jangan membuang-buang waktu.”

Jaxx langsung pergi dari ruangan Mr. Scott dan ikut mencari Johan.

***

Tiga hari berlalu, Bill yang pergi selama tiga hari juga, belum membawa kabar baik, membuat Jaxx bingung. Ke mana kiranya Johan pergi? Tak sabar, dia pun langsung menelepon Bill, “Apa kau ketiduran di jalan?”

Bill, “Maaf, Mr. Jaxx. Sepertinya Johan disekap oleh orang penting, aku sudah menyebar semua anak buah kita, tetapi mereka tetap tak menemukan Johan di mana pun.”

Jaxx langsung menutup telepon itu dan panggilan lain masuk, nomor yang bahkan tak dia tahu siapa pemiliknya. Namun, Jaxx tetap mengangkat telepon itu, “Ya?”

Seseorang di ujung saja tertawa, “Suaramu sangat berat, kurasa kamu sedang mengalami kesulitan saat ini.”

Jaxx langsung membuang napas kasar, “Kau berhasil mendapatkan nomorku? Apa kau begitu bekerja keras untuk mendapatkannya?”

Orang itu tertawa lagi, “Apa itu penting? Kau begitu merindukanku sampai menungguku selama ini?”

“Brengsek!” Jaxx meludah, siapa yang meneleponnya saat ini, sangat membuatnya muak.

“Apa aku kehilangan Johan?”

Jaxx mengepalkan sebelah tangan, “Aku tak menyangka kau benar-benar mencuri tawananku.”

“Ha, ha, ha, dan aku tahu, kau pasti bisa menjemput Johan sendiri. Di mana dia sekarang, bukankah itu adalah tempat yang begitu berkesan untuk kita ... Mr. Jaxx?”

Jaxx menutup telepon dan menelepon Bill, menyebut sebuah tempat, dan mengajak semua anak buahnya ke sana. Benar saja, di sana Johan sudah terikat di kursi dengan mulut dilakban, dan mata berair. Jaxx langsung melepas lakban itu dan duduk di depan Johan, “Pria sepertimu bisa menangis sepanjang malam?”

Johan menggeleng, “Tolong, lepaskan aku, anakku masih kecil-kecil, aku akan mengembalikan uang itu beserta dengan bunganya, minta saja kurang berapa, aku akan langsung mengirimnya padamu hari ini juga. Tolong, lepaskan aku, Mr. Jaxx.”

Jaxx tertawa, “Aku tidak membutuhkan uangmu, aku hanya ingin proyek pembangunan galeri itu, bergabung dengan Max Konstruksi. Apa begitu saja sangat sulit untuk dimengerti?”

Johan menggeleng dan menangis lebih keras, “Tolong, pahamilah keadaanku, Mr. Jaxx.”

“Apa aku melewatkan sebuah pesta?”

Semua orang menoleh, termasuk Jaxx, melihat ada Hans di sana, musuh bebuyutan Jaxx, rasanya tak bisa menahan tawanya, “Apa kau masih berlindung di bawah ketiak wanita tua itu?”

Hans meludah dan mengacungkan pistol ke Jaxx, “Kepalamu harganya sangat mahal, aku tidak sabar untuk membeli pulau dengan vila megah di tengahnya, berpesta setiap malam, ditemani wanita cantik yang bisa memuaskanku. Apakah rencanaku terdengar bagus?”

“Ya, hanya saja aku tidak yakin kamu berani membunuhku.” Jaxx tersenyum, memukul tangan Hans sampai pistol itu terjatuh ke lantai, dan langsung memungutnya hingga keadaan menjadi cepat berbalik. Meski begitu, Jaxx tak terlalu senang karena semua anak buah Hans menodongkan pistol ke arahnya sekarang. “Aku mengenalmu dengan baik, pria sepertimu tidak akan pernah bisa membidikkan pistol dengan benar, tangannya gemetar karena dia seorang pecundang.”

“Brengsek!” Hans berniat memukul Jaxx, tetapi pistol itu lebih dulu menggores pundak, dan membuatnya berlutut seketika, “Tembak dia!” Anak buahnya pun mulai berkelahi dengan anak buah Jaxx. Dia bangun dengan susah payah, anak buahnya yang lebih banyak jumlah, membuat anak buah Jaxx kalah, tetapi luka di pundaknya, membuatnya tak berkutik saat Jaxx datang meremas pundak dan menjadikannya sandera.

“Apa kalian ingin dia mati?” Jaxx tersenyum melihat anak buah Hans berhenti menyerang, “Bawa Johan pergi!” Setelah anak buahnya ke luar bersama Johan, barulah Jaxx mendorong Hans ke arah anak buah Hans sendiri, “Sebelum membunuhku, tanyakan dulu pada wanita tua itu, apakah dia sudah merelakanku untuk mati? Kalau dia menjawab ‘ya’, aku akan menyerahkan diriku pada kalian.” Jaxx melempar pistol itu ke Hans dan pergi bersama anak buahnya.

***

Entah sudah berapa lama Erica menunggu, tetap tak melihat Jaxx atau bahkan anak buahnya mampir ke kedai kopi, terlebih di saat sepi seperti itu, Erica hanya bisa cemberut seharian. Apakah salah dia menunggu Jaxx? Pria itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun dan membuat Erica terus bingung sampai hari ini.

Ting. Ting.

Erica menoleh dengan semangat, sedangkan wajah di sana bukankah seseorang yang ditunggunya, meski begitu, keadaan orang itu membuatnya heran, “Hans, ada apa dengan pundakmu?”

Hans tersenyum, “Hanya kecelakaan kecil. Mocca satu. Rasanya lama sekali aku tidak ke sini.”

Jessie tersenyum, “Aku yakin kamu ke sini karena Erica, bukan Mocca-nya.”

Hans tertawa, menoleh ke Erica, melihat rona di pipi, membuat hatinya mengembang, “Aku masih bisa menyetir, apakah kamu mau makan malam bersamaku?”

Erica bergeming sebentar, dia memang harus pulang sebentar lagi, tetapi dia tak terlalu tertarik dengan Hans. Meski pria itu tampan, Erica merasa Hans bukan tipenya, dan karena itu pula, rasanya sangat berat untuk menerima tawaran barusan. “Mungkin lain kali setelah pundakmu sembuh. Jangan memaksakan diri, Hans.”

Jessie menengahi, “Kalian bisa makan di restoran seberang jalan. Baru buka minggu lalu, rasanya juga enak, kalian tidak akan kecewa makan di sana.”

Erica yang tak bisa lagi mengelak, akhirnya mengangguk juga, “Aku selesai satu jam lagi, Hans.” Mendekat untuk mengantar Mocca pesanan Hans.

Jessie tersenyum, “Tidak masalah, aku bisa mengatasinya malam ini, pergilah, Erica. Kamu dan Hans sedang memiliki kepentingan, kan?”

Hans mengangguk, “Terima kasih, Jessie.”

Kini Erica dan Hans duduk berhadapan, dengan dua mangkuk ramen dan jus alpukat, serta Mocca yang baru saja dibeli tadi. Erica tersenyum, “Aku benar-benar tak ingin merepotkanmu, Hans.” Melihat beberapa orang yang selalu menemani Hans berjaga di luar restoran, cukup mengganggu, dan itulah salah satu hal yang tak disukai Erica dari Hans.

“Aku tidak pernah repot menghadapimu, Erica. Bagaimana menurutmu rasanya? Apa cocok dengan lidahmu?” Hans mulai menikmati ramen lebih dulu agar Erica tak terlalu membuang kalimat-kalimat canggung padanya.

Erica menghela napas dan mulai menikmati makanannya, “Rasanya enak, lebih enak dari ramen yang dijual di kampusku.” Melahap lagi.

“Aku senang mendengarnya.” Hans tersenyum sambil menatap Erica, “Kudengar kamu mengerjakan tugas terakhir, setelah empat tahun kuliah, apakah ada yang dekat denganmu? Seseorang yang spesial?”

Erica menggeleng, “Aku tidak pernah memikirkannya, Hans. Mereka semua sering membuatku jenuh, teman sekelasku memiliki selera yang aneh, dan aku tidak ingin terlibat dengan mereka.”

Hans menghela napas lega mendengar jawaban Erica, “Lalu? Bagaimana denganku? Aku menyukaimu sejak lama dan kurasa kamu pun juga tahu tentang itu. Apakah kamu mau menjadi kekasihku, Erica? Menerima perasaanku?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Semakin gila

    “Aku tidak mengajakmu, ini perintah, dan aku tidak suka penolakan.”Itu adalah kalimat terindah yang pernah Lexi dengar dan karenanyalah dia di bandara Australia sekarang.“Ada apa dengan wajahmu?” Felix yang berjalan dengan menggandeng Lexi, jadi heran saat wanita itu lebih banyak diam, dunia seolah sedang salah.“Aku gugup, Felix. Kau bilang di sini tinggal dengan mamamu, kan? Apa kau akan menyewakan apartemen untukku?”Felix terkekeh, “Untuk apa? Kau bisa tinggal dengan kami. Lagi pula kalian pernah bertemu, kan? Di supermarket saat aku belanja dengan mama, untuk apa gugup, mamaku tetap sebaik dulu.”Lexi memukul lengan Felix, “Bukankah situasinya berbeda? Kau akan mengenalkanku dengan sebutan apa? Rasanya aku ingin pulang saja dan merawat adik-adikku.”“Jangan kawatir. Ada aku.” Felix bersyukur karena sopir tidak terlambat menjemputnya, melihat mobil mamanya di garasi, dia tahu kalau papa tirinya juga di rumah, dan sengaja merangkul Lexi saat mendekat, “Hai, Ma, Pa.” Memeluk maman

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Boleh begitu

    Tiga hari berlalu. Lexi yang tak melihat Felix selama itu, jadi kawatir, dia pun pergi ke apartemen Felix, tetapi di jalan, tak sengaja melihat ada kecelakaan dan membuat kemacetan panjang. “Aku turun sini saja, Pak. Nanti kalau aku pulang, aku akan meneleponmu.” Tersenyum ke sopir dan ke luar mobil, tak jauh lagi sampai, Lexi berpikir jalan kaki akan lebih cepat dari pada penunggu kemacetan terurai.Terkekeh, “Aku tidak menyangka akan bertemu dengan jalang sialan di sini.”Lexi langsung menoleh, “Johan, aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Apa kamu sedang mengantar kekasihmu berjualan? Kesibukanmu masih sama?”Johan terkekeh lagi, “Jangan merasa bangga setelah lepas dariku, Lexi. Bagiku, kau hanya sampah yang pernah kupakai sampai aku puas, kau hanya beruntung karena Felix tertarik padamu. Pria yang bisa membelikanmu pakaian bagus itu, akan membuangmu juga setelah bosan denganmu, dia kaya dan dia akan memilih wanita yang lebih baik dan lebih bertalenta dari pada ka

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Darah

    David menarik rem tangan setelah sampai di rumah Mahira, “Apa aku ...?” Bingung mau bertanya apa ke Mahira.Tersenyum, “Tidak perlu, David. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini. Aku tahu bagaimana cara menghadapi Felix, aku tidak mau kamu terlalu ikut campur dan menanggung konsekuensinya. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa.”David malah terkekeh, “Kalau kamu butuh bantuan, apa pun itu, telepon saja aku, nomorku ada di jajaran staf kantor.”Mahira mengangguk sambi tersenyum.“Aku ... pulang dulu.” Memencet klakson sekali dan pergi.Baru saja mobil David melewati gerbang, mobil lain sudah masuk, dan Mahira tersenyum manis mengetahui Maya yang turun dari mobil itu, “Tunggu!”Sopir itu mengangguk dan diam menunggu Mahira akan mengatakan apa.“Masuk dulu, ya, Sayang? Kakak mau bicara sebentar.” Mencium Maya dan kembali menghadap sopir setelah Maya pergi, “Di mana kalian menyekap Maya?”“Maaf, Nona Mahira. Itu bukan wewenang saya untuk menjawab.”“Apa Felix membayarmu mahal? Aku juga put

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Mulai sinting

    Di kantor ... Felix mengerutkan kening saat sekretaris papanya masuk, “Aku sudah sering bilang padamu kalau Mahira adalah sekretarisku dan kau harusnya paham siapa yang mengantar dokumen itu ke sini.”Sekretaris papanya menghela napas, meski kesalnya bukan main, tetap tersenyum untuk menghormati pimpinannya, “Tuan Felix, nona Mahira tidak masuk hari ini.”“Bukankah nanti sore ada meeting, ke mana dia tidak masuk? Kau tidak meneleponnya? Dia tidak boleh lalai dalam pekerjaannya, kan?” Felix menarik dokumen itu kasar dan menandatanganinya dengan cepat.“Saya sudah meneleponnya beberapa kali dan hasilnya tetap nihil. Tadi tidak diangkat dan sepertinya sekarang teleponnya mati karena tidak tersambung, Tuan.”Felix membuang napas kasar. Mahira memang meninggalkan ponsel itu ke apartemennya, ternyata meski menyerahkan diri, Mahira masih begitu membenci, Felix harus memikirkan cara lain agar Mahira jinak padanya. “Batalkan saja meetingnya. Aku ada urusan, kalau dia bisa datang meeting saja d

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Keputusan gila

    Felix tersenyum, menarik tangan Lexi dan mengecupnya, baru kemudian diletakkan di paha, “Hanya di depanmu aku bisa menjadi diriku sendiri, Lexi. Aku memang mencintai Mahira, tetapi kita sama-sama tahu kalau dia adalah adik tiriku sekarang. Sambil menunggu apa langkah yang harus kuambil, tetap denganmu aku membagi semuanya, Lexi.”Mendengar itu, Lexi jadi gusar, “Kebaikan itu membautku takut, Felix.”“Takut?”“Aku takut kalau kebaikanmu membuatku jatuh cinta.” Membuang muka. Lexi melihat ke arah luar.Felix malah tertawa, “Kau bisa melakukan itu sesukamu, Lexi. Aku tidak akan melarangmu.” Mobil sampai di rumah Lexi, “Aku tidak bisa menjemputmu besok pagi. Sopir akan datang nanti malam. Jangan kawatir. Aku pulang dulu.” Felix langsung ke apartemennya. Baru saja masuk, siapa yang dilihatnya, membuat Felix terkejut, tetapi dia langsung tersenyum untuk menyembunyikan rasa keterkejutannya, “Kau di sini?”Mahira yang memang sudah menunggu Felix dari tadi, langsung melempar ponselnya, matanya

  • Di Bawah Selimut Mr. Jaxx   Tak menyangka

    Mahira membuka mata perlahan, terkejut karena dia malah berbaring dengan berselimut, meski pakaiannya masih lengkap, kenangan beberapa hari lalu masih saja membuatnya takut setiap tertidur di dekat Felix. Dia memang sendiri dan dia takut tak mengingat apa pun saat ketiduran.Felix baru saja ke luar dari kamar mandi, hanya dengan menggunakan handuk, langsung mengeringkan tubuh tanpa malu, dan berganti baju, “Kau sudah bangun?”Mahira yang memilih untuk membuang muka, tetap enggan menjawab pertanyaan itu, “Apa aku tidak malu?” bentanya lebih membuatnya nyaman dari pada menjawab pertanyaan Felix.Terkekeh, “Tidak. Aku sudah pernah telanjang di depanmu meski waktu itu kau masih tidur.”“Kau yang sengaja membuatku tak sadarkan diri, Felix. Itu kriminal.”“Ya dan aku bersyukur sudah melakukan itu padamu.” Felix yang baru saja selesai ganti baju, langsung ke dapur, melihat makanan yang tadi dibungkus dari kafe, langsung dihangatkan, dia akan memakannya setelah ini.Mahira turun dari ranjang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status