Share

7. Gairah Aneh

Penulis: Sarangheo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-08 17:10:49

PET

Lampu didalam kamar mati, sedetik kemudian terdengar kenop pintu di putar. Aku segera menoleh, pintu terbuka setengah, sesosok tubuh tinggi muncul dan berdiri tegap di depan pintu. Kupikir itu adalah Bang Awan. Tapi ku perhatikan dengan sungguh-sungguh, kalau sosok itu bukanlah bentuk dari tubuh Bang Awan, ataukah sosok tersebut adalah petugas hotel yang ingin memeriksa keadaan? Ya mungkin saja, pikirku menenangkan perasaanku sendiri.

"Bang, apakah itu kamu?" Tanyaku penasaran.

Jika sosok itu bukan bang Awan, lalu siapa? Tidak mungkinkan ada orang yang salah masuk kamar. Aku terus menghitung-hitung segala kemungkinan saja bisa terjadi.

"Bang, kok ngak jawab sih? Jangan buat Aku takut dong." Ucapku lagi.

Tapi sosok itu cuma berdehem sembari menutup kembali pintu kamarnya. Kini hanya ada rasa takut bercampur remangnya di ruangan tanpa cahaya ini untung saja masih ada sedikit cahaya dari balik jendela kaca di samping. Ya, Aku hanya bisa mengandalkan cahaya bulan di luar sana. Mungkin bisa dikatakan kebetulan, tapi lagi-lagi Aku masih dihantui beribu-ribu kebingungan.

Astaga Aku baru teringat jika bang Awan memang akan memberiku kejutan. Aku yakin ini pasti kejutan! Kira-kira apa ya yang bakalan bang Awan persembahan kan untukku? Sedikit rasa takut itu perlahan menghilang. Aku yakin saja kalau ini adalah kejutan! Bang Awan sengaja mematikan lampunya.

Kini sosok tinggi itu perlahan mendekatiku, diapun ikut duduk di sampingku.

"Bang, Abang bakalan ngasih kejutan apa sih buat Aku? Jangan bikin takut deh, ini ngak lucu sama sekali bang! Mana pakai acara matikan lampu lagi, kayak film horor saja!" Omelku datar.

Dia tak juga menjawab, namun tiba-tiba saja dia langsung maju dan menindih tubuhku. Awalnya Aku ingin menolak tapi entahlah hangat tubuhnya yang kurasa menempel di tubuhku seakan menjadi enggan untukku menolaknya. Tak seperti biasanya dia seperti ini, Aku terus mengikuti keadaan. Tak berapa lama kemudian, dia langsung mengecup bibirku dengan sangat rakusnya sehingga membuatku kewalahan.

"Bang pelan-pelan, Aku sesak tahu ngak sih." Protes ku di sela-sela ciuman panasnya.

Sekarang ciuman itu tak lagi di bibir tapi turun menjelajahi leher halus ku. Akupun menggeliat kegelian tapi demi Tuhan Aku tak bisa membohongi birahiku yang ikut naik juga. Aku sangat senang dan menikmatinya! Baru kali ini Aku bisa merasakan kepuasan yang tiada tara, Bang Awan benar-benar lelaki perkasa.

Entah sudah berapa lama kami bermain-main dengan gairah ini, yang jelasnya Aku ketagihan. Setelah selesai memadu kasih, Aku berbaring memeluknya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Pagi harinya Aku terbangun karena sinar matahari mulai masuk pada celah-celah fentilasi di kamar itu, kubuka mataku perlahan dan kulihat Bang Awan masih tertidur pulas disampingku. Aku tersenyum lagi mengingat apa yang sudah terjadi pada kami semalam, tanpa sadar wajahku mendekat serta mendaratkan kecupan singkat pada pucuk keningnya. Tiba-tiba Aku menjadi sayang padanya, padahal sebelumnya Aku sangat enggan memulai apapun dengannya tapi sekarang permainan cinta semalam seolah mengubah segalanya.

'Andaikan saja Bang Awan bersedia menyerahkan cintanya padaku, pasti Aku juga begitu tapi sayangnya kita harus berlainan perasaan.' Batinku dalam hati.

Kuelus-elus perutku yang masih kecil. Rasanya kasihan pada janinku ini, kenapa dia harus tercipta dari Ayah seperti Bang Awan ini! Sudah kasar tak mau bertanggung jawab lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   52. Masih Bernafas

    "Dion ini aku." Cercanya langsung. "Bagaimana kabarmu hari ini? Aku akan memeriksa kakinya dan mungkin juga kau harus melakukan pijat refleksi lagi." Tanya Pras pelan. Dion menoleh dan memberinya senyum. "Kau tahu bahwa hari ini aku baik-baik saja." Dion berkata sambil meletakkan pelan cangkir kopi yang dia pegang. Pras membalas senyumnya dan mulai berjalan mendekatinya, lalu secara pelan pria itu menjongkok. Pras memegang kakinya dan mulai melakukan penekanan. "Apa ini sakit?" Tanyanya. "Tidak." Jawab Dion mantap. "Lalu bagaimana dengan ini?" Pras menekan lebih kuat lagi. "Juga tidak sakit." Dion menggeleng. "Baik, setelah ini kau harus pergi kerumah sakit, saraf kakimu masih perlu pemeriksaan." Jelas Pras kalem. "Baik." Dion memalingkan wajahnya. "Kau sudah bisa berjalan kan?" Pras lalu berdiri. "Jangan khawatir." Dion mencubit hidung mancung nya sendiri. Lalu pria di sampingnya ikut duduk. "Dion, semalam aku mendapat informasi dari bawahanmu, ya dia menghubungiku karena

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   51. Prasetyo

    Melisa berjalan mendekati Dion, aroma parfum itu sungguh menyebar kemana-mana. "Sayang, kau sudah mandi? Apa perlu aku memandikanmu? Tapi ini sudah sangat larut, bagaimana jika kita tidur saja?" Katanya pelan. Lelaki tampan itu tetap dingin dan tanpa ekspresi. Tak perlu jawaban Melisa langsung mendorong kursi roda yang di duduki Dion menuju ranjang mereka, setelah sampai Melisa ingin membantunya berdiri tapi tangan kekar Dion segera menepis nya. "Apa ada yang salah?" Tak ada jawaban, Dion langsung saja memapah tubuhnya sendiri keatas ranjang, perempuan cantik itu hanya menatapnya dengan tarikan nafas yang kesal namun dia harus menahannya demi permainan cantik dirinya dan sang ibu. Melisa kini perlahan mendekatinya, sontak saja pria itu terkejut. "Melisa, apa yang kau lakukan? Kembali ke kamarmu." Hardik Dion keras. "Sayang kecilkan suaramu, bagaimana kalau malam ini kita jadikan malam yang takkan pernah terlupakan, kau tahu kan bahwa sekarang aku adalah istrimu." Tangan halu

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   50. Jahat

    Saat itu jarum jam tepat menunjuk pada angka sebelas dimalam hari. Melisa dan Sri tampak tertawa kecil di balkon rumahnya."Oh malangnya nasibmu sebagai jalang yang tak tahu diri, pasti kau sudah tenangkan di alam sana?" Ujarnya dengan wajah tanpa ekspresi ketika dia melihat kiriman video yang baru saja bodyguardnya kirimkan."Sekarang, kau bisa lebih leluasa memiliki Dion putriku. Perempuan jalang itu memang pantas di lenyapkan dari muka bumi ini." Sri menatap sang anak. Anggukan bahagiapun terlihat dari raut wajah melisa yang memerah."Bagaimana jika kita rayakan kemenangan ini bu.""Jangan dulu nak, ibu takut jika ada yang mencurigai kita, sekarang pulanglah mungkin saja Dion mencarimu.""Aku sudah sedikit ifill padanya bu." Dalam sekejap wajah melisa yang memerah tadi berubah."Ada apa?""Bukannya ibu tidak tahu bagaimana perubahan Dion setelah kecelakaan meminum racun itu, dia lebih banyak berdiam dan bahkan sekarang dia lumpuh, apalagi yang bisa kubanggakan dari dia bu.""Oh kau

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   49. Cinta Kita Haruskah Berakhir

    Rasa putus asa serta bingung, itulah yang kurasakan sekarang, ruangan ini sungguh membuatku serasa ingin mati. Ketika aku tenggelam dalam ketakutan. Tiba-tiba terdengar deritan pintu di buka. Aku menoleh, sesosok bayangan seorang wanita muncul diikuti beberapa pria di belakangnya. "Selamat datang calon menantuku yang bodoh, bagaimana rasanya? Pasti kau sangat kebingungan ya ketika di bawa keruangan ini?" Ujarnya seperti berbisik. Senyuman sinis kini terlihat dari bibirnya yang merah merona. "Apa mau kalian!" Bentakku kemudian. "Baiklah, sekarang aku akan menjelaskannya padamu jadi kuharap kau bisa bekerja sama." Aku bungkam, masih memahami keadaan ini, bagaimana aku tidak bingung. Ketika aku naik mobil bersama pria misterius itu, di tengah perjalanan tiba-tiba tiga orang pria menyergap kami dan langsung membawanya kesini. Oh ya kupikir mungkin aku di culik? Tapi untuk apa orang-orang ini menculikku? Aku bukan siapa-siapa, bukan pula orang yang terkenal? Mungkinkah mereka butuh gi

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   48. Tentang Kak Dina

    Dia seolah tak perduli akan deringan ponsel yang terus berbunyi. Alhasil endingnya dia nonaktifkan juga ponsel itu. Seketika suasanapun kembali sunyi.Sudah seminggu Arya dibuat pusing oleh Dina dan pada akhirnya pilihan lelaki itu adalah berselingkuh demi memuaskan nafsu biologisnya yang terus saja menuntut. Arya masih muda dan sebagai lelaki yang sudah menikah tidak mungkin dia akan bisa hidup tanpa kebutuhan itu.Mas Arya pulang ketika hari sudah gelap, keadaan rumah sunyi, lelaki berperawakan tinggi itu langsung masuk kekamar dan melihat kak Dina tengah memeluk anak semata wayang mereka."Mas kamu baru pulang?" Tanyanya serak karena saat itu kak Dina baru saja bangun tidur. Dia bangun ketika mendengar langkah kaki mas Arya."Sudah.""Mas sudah makan?""Sudah. Ada apa tadi sore kamu telpon? Mas lagi sibuk dan lain kali jangan ganggu mas, maskan lagi memulai bisnis.""Bisnis apa mas? Kitakan sudah enak kerja di PT dan gajinya juga menjanjikan!""Gaji kita belum cukup untuk pendidika

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   47. Mas Arya Selingkuh

    Setelah kurasa perjalananku sudah cukup menjauh dari rumah sakit, aku duduk sejenak di sebuah rumah kosong. Sambil sesekali memijit kakiku yang pegal. Dor! Terdengar suara tembakan dari arah yang berlawanan, kontan aku yang berada di situ seketika menggigil ketakutan. Tanpa bisa ku tebak dari mana sumbernya tiba-tiba sebuah tangan yang kekar menarikku kuat. Aku tak bisa mempertahankan diriku sendiri, aku terpaksa mengikutinya dan entahlah sudah sejauh mana aku dan pria misterius itu berlari. "Berhenti! Tolong berhenti! Siapa kamu?" Tanyaku berani-berani takut. Dia tak menjawab, wajah itu tertutup kain, tentu saja aku tak mengenalinya. Lalu perlahan-lahan aku ingin menjauh darinya namun itu hanya mimpi, pria itu tak akan semudah itu melepaskanku. "Kau harus ikut denganku!" Terdengar suara barito. "Tidak! Biarkan aku pergi." "Bagaimana aku bisa membiarkanmu pergi, kau dalam bahaya nona." Ujarnya lagi. "Drama tragis apa lagi ini?" Aku benar-benar tak mengerti apa maksud dari pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status