Beranda / Romansa / Di Ranjang Majikanku / 35. Peringatan Papi

Share

35. Peringatan Papi

Penulis: Keke Chris
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-15 00:52:51

Udara di ruang kerja Bhaga terasa membeku. Bhaga yang masih berdiri kehilangan tenaga untuk bergerak. Setiap kata dari Djati menghunjam harga dirinya.

Berselingkuh dengan pembantu. Lalu bagaimana dengan Celia? Apa merasakan kebahagiaan itu dilarang? Bersama Celia, bahkan untuk tersenyum saja terasa berat.

Ayahnya, Djati, duduk dengan tegak, tangannya mengetuk meja pelan dengan irama yang membuat Bhaga semakin tegang.

"Celia yang memberitahuku," ujar Djati akhirnya, memecah kesunyian. Suaranya datar, tapi penuh kuasa. "Dia cukup kesal, memprotes kesepakatan pernikahan sebelumnya, minta cerai. Bisa kupahami."

Bhaga hanya bisa diam, tangannya mengepal di bawah meja. Bibirnya sudah terbuka ingin menjawab, tapi tak ada suara yang keluar.

Rasa segan dan takut yang sudah tertanam sejak kecil pada ayahnya membuatnya tidak berkutik. Djati adalah orang yang sangat tegas, disiplin, dan taat aturan. Dia lah yang telah membentuknya menjadi pewaris tunggal yang jarang kalah, mengajarkannya bah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Ranjang Majikanku   44. Semakin Retak

    Pintu penthouse terbuka lebar, dan mata Ardan yang masih berkabut kantuk langsung melebar. "Kak Bin?!" teriaknya, tidak percaya. Binar berdiri di balik pintu dengan senyum lebar dan mata berkaca-kaca. "Selamat ulang tahun, sayangnya kakak.” Dengan energi yang tiba-tiba meluap, Ardan dengan cepat melepaskan genggaman Bhaga dan melompat menerjang, memeluk erat pinggang Binar. "Kak Bin. Ardan kangen. Ardan pikir Kak Bin enggak mau ketemu Ardan lagi!" Bhaga tersenyum, lega melihat kedekatan itu dan yang pasti, Ardan terlihat begitu bahagia. Binar berjongkok, memeluk balik tubuh kecil itu. "Sshh, Kakak juga kangen. Ini, kakak punya hadiah untuk Ardan," ujarnya sambil menyodorkan bingkisan. Ardan dengan girang berlari masuk, naik ke atas sofa dan merobek kertasnya, sebuah buku cerita bergambar dan perlengkapan melukis, lengkap dengan beberapa kanvas kecil. Dia memekik kegirangan.“Terima kasih, Kak Bin! Ardan suka!” Binar dan Bhaga menyusul Ardan dan Binar tak bisa mengungkapkan kebah

  • Di Ranjang Majikanku   43. Kado Spesial

    Mobil mewah itu meluncur mulus dan berhenti di bawah sebuah menara apartemen berlantai lima puluh yang megah. Kaca-kacanya berkilauan memantulkan sinar matahari. Binar yang masih mengenakan pakaian sederhananya merasa tidak pantas menginjakkan kaki di area ini."Kita ke mana?" tanyanya bingung saat Bhaga membawanya keluar dari mobil dan langsung menuju lobi yang mewah. "Ini tempatku," jawab Bhaga singkat, tangannya memegangi punggung Binar dengan posesif. Mereka masuk ke lift kaca yang melesat cepat. Binar menahan napas, melihat pemandangan kota yang semakin mengecil di bawahnya. Lift berhenti di lantai paling atas. Pintu terbuka langsung ke sebuah pintu kekar nan mewah dari sebuah penthouse yang Binar tak sanggup bayangkan dalamnya. Benar saja. Begitu mereka menginjakkan kaki di sana, Binar menelan ludah susah payah. Dia terpaku dan merasa sangat kecil, melihat ruangan yang begitu luas dan mewah. Lantai marmer putih mengilap, perabotan minimalis nan elegan, dan dinding kaca dari l

  • Di Ranjang Majikanku   42. Pagi Di Kos Binar

    Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah jendela kayu yang lapuk, menerobos masuk ke dalam kamar kos yang sempit dan pengap. Sinar itu menyorot tempat tidur, menari-nari di atas dua tubuh yang terlelap di atas kasur tua yang ambles di tengah. Binar terbangun lebih dulu. Matanya perlahan terbuka, menatap langit-langit kamar yang bernoda kecokelatan. Lalu, pandangannya turun, menatap pria di sampingnya. Binar tersenyum pahit.“Bagaimana mungkin aku dengan lancang menyukaimu.” Telunjuknya menyusuri wajah Bhaga perlahan, berusaha agar tak membangunkannya. “Lihatlah, betapa tampannya dirimu dan apalah aku ini.” Dia menyangga kepalanya dengan tangan dan masih terus mengagumi Bhaga. Mantan majikan tersayang, lalu apa hubungan kita sekarang? benak Binar terus bertanya. Bayangan kebersamaan mereka berputar di kepalanya, dan bagaimana dia sudah menyerah, berpikir mereka tidak akan bertemu lagi. Tapi takdir memang selalu bermain-main dengannya. Bhaga tidur dengan wajah yang tak lagi tega

  • Di Ranjang Majikanku   41. Rencana Celia

    Brak! Pintu kamar hotel 1204 terbanting terbuka. Celia masuk dengan napas tersengal-sengal, wajahnya merah dan berkeringat, rambutnya sedikit acak-acakan. Di tangannya, dia menggenggam ponsel yang layarnya sudah retak dan gelap. "Kevin, aku dapat buktinya!" serunya, suara masih bergetar karena campuran amarah dan adrenalin. Kevin yang sedang bersandar di balkon, langsung mendekat. "Bukti apa? Apa yang terjadi?" "Dia... Bhaga. Aku menangkap basah dia dengan jalang itu, Binar, si pembantu sialan! Mereka main dalam mobil, di parkiran belakang!"Celia mencoba menyalakan ponselnya dengan tangan gemetar, tapi hanya logo yang muncul sebentar sebelum mati lagi. "Sial! Aku punya fotonya di sini, tapi... tapi..." "Tenang, Sayang." Kevin mencoba menenangkannya, dia mengelus pelan kedua bahunya. "Ceritakan dari awal. Bagaimana kamu bisa memfoto mereka?" "Karena... karena aku melihat mobilnya di parkiran gelap! Aku penasaran, lalu kutemukan mereka di dalam. Dengan cepat, aku langsung ambil

  • Di Ranjang Majikanku   40. Kita Belum Selesai

    Kilatan flash dari ponsel Celia menyambar bagai kilat di kegelapan, membekukan momen memalukan antara Bhaga dan Binar di dalam mobil. Celia tersenyum puas. Bhaga mendesis kesal. Matanya menyipit karena silau, sebelum amarah yang membara meledak. “Celia!” Dengan gerakan kasar dia menarik celananya dan melompat keluar dari mobil, mendekat dengan cepat ke arah Celia dan meraih ponsel yang masih terkepal di tangan Celia. Di dalam mobil, Binar memekik kecil, dia kaget melihat kemarahan Bhaga. Dengan cepat dia merapikan pakaiannya yang berantakan untuk menutupi tubuhnya yang masih terbuka. Rasa malu dan panik membuatnya sedikit gemetar. “Berikan itu padaku.” Bhaga geram, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Celia. “Tidak akan!” teriak Celia, berusaha melepaskan diri. “Ini bukti perselingkuhanmu!” Bhaga dengan cekatan berhasil merebut ponsel itu dengan mudah dan tanpa pikir panjang, dengan seluruh kekuatan juga rasa frustrasi, dia membantingnya ke aspal. Brak.Ponselnya pecah,

  • Di Ranjang Majikanku   39. Melepas Kerinduan

    Kondisi di dalam mobil sudah berada di ketegangan yang berbeda. Udaranya terasa panas meski pendingin masih menyala kencang. Kini keduanya mulai bernapas berat karena hasrat yang lama tertahan. “Ah… ah…”Desahan Binar terdengar di ruang gelap dan sempit itu. Pakaiannya sudah berantakan, kancing baju terlepas dan celana melorot. Sementara jari terampil Bhaga sudah memasuki dirinya dan mengelus bagian dalam hingga Binar gemetar dan menegang.Ada senyum samar pada bibir Bhaga. Dia merindukan ini, wajah Binar, ekspresinya yang penuh kenikmatan, deru napas dan desahannya, cara tubuhnya berdenyut dan merespons sentuhannya.“A-a-Tuan!” rintih Binar, badannya menegang saat mencapai puncak. “Ah!”Terdengar bunyi samar air yang merembes saat Bhaga melepaskan jarinya dari bagian inti Binar. Permukaan kulitnya mengkilat basah di bawah cahaya temaram.“Gadis pintar,” bisik Bhaga, mengecup lembut bibir Binar yang masih terengah-engah.Bhaga tidak melepaskan Binar dari pelukannya. Satu tangan terus

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status