Home / Romansa / Di Ranjang Majikanku / 39. Gelap dan Sempit

Share

39. Gelap dan Sempit

Author: Keke Chris
last update Last Updated: 2025-10-18 03:56:06

Kondisi di dalam mobil sudah berada di ketegangan yang berbeda. Udaranya terasa panas meski pendingin masih menyala kencang. Kini keduanya mulai bernapas berat karena hasrat yang lama tertahan.

“Ah… ah…”

Desahan Binar terdengar di ruang gelap dan sempit itu. Pakaiannya sudah berantakan, kancing baju terlepas dan celana melorot. Sementara jari terampil Bhaga sudah memasuki dirinya dan mengelus bagian dalam hingga Binar gemetar dan menegang.

Ada senyum samar pada bibir Bhaga. Dia merindukan ini, wajah Binar, ekspresinya yang penuh kenikmatan, deru napas dan desahannya, cara tubuhnya berdenyut dan merespons sentuhannya.

“A-a-Tuan!” rintih Binar, badannya menegang saat mencapai puncak. “Ah!”

Terdengar bunyi samar air yang merembes saat Bhaga melepaskan jarinya dari bagian inti Binar. Permukaan kulitnya mengkilat basah di bawah cahaya temaram.

“Gadis pintar,” bisik Bhaga, mengecup lembut bibir Binar yang masih terengah-engah.

Bhaga tidak melepaskan Binar dari pelukannya. Satu tangan terus
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bunda Thavires
heran deh perasaan yg ke gap bhaga trs pdhl istrinya lbh parah kelakuannya,kesel
goodnovel comment avatar
Dion Bimo
ko kayanya cuma si cwo yg disalahkn padahl cwe nya juga selingkuh terang2 an pie to penulis,jd gemes ak SMA istrinya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Di Ranjang Majikanku   127. Keputusanku Tetap sama

    Bhaga mengikuti Binar yang masuk ke kamar dengan langkah lunglai. Lagi-lagi, Binar merasa kecil diri. Merasa tak pantas dan ingin menyerah.Namun, sebelum itu terjadi. Bhaga memeluknya dari belakang dengan lembut. Langkah mereka terhenti. Binar menunduk, memperhatikan tangan Bhaga yang melingkar di perutnya. Lengan yang kuat dan selalu membuatnya nyaman.“Aku tidak akan bertunangan dengan Selene atau siapa pun. Percayalah padaku. Aku hanya akan menikah denganmu.”Tak ada jawaban. Binar sudah mendengar janji itu berulang kali, tapi Bhaga tak pernah menikahinya.Bhaga meletakkan dahinya ke pundak Binar. Dia menutup mata sejenak, frustrasi menyelimutinya. Selalu hal seperti ini yang menganggu hubungan mereka. Baru saja mereka merasakan kebahagiaan, kini seperti kembali ke titik awal lagi. Lalu apa yang harus dia lakukan?“Sayang…”Ponsel di sofa kembali berdering tak berhenti. “Sebentar ya.” Bhaga mengambil ponselnya dan kembali menghampiri Binar dan duduk di sebelahnya.“Apa lagi, Mi?”

  • Di Ranjang Majikanku   126. Aromamu Di Tubuhku

    Bhaga membuka mata, mengusap wajahnya dengan tangan. Dia masih sangat mengantuk, tapi sepertinya matahari sudah meninggi. Kepalanya menoleh dan sedikit bingung saat melihat tak ada Binar di sana.“Sayang…?”Dia nyaris panik, tapi mendengar suara gemericik air di kamar mandi membuatnya kembali berbaring dan bernapas lega. Sungguh, ditinggalkan oleh Binar begitu saja ditambah dengan persoalan Selene yang belum selesai, membuatnya semakin takut kehilangan Binar.Perlahan dia duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Dia kembali mengusap wajahnya kasar. Tubuhnya sungguh lelah.Kemarin dia menghabiskan hari dengan banyak rapat penting dan saat mendapat kabar tentang Binar, tak berpikir dua kali, dia langsung memutar mobilnya dan mengebut ke sini.Seolah lupa dengan semua beban itu begitu bertemu Binar, Bhaga yang dibutakan oleh rasa rindunya malah melepaskan hasratnya pada Binar, lagi dan lagi sepanjang malam.Tangannya mengulur ke nakas, hendak mengambil ponselnya. Namun, ponsel Binar b

  • Di Ranjang Majikanku   125. Teruskan, Ini Nikmat

    Bhaga memperhatikan setiap inci tubuh Binar.“Kamu baik-baik saja? Bagian mana lagi yang terluka?” Binar terdiam sambil melihat raut khawatir Bhaga yang mencari-cari lukanya. Pria ini, entah bagaimana caranya tahu keadaan Binar yang baru saja nyaris terperosok ke jurang.Binar menggeleng. “Tidak ada, hanya luka goresan ini saja. Itu pun tidak dalam, hanya sedikit perih.” “Besok kita ke dokter ya.” “Tidak mau. Cuma lecet sedikit.”“Sudah terluka, masih saja keras kepala,” tegur Bhaga.Mata Binar berkaca-kaca. Bibirnya bergetar halus saat matanya bertemu dengan mata Bhaga. Dia menjilat bibirnya. Tanpa diminta, Binar mendekatkan dirinya dan mengulum bibir Bhaga dalam. Suara decapan bibir mereka yang beradu memenuhi kamar itu, dan ketika tautan bibir mereka terlepas, Binar sudah bersemu merah.“Kan bisa … kamu sembuhkan saja,” bisik Binar kecil.“Hm? Aku bukan dokter, Sayang.”Binar menggigit bibir. “Maksud aku, sembuhkan dengan sentuhanmu.”Bhaga diam, tapi dalam hatinya bersorak ge

  • Di Ranjang Majikanku   124. Umpat Aku Sambil Memuaskanmu

    Dari balik semak belukar yang lebat, Ari, mengamati Binar dengan rasa serba salah. Tangannya sudah menggenggam erat senter besar dan tali yang selalu dia bawa.Ari ingin turun membantu, tapi perintah bosnya jelas. Jangan sampai Binar tahu keberadaannya. Tapi kalau Nona-nya itu terluka, dia juga yang bisa dalam bahaya. Pria itu mendekat, melihat keadaan Binar. Dia sedikit lega, karena Binar kini ada di tanah landai dan tidak begitu berbahaya lagi.Namun, hari semakin malam dan di dalam hutan begini keadaan akan semakin tidak memungkinkan. Ari sudah hampir siap melompat turun. Tapi telinganya menangkap suara langkah kaki cepat dan teriakan dari arah berlawanan. “BINAR?! BINAR, KAU DI MANA?!” Suara Tristan! Ari mundur, kembali menyelinap ke balik bayangan. Bagus. Dia datang. Suara langkah kaki semakin mendekat. Tristan berlari menerobos semak, wajahnya penuh kepanikan. Dia mendengar teriakan Binar dari kejauhan saat sedang memeriksa kebun. Dengan senter di tangan, dia menyusuri su

  • Di Ranjang Majikanku   123. Sempit Dan Gelap

    Nurma memeluk Selene yang kini sedang meringkuk di dadanya dengan isak kecil yang menyentuh hatinya.“Dasar anak kurang ajar, Bhaga! Sudah ditolong malah menyakiti seperti ini.” Selene sendiri menggigit bibirnya menahan tawa sambil berpura-pura terisak. Dia membiarkan dirinya tetap dalam pelukan Nurma yang kini sedang mengelus punggungnya dengan sayang. “Tante… jangan marah pada Bhaga. Dia pasti sedang kalut dan saat itu sedang mabuk. Dia pasti mengira aku adalah Binar,” Selene kembali menangis. “Apa pun kondisinya, dia tak boleh memperlakukan dirimu seperti itu. Tidak seperti Binar yang rendahan itu.” Nurma menepuk lengan Selene pelan. “Tante akan minta tanggung jawab sama anak itu. Kau tenanglah.” Selene langsung menegakkan tubuhnya, lepas dari pelukan Nurma. “Jangan, Tante. Aku takut Om Djati akan marah besar. Kasihan Bhaga.” Nurma berdecak. “Kamu memang anak baik, Selene. Sudah begini, Bhaga masih saja kamu bela,” Dia menghela napas. “Sepertinya ini pertanda, kalau kalian ada

  • Di Ranjang Majikanku   122. Bermain Api

    “Teh ini dari daun perkebunanku sendiri, nikmat kan rasanya?”Binar hanya mengangguk, tidak begitu mendengarkan penjelasan Tristan.Mereka duduk di salah satu gazebo yang menghadap ke kebun teh dengan segelas teh hangat di tangan mereka.Berulang kali Tristan menengok ke arah Binar, tapi wanita itu hanya diam dan menikmati teh sambil menatap lurus ke depan.Tristan menggigit bibirnya gemas, tak tahan karena harus terus menerus diam. Dia menghembuskan napas keras.“Hujan sudah berhenti. Dan dari pada aku melihat kau yang seperti patung, lebih baik kuajak kau berkeliling, aku akan jelaskan sistem kerjamu, sekalian kau bisa berkenalan dengan yang lain dulu.” Binar mengangguk lagi. “Baiklah, ayo.” Tristan tampaknya sedikit heran dengan sifat penurut Binar yang kelihatannya berlebihan. Wanita itu tidak pernah berpendapat apapun, tapi selalu menuruti perintah.Binar mengikuti langkah Tristan memasuki kebun teh yang kini mulai dipenuhi oleh para pekerja yang baru saja datang. Mereka mengha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status