Semalaman Lisa menimbang. Tekadnya sudah bulat. Dia ingin pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Kebetulan dia mengingat jika ada satu temannya yang bekerja di kota. Siapa tau, dia bisa menemukannya dan meminta bantuan.Pagi berikutnya,Ibu dan Bapak sangat terkejut saat Lisa mengatakan keinginannya. "Bagaimana dengan Kiki jika kamu pergi?" Bapak bertanya. "Aku akan membawa serta Kiki Pak, Bu,""Ya Allah, Lisa! Kiki itu masih bayi. Mana mungkin kamu ajak ke kota dan mencari pekerjaan? Kalau bisa dapat pekerjaan, kalau tidak? Kasihan Nak?" Ibu tentu terkejut dan tidak membolehkan Lisa membawa serta Kiki.Bapak melirik Lisa, melihat anak perempuan satu-satunya penuh tekanan seperti ini, Bapak sungguh tidak tega. Tadinya dia mengira dengan perceraian Lisa dan Tomi akan membuat hidup Lisa tenang. Tapi nyatanya Lisa malah jadi omongan dan merasa tertekan tinggal bersama mereka. Bapak merasa tidak tahan lalu dia berkata, "Jika itu sudah menjadi keputusanmu Lisa, bapak akan mengijinkan. Ta
Ibu cantik itu beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Lisa. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk diberikan pada Lisa, tapi Lisa menolak."Tidak usah Bu," beberapa kali Ibu itu memaksa untuk memberi uang padanya, beberapa kali itu juga Lisa menolak."Saya ikhlas kok Bu, sudah, tidak usah.""Tidak apa-apa Nak, terima saja. Untuk beli susu adik bayi." mengatakan adik bayi, Ibu itu sambil melirik bayi dalam gendongan Lisa. Sesaat dia seperti ingat sesuatu.Wanita yang menolong Gilang tempo lalu, seorang wanita dengan bayinya. Ibu itu menjadi terharu. Wanita yang telah menolong Gilang dengan wanita ini sama baiknya. Saat Ibu itu sedang termenung, Kiki tiba-tiba menangis lagi. Ibu itu terkejut."Anak kamu menangis. Kenapa?""Iya Bu, mungkin dia haus, kalau begitu saya permisi dulu ya?""Memang kalian mau kemana? Biar sekalian kami antar ya? Bagaimana?"Ketika Ibu itu bertanya demikian, Lisa tidak menjawab karena dia memang belum tahu akan kemana. "Nak, kenapa?" Ibu itu bisa
Dua hari yang lalu sebelum Lisa memutuskan untuk pergi ke kota, Gilang yang dinyatakan sudah sehat kembali lagi ke desa, setelah sempat dibawa pulang oleh orang tuanya ke kota pasca kecelakaan waktu itu.Dia sengaja kembali ke desa itu karena memang masih meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Tetapi kepergiannya ke desa kali ini sebenarnya bukan hanya karena hal pekerjaan saja, melainkan dia ingin mencari keberadaan wanita yang telah menolongnya tempo lalu.Hari ini setelah pekerjaannya selesai, Gilang pergi ke desa yang sempat diucapkan sang suster pada Mamanya saat di rumah sakit.Gilang tak berhenti bertanya pada warga desa tentang ciri ciri wanita yang telah menolongnya. Tapi hingga menjelang sore, Gilang belum mendapatkan petunjuk sedikit pun.Saat dia sudah mulai putus asa, Gilang teringat sesuatu. "Kenapa tidak ke rumah Pak RT desa ini saja? Pak RT pasti malah bisa membantu." Gilang sedikit lega dan memutuskan untuk mencari rumah Pak RT saja dulu. Tapi saat dia mulai menj
Malam ini seperti sunyi bagi Lisa. Dia merebahkan tubuhnya yang terasa penat. Pikirannya mulai tak tentu arah karena beberapa hal. Ini membuat Lisa pusing.Dia belum sempat memberitahu kabar pada orang tuanya di kampung. Lisa berpikir pasti kedua orang tuanya saat ini sedang mengkhawatirkan dirinya.Lalu dia teringat saat menulis surat hingga melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan rumah orang tuanya di kampung, semua itu sangat sulit. Itu semua dia lakukan demi mengubah nasib, tapi sampai sekarang, Lisa belum ada pandangan untuk mendapatkan pekerjaan.Lisa juga sudah memikirkan untuk pergi dari rumah ini besok saja. Dia tidak mungkin akan merepotkan keluarga Bu Ranti terlalu lama."Aku harus segera mendapatkan pekerjaan, jangan sampai aku membuat Bu Ranti terbebani karena aku dan Kiki."Saat Lisa ingin memejamkan mata sebuah ketukan pintu terdengar dari pintu kamar dibarengi seruan memanggil namanya."Bu Ranti? Ada apa ya?" Lisa dengan kembali membuka matanya."Lisa… Lis… apa kamu
Azan isya berkumandang di masjid terdekat. Terlihat raut wajah Bu Saodah yang sedang gunda gulana di teras rumah miliknya.Dengan tangan menopang dagu, dengan pikiran tak tentu arah, duduk termenung sendirian di malam ini.Pak Usman membawa secangkir teh hangat dan mendekati Bu Saodah dengan menantap wajahnya."Bu." Seru pak Usman pada istri.Bu Saodah hanya menoleh tak menjawab, terlihat raut wajahnya yang sendu mengartikan segala isi hatinya saat ini.Pak Usman menyodorkan teh hangat yang ia bawa ke hadapan Bu Saodah."Minum dulu Bu, mana tahu hati Ibu bisa sedikit lega!" kata pak Usman. Bu Saodah menoleh ke arah secangkir teh yang ada di tangan pak Usman dengan perlahan meraihnya, walau beberapa kali Pak Usman harus membujuk sang istri.Setelah Bu Saodah meraih teh hangat dari tangan suaminya. Pak Usman meletakkan daging bokongnya di samping sisi Bu Saodah.Dengan lirih pak Usman berkata, "Ibu masih memikirkan keberadaan Lisa ya Bu?"Bu Saodah hanya menatap sesaat pada pak Usman."
Sejak Lisa pergi dari kehidupan Tomi dan sejak itulah Tomi menjalin kasih bersama Juli, seorang janda anak dua. Walau Juli berstatus janda akan tetapi dirinya tak kalah cantik dan menawan layaknya seorang gadis.Berkulit putih, ayu rupawan, rambut lurus yang diberi warna kecoklatan bagaikan bule luar negeri dengan bulu mata yang cetar menambah kecantikan fisik Juli di mata para lelaki.Juli juga tak pernah sungkan untuk berkunjung dan berpergian bersama Tomi maupun bersama Ibu Tomi sekalipun.Bahkan gunjingan para tetangga kerap tak dianggap oleh mereka.Sejak kepergian Lisa, para tetangga sekeliling selalu membicarakan tentang kedekatan Tomi bersama Juli janda anak dua itu.Mereka juga sering sekali mengumpat Juli di belakang tanpa sepengetahuan Juli dan Tomi.Seperti di waktu saat Juli hendak membeli sayuran tiba-tiba para ibu-ibu membicarakannya, hingga menimbulkan kegaduhan di siang itu."Awas ibu-ibu ada janda gatal, nanti kita sibuk dengan pekerjaan rumah, suami enak-enakan sama
Siang dimana Tomi berniat untuk menemui Juli, mengajaknya jalan-jalan, serta menikmati makanan kesukaan Juli. Pria dengan postur tubuh tinggi itu dengan semangat menemui kekasihnya. Penampilan rapi dengan aroma parfum yang begitu wangi, mengenakan jeans berwarna hitam dan Hoodie putih membuat Tomi semakin tampan bila di pandang para wanita khususnya Juli.Langkah kaki Tomi menuju rumah Juli yang tak jauh dari rumahnya. Senyum sumringah terlihat jelas di raut wajah Tomi saat hendak menemui Juli."Desta, di mana Mama mu?" Tomi bertanya kepada putri sulung Juli yang berada di teras rumah sedang asyik bermain gadget.Desta menatap ke arah Tomi, "Ada, mau Desta panggilkan, Bang?" jawabnya dengan ramah.Tomi tersenyum dan mengangguk, "boleh, suruh keluar Mamanya dan bilang Bang Tomi ada di luar.""Iya, beres. Tunggu sebentar ya bang?"Desta yang langsung masuk rumah dan memberitahu ibunya yang berada di dalam.Tomi tersenyum dan kemudian duduk di kursi teras rumah Juli tanpa disuruh. saat d
Gina mendekat ke arah Lisa dan juga Gilang. Menatap ke arah keduanya, sementara Lisa hanya tertunduk saat Gina menatap dengan tajam."Kenapa Lo diem? apa maksud Lo cerita-cerita tentang masalah gue ke wanita kampung ini." Tuding Gina pada Lisa.Gilang hanya diam saat Gina melontarkan kata-kata kasar pada Lisa."Cukup Gina, cukup!"Tiba-tiba Bu Ranti telah berdiri dibelakang mereka bertiga, menoleh ke arah suara Bu Ranti."Mama," lirih Gilang setelah melihat Bu Ranti di sana."Apa yang Kamu lakukan, Gina? Mama tidak pernah mendidik anak-anak mama menjadi orang yang merendahkan orang lain."Gilang mendekat di sisi Bu Ranti."Ma, tolong mengerti. Gina gak suka dengan wanita ini, bisa saja kan dia…""Cukup Gina!" Bentak Bu Ranti."Kenapa sih mama gak pernah mau mendengar kata-kata Gina. Kita itu pernah di tipu ma, jadi jangan melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya lagi!""Apa maksud kata-kata kamu itu, gina?" mata Bu Ranti melotot mengarah ke Gina."Maaf Ma, bu, bukan maksud Gina begitu,