Share

Bab. 7 Akan Segera Mencari Lisa

Gilang menatap suster yang baru saja masuk kedalam ruangan untuk memeriksanya, dia kemudian bertanya, "Sus, apa orangtua saya sudah dihubungi?"

"Sudah Mas. Mereka masih dalam perjalanan kemari. Tunggu ya?"

Gilang bernafas lega. Dia mengingat jika saat akan berangkat ke desa ini, Mamanya sempat mencegah. Menyuruh agar Gilang menunggu Papanya saja dan berangkat bersama.

Tetapi karena Gilang pernah berjanji pada Papanya jika akan menyelesaiikan Proyek itu seorang diri, dia akhirnya berangkat sendiri tanpa menunggu Papanya yang memang masih banyak pekerjaan di Perusahaan.

Gilang tidak pernah tahu jika Mamanya berusaha mencegah mungkin karena sudah mempunyai firasat tidak baik.

Gilang merasa sangat beruntung bisa ditolong oleh wanita itu. Wanita yang dia belum tahu siapa namanya. Tanpa dia, mungkin Gilang saat ini sudah tinggal nama. Bagaimana tidak dia berpikir seperti itu, dia melihat sendiri bagaimana mobilnya meledak dan terbakar habis.

Pintu ruangan terbuka membuyarkan lamunan Gilang. Bu Ranti sudah berlari masuk sambil berurai air mata.

"Putraku Ya Allah! Apa yang terjadi Nak?" Dia menangis tersedu memeluk Gilang.

"Aku gak apa-apa Ma. Sudah sudah. Gilang selamat kok. Cuma luka ringan." Gilang menepuk-nepuk punggung Mama dengan halus.

"Tapi mobilmu sampai meledak Gilang. Apa yang terjadi?" Pak Ginanjar bertanya.

Dia juga sangat khawatir, saat dia berangkat kesini tadi dia langsung menghubungi seseorang untuk mengusut kecelakaan yang terjadi pada putranya. Mereka memberi kabar jika Mobil Gilang meledak dan terbakar habis.

"Gilang tidak tahu pastinya Pa, tapi rem mobilku tiba-tiba blong ketika Gilang pulang dari Area Proyek. Aku kehilangan kendali dan menghantam pohon. Untung saja," Gilang menjeda kalimat.

"Untung kamu bisa keluar dari mobil Nak. Kalau tidak,"

"Enggak Ma. Bukan seperti itu. Seorang wanita dengan bayinya yang telah menyelamatkan aku."

"Hah!" Bu Ranti dan suaminya terkejut.

"Seorang wanita? Jadi maksudmu ada orang yang telah menyelamatkan kamu?" tanya Pak Ginanjar.

"Gilang terjepit Ma, Pa. Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Aku berteriak minta tolong. Tidak ada siapapun yang lewat kecuali wanita dengan bayinya.

Wanita itu yang menolong Gilang. Dia yang menghancurkan pintu mobil dengan batu dan menarik tubuh Gilang keluar. Mobil itu meledak setelah beberapa saat dia berhasil menyeret tubuhku menjauh." jelas Gilang. Itu membuat kedua orang tuanya terkejut bukan main.

"Astagfirullahaladzim, Gilang…! Untung wanita itu mau menolongmu! Kalau tidak Ya Allah….." Bu Ranti kembali memeluk Gilang dan menangis histeris.

"Sekarang, mana wanita itu? Kita patut berterima kasih sebanyak mungkin padanya." ucap Pak Ginanjar. Dia merasa bersyukur ada wanita yang berhati Mulya dan mau menolong Putranya hingga selamat dari maut.

"Dia tadi yang mengantar Gilang ke rumah sakit, tapi kata Suster dia sudah pulang karena bayinya rewel. Gilang tidak sempat tahu namanya juga tempat tinggalnya dimana."

Kedua orang tua itu terlihat sangat kecewa. Padahal mereka sudah sepantasnya mengucapkan terima kasih pada wanita itu.

"Apa dia tidak meninggalkan pesan atau apa gitu sama Suster?" Bu Ranti bertanya.

Gilang menggeleng, "Mama coba tanya pada Suster saja. Siapa tahu ada."

Bu Ranti setuju, dia memang perlu tahu wanita yang telah menolong Putranya. Kemudian pergi menemui suster.

"Wanita itu hanya sempat mengenalkan diri jika bernama Lisa. Itupun karena kami bertanya. Selebihnya lagi tidak ada, karena dia mengatakan jika tidak mengenal saudara Gilang. Hanya kebetulan melihat kecelakaan dan membantu saja. Dan Mbak Lisa pulang ke rumah orang tuanya yang katanya ada di desa ujung kota ini Bu. Dia tidak menyebutkan alamatnya."

Bu Ranti merasa kecewa mendengar penjelasan dari Suster itu. Dia kembali ke ruangan Gilang.

"Gimana Ma, suster tahu?" Tanya Gilang tanpa sabaran.

Bu Ranti menggeleng. "Suster tidak tahu, tapi kata Suster, dia bernama Lisa. Rumah orangtuanya ada di desa ujung kota ini. Tapi kan desa disana itu tidak cuma satu." Jawab Bu Ranti.

Pak Ginanjar menoleh pada Putranya, "Kamu tidak mengingat wajahnya?" Dia bertanya.

"Ingat Pa. Aku pasti ingat jika kembali bertemu."

"Baguslah. Kamu pasti bisa menemukannya suatu saat nanti. Sekarang kamu harus fokus pada kesehatanmu dulu. Dan Papa, akan mengusut kecelakaan yang menimpamu ini. Mustahil rem Mobil kamu mengalami Blong jika tidak ada penyebabnya. Papa khawatir ini hanya sebuah sabotase. Tidak tahu berasal dari mana, tetap harus diselidiki. Mudah mudahan saja ini benar-benar musibah, sebab kalau bukan, artinya ada yang sengaja ingin membuatmu celaka."

Gilang menarik nafas, dia berpemikiran sama dengan Papanya. Karena setahu dia, mobil miliknya itu tidak pernah telat dari servis. Bahkan baru diservis sebelum dia berangkat ke kota.

Baiklah, Gilang menurut. Dia akan fokus pada kesembuhannya terlebih dahulu dan akan segera mencari wanita yang telah menyelamatkannya nyawanya. Dia benar-benar patut untuk berterima kasih padanya.

Di tempat lain.

"Jika ditanya, jujur Bapak lebih lega Lisa menjadi janda daripada punya suami tapi seperti janda! Dibilang ada suami tapi Lisa tidak keurus. Lebih baik anakku menjadi janda daripada harga dirinya terinjak-injak!" ucap Pak Usman ketika Lisa selesai menceritakan bagaimana kehidupan dia selama menjadi istri Tomi.

Sebenarnya bukan hanya aduan dari Lisa saja yang sudah membuat Pak Usman sakit hati, tetapi beberapa warga desa dari desa Tomi pernah beberapa kali mengadu, saat tak sengaja bertemu dengan Bu Saodah di pasar dan acara di kampung sebelah.

Mereka mengatakan jika Lisa kurus kering, suka dihina dan dimarahi Mertua sekaligus suaminya.

Hanya saja, Mereka belum pernah mendengar langsung dari anaknya sendiri. Jadi mereka masih menunggu keterbukaan dari Lisa.

Selama ini Lisa memang menutup rapat-rapat dari orang tuanya tentang kehidupan dia disana.

Pernah sekali waktu Ibu pergi menjenguk dia, tapi baik Tomi dan Bu Marni pandai bersandiwara. Mereka berpura-pura menyukai Lisa didepan besannya.

Padahal jelas pada saat itu, Ibu juga bisa melihat perubahan drastis dari fisik Anaknya. Tapi Ibu tidak berani lancang untuk banyak bertanya.

Sekarang kedua orang tua itu hanya bisa menahan kehancuran hati mereka, dua kali ini Mereka merasa hancur. Setelah pertama ketika anak gadis mereka harus mengandung diluar nikah, dan yang kedua harus menjadi janda diusia sangat muda. Padahal jika dipikir-pikir, semua ini bukan salah anak mereka

Anak semata wayang mereka yang mereka doakan setiap sujud agar mendapatkan kebahagiaan, tetapi malah menderita seperti ini. Hati orang tua mana yang sanggup menerima?

Dalam hati kedua orang tua ini tak sanggup untuk bersabar, kemudian mengumpat Tomi dengan sumpahan.

Pak Usman berkaca-kaca, dia mengelus lembut kepala Lisa.

"Hidup kamu sedang diuji Lisa. Jangan terlalu dibawa sedih. Allah itu Maha segalanya. Allah tahu mana yang baik dan buruk untuk kamu. Jangan dipikirkan lagi ya? Hidup kamu masih panjang kedepannya. Percayalah Nak, kebahagiaan pasti akan menghampirimu. Entah itu akan lambat atau cepat."

Ibu mengangguk setuju. "Kita bisa sama sama lagi Lisa. Mulai dari awal lagi. Lihat wajah Kiki. Jadikan dia semangatmu. Selebihnya, serahkan pada Allah saja, agar menjadi urusanNya."

Lisa hanya mengangguk, mengusap sudut matanya yang membasah sejak tadi. Kemudian dia mencium pipi Kiki yang sedang dipangkuan Ibu.

Dia mulai berusaha untuk sebisa mungkin menepis kesedihan dan fokus pada Kiki saja.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Waryati Yati
sangat menarik dan berkesan, untuk pembelajaran supaya kita tetap bersyukur dan yakin bahwa setiap manusia pasti akan mengalami ujian yang akan Kita hadapi, setelah itu akan ada kebahagiaan sebagai hadiah telah lulus dari ujian itu.
goodnovel comment avatar
Waryati Yati
menarik sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Mawarni
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status