Share

Bab 84

Author: Ajeng padmi
last update Huling Na-update: 2025-10-03 16:55:22

“Ehmmmm kangen banget sama telur gulungnya!”

“Non jarang jajan sih sekarang.”

“Benar saya yang salah jarang jajan,” kata Cahaya sambil mengangkat bahunya tak acuh.

Tentu saja dia tahu ini karena siapa, suaminya yang tukang ngatur itu membuatnya harus rela meninggalkan makanan berlemak, berminyak dan pastinya sangat tidak sehat tapi Cahaya cintai, sialnya dia tidak bisa menolak perintah itu, bukan karena dia istri yang sangat patuh pada suami, tapi lebih karena laki-laki itu memastikan dirinya tidak pernah kelaparan lagi, perutnya dipaksa dengan semena-mena dengan makan makanan sehat sehingga tidak ada tempat lagi untuk makanan kesukaannya itu.

“Non pasti sangat sibuk ya.”

“Benar, pak saya sangat sibuk sekali menghasilkan uang untuk bisa jajan banyak lagi,” kata Cahaya sok dramatis yang membuat sang pejual tertawa melihat ekspresi wanita itu.

“Non bisa saja.”

“Bagaimana kabar bapak dan pedagang yang lain, lancar ucahanya?” tanya Cahaya.

Wanita itu memang tidak hanya p
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Magda
suruhan tari gitu?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 91

    Sudah empat jam lebih. “Tetaplah di sini jangan keluar, aku akan kembali.” Sejak kapan dia menjadi istri yang baik hati dan penurut pada suaminya? Cahaya bangkit dari duduknya dia menggeliatkan tubuhnya pelan, empat jam hanya duduk hanya bermain ponsel saja membuat matanya terasa panas sekali, biasanya dia bisa menghabiskan waktu seharian nonton film dari laptop atau ponselnya memang, tapi tentu saja itu dilakukan dengan santai, sambil tiduran, ngemil makanan buatan simbok dan yang pasti tidak menggunakan pakaian yang membuatnya tak bebas bergerak seperti ini. Bisa saja dia merebahkan dirinya di sofa ruangan ini, tapi yang membuatnya tak nyaman adalah sekeliing ruangan ini yang terbuat dari kaca tembus pandang. Sudah cukup dia membuat kehebohan saat datang dengan digandeng Ary tadi, dia masih ingat tatapan penasaran laki-laki di sini, dia tak mau menambahi lagi dengan ketiduran di kantor orang. Bagaimanapun dia harus tetap menjaga wibawa suaminya. Cahaya menatap jam tangannya,

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 90

    Orang bilang kalau Ary itu kejam dan berbahaya, tapi bagi Cahaya dia hanya orang menyebalkan yang sok ngatur. “Jangan pake rok, ganti celana.” “Rok ini panjangnya di atas lutut dan bentuknya sangat sopan.” “Ganti, aku sudah menyiapkan baju untukmu di atas ranjang.” Cahaya menatap marah suaminya sebelum menghentakkan kakinya masuk kembali ke dalam kamar, benar saja sudah ada blus lengan panjang dan jumpsuit yang entah didapat suaminya dari mana. “Serius dia menyuruhku memakai baju ini,” katanya dengan kesal. Sejak menjadi istri Ary, pakaian terbuka dan seksi miliknya hilang satu-persatu entah kemana, berganti dengan baju-baju yang sama sekali bukan seleranya meski berharga selangit. Baju yang dia gunakan sekarang adalah rok selutut berpotongan A dengan kemeja sifon yang lembut, terlihat sopan dan profesional, meski baginya pakaian ini kurang seksi tapi Cahaya masih bisa menerima, tapi tidak dengan pakaian konyol ini. Dia malah ingat seperti kartun mario bros. Memangnya dia mau

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 89

    Ary perlahan menurunkan Cahaya di ruang tengah saat dirasa aman dan berusaha membangunkan wanita itu saat ketukan dia pintu makin brutal, dia harus bersiap apapun yang terjadi, bahkan untuk berkelahi dengan beberapa orang sekalipun. Biasanya Ary biasanya langsung maju dan akan melumpuhkan siapun yang telah mengusiknya, tapi kali ini ada Cahaya yang sedang tidur lelap, itu sedikit menyulitkan gerakannya. “Aya, bangunlah.” Ary menepuk pipi sang istri dengan sedikit keras tapi Cahaya masih saja lelap dalam tidurnya, terpaksa laki-laki itu meraih satu gelas minuman kemasan di atas meja dan memercikkan ke wajah sang istri. “Apa sih yang kamu lakukan sekarang!” Begitu membuka Cahaya langsung menatap marah suaminya, dia ingin bangun dan mengomel tapi suara ketukan pintu yang lebih mirip gedoran menghentikannya. “Apa itu?” “Entahlah, aku tidak berani meninggalkanmu sendiri apalagi dalam keadaan tertidur.” Ary berdiri dan berjalan menuju ke depan, sesaat dia menoleh pada Cahaya yang sed

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 88

    “Kalau kamu ada kepentingan pergi saja, aku tidak masalah di rumah sendiri.” Ary menoleh menatap sang istri yang dengan susah payah mengaplikasikan pembersih wajah di wajahnya. Itu memang bukan pekerjaan sulit, dia sudah sering melakukannya selama ini tapi saat kondisi tangannya tidak diperban seperti ini. “Astaga! Bagaimana aku bisa pergi kalau kamu melakukan ini saja kesulitan.” Tanpa basa-basi lagi, Ary mengambil botol cairan pembersih dari tangan istrinya dan membantu sang istri membersihkan wajahnya dengan perlahan. “Wah suamiku memang hebat, apa sih yang nggak bisa kamu lakukan,” kata wanita itu tapi wajah Ary sama sekali tidak berubah masih tetap dingin dan datar seperti seperti kemarin. Cahaya tahu Ary marah padanya, tapi ...hei!! dia juga tak ingin mengalami ini semua, siapa juga yang sudi celaka, dia hanya sedang sial saja, selama ini hidupnya juga baik-baik saja meski dia sering kelayapan seorang diri. “Melindungimu,” kata laki-laki itu tenang yang malah membuat Caha

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 87

    “Dia memanggilku tadi.” “Maksudnya?” Ary menghela napas panjang menatap jengkel pada Brian yang sekarang menatapnya polos minta ditabok. “Saat orang itu akan membunuhnya dan pak Joko tak bisa berbuat banyak, dia memanggil-manggil namaku.” “Kamu ada di dekat situ? Sengaja menjemputnya?” Ary menggeleng sama bingungnya dengan Brian. “Aku ingin beli salad buah untuk Aya, kemarin kami ke sana dan dia suka salad di sana, jadi tapi aku tak tahu kalau dia akan diserang, dia juga tidak tahu aku ada di sana.” Brian menatap kesal pada Ary. “Apa Bos mau pamer?”suaranya terdengar sangat sinis. Dengan kesal Ary menggeplak kepala bawahan sekaligus sahabatnya itu. Mereka memang sedang ada di depan ruang rawat Cahaya. Karena wanita itu sedang bersama ayahnya dan simbok, Ary memutuskan memberi waktu pada mereka untuk bebas berbicara tanpa dirinya, meski alasan lainnya adalah dia tidak ingin repot-repot berbasa-basi pada keduanya apalagi harus memberi alasan untuk pertanyaan mereka yang kadang

  • Dia Ayahku, yang Membuat Ibuku Gila   Bab 86

    Cahaya dengan kesal menggigit lengan suaminya tapi sialnya tak ada tanda-tanda kesakitan di wajah Ary. Kesal. Dia menatap suaminya dengan tajam. "Sampai kapan, kamu kerja aku juga kerja, tak bisa selamanya seperti ini, lagi pula kamu sudah menghajar mereka, dalam satu minggu ke depan mereka tidak akan bisa bangun dari tempat tidur." Cahaya meraih tisu dan membersihkan tangan suaminya yang tadi dia gigitnya dan mengelusnya pelan, dia memang sering gemas pada suaminya dan berakibat penganiyaayan yang dia lakukan, tapi setelah itu dengan penuh sesal dia akan mengelus bagian tubuh suaminya yang telah dia aniyaya. Meski, Ary seperti tak merasakan apapun. "Aku berterima kasih sekali kamu sudah datang membantu tapi tetap saja tak mungkin aku selamanya mengekorimu." Lagi-lagi Ary sama sekali tak merespon ucapan Cahaya, seolah laki-laki tidak mendengar apa yang menjadi keluhan suaminya. Cahaya sendiri bukannya tidak tahu kalau Ary mengkhawatirkannya tapi hanya boleh keluar rumah saat be

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status