Home / Romansa / Dia Milikku / Dering telepon

Share

Dering telepon

Author: Inlut
last update Last Updated: 2025-01-24 18:55:09

"Ini teh nya dan kue nya ayo di cobain dulu Pak Heri, pasti haus ya ini ada teg silahkan ayo di minum, Feri jangan sungkan-sungkan ayo di cicipi kue nya ya," ucap Ibunya Sinta itu.

"Iya Bu, waduh terimakasih banyak ini wah jadi merepotkan ya saya jadi enggak enak nih kalau begini hehe," ucap Pak Heri.

"Alah alah kayak lagi dengan siapa saja Pak Heri ini hehe biasanya juga kalau saya kerumah Pak Heri malah di sungguhi banyak sekali makanan kan ya, ya itung-itungkan ya balas budi lah Pak hehe," ucap Bapak Sinta kepada Pak Heri.

Mereka berdua asik ngobrol tentang pekerjaan dan menikmati hidangan yang di sajikan oleh Ibu tercinta Sinta itu, sedangkan Feri masih tetap saja memandangi Sinta yang sedang mencuci motor itu.

"Ih kok dia melihat aku kayak melihat hantu sih pasti di dalam hatinya dia bilang kalau aku jelek dan kumuh, ya pun kenapa datang di saat yang tidak tepat sih, kenapa harus datang pas aku lagi jelek gini ya ampun," gumam Sinta dengan pelan.

Tak lama kemudian Sinta selesai mencuci motornya dan masuk kedalam rumahnya.

Sinta bergegas ke kamar mengambil handuk dan pergi mandi selang beberapa menit Sinta membersihkan badannya dan membilas rambutnya Sinta pun keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya.

Sinta masuk kedalam kamar nya dan menyisir rambutnya yang basah.

"Huh ya ampun hari ini kok aku merasa ya capek ya letih ya lesu ya semuanya, aduh kenapa ya hmm," gumam Sinta dengan pelan.

Setelah mandi dan mengganti pakaiannya Sinta berbaring di kamar nya dan membaca novel yang baru dia beli beberapa hari lalu.

"Yuhuu semua pekerjaan sudah selesai dan waktunya aku nyantai dan membaca novel baru yang bikin penasaran diriku ini,"gumam Sinta dengan pelan.

Ketika Sinta hendak membaca novel yang baru dia beli suara Ibunya pun terdengar memanggilnya.

"Sinta Sin!! Sinta ..." panggil Ibunya dari arah dapur.

"Ya ampun Ibu hmm padahal aku baru saja istirahat dan membaca novel ehh belum sempat baca judulnya sudah di panggil lagi, hmm untung aku sayang Ibu jadi aku harus datang menemui Ibu ah," gumam Sinta dari lupuk hati yang terdalam.

Sinta pun bergegas menemui Ibunya yang sedang berada di dapur itu dan menanyakan mengapa sebenarnya Ibu memanggilnya.

"Iya Bu ada apa sih kok manggil Sinta keras banget Bu? Ada yang harus Sinta lakukan ya Bu?" apa Bun" Sinta bertanya kepada Ibunya.

"Ya ampun banyaknya pertanyaan anak Ibu yang cantik ini, sabar ya Ibu masi nyiapin tahu sama tempe pelanggan," ucap Ibunya kepada dirinya.

"Oh jadi aku bantuim Ibu menata ini ya Bu, oke deh," kata Sinta kepada Ibunya.

"Lah lah bukan nak, Ibu itu hanya bilang sama kamu, tadi kan ada temannya Bapak kamu sama anaknya ya kan, terus Ibu lupa bawain mereka tahu sama tempe gitu," ucap Ibunya.

"Iya lah terus apa hubungannya sama Sinta Bu?" kata Sinta kepada Ibunya.

"Ya maksud Ibu ya Sinta yang ngantarin ini semua, kasian kalau tidak di bawakan soalnya itu teman Bapak kamu dari kecil dan alhamdulillah sekarang sudah sukses juga sama seperti kita," kata Ibunya dengan tersenyum.

"Lah Bu ini sudah mau magrib loh Bu, terus Sinta juga sih gak tau dimana rumah mereka dan alamatnya juga Sinta gak ngerti Bu, kenal dan ketemu saja baru tadi itu Bu," jawab Sinta kepada Ibunya.

"Hehehe maksud Ibu sih bukan sekarang tadi Ibu lupa bilang sama kamu, maksud Ibu itu, besok kan kamu ke kampus besok iya kan?," tanya Ibunya itu.

"Iya Bu Sinta besok ke ke kampus ya mungkin jam 10 siang soalnya mata kuliah yang jam pagi di pindahkan ke jam 10 siang Bu," jawab Sinta kepada Ibunya.

"Nah iya nanti kamu bawa saja tahu sama tempenya kamu simpan di motor nah terus nanti si Feri anaknya Pak Heri tadi yang nyamperin kamu untuk ambil tahu dan tempe," ujar Ibu tersayangnya itu.

"Mana mau cowok kayak dia nyariin aku di kampus untuk ambil tahu sama tempe Bu ya ampun gak bakal mau sih menurut aku," ucap Sinta.

"Ya ibu juga kurang tau tapi nanti Ibu yang menghubungi Bapak Heri supaya nanti si Ferinya di suruh ambil tahu dan tempenya di fakultas kamu ya," ucap Ibunya itu.

"Iya deh terserah Ibu gimana baiknya aja Bu, aku siap kok bawa tempe dan tahunya ke kampus asal Feri mau ambil aja pasti aku bawa Bu," kata Sinta kepada Ibunya.

Sinta pun masuk kembali ke dalam kamarnya untuk membaca novel yang tadi belum sempat dia baca.

Sinta sangat menggemari novel-novel percintaan yang membuat dia bahagia dan kadang membuat dia tiba-tiba baper dengan bacaan di novel itu.

"Novelnya bikin bahagia terus humm rasanya pengen banget sih jadi cewek yang ada di novel ini selalu mendapatkan kebahagiaan terus deh," gumam Sinta dari lupul hatinya.

Tidak terasa Sinta membabat semua isi novel sampai Sinta merasa baper dan kadang terikut larut dalam suasana di dalam novel, Sinta juga ikut menangis ketika cerita di dalam novel sedih.

Sinta membaca novel hingga tertidur dan novel yang dia baca jatuh ke wajah mungilnya.

Plak

Novel yang dia baca jatuh ke wajahnya dan dia pun tidak tersadar karena sudah terlalu berat menahan mata yang mengantuk sejak tadi dan dia juga lelah karena membaca novel hingga larut.

Tiba-tiba Ibunya mendatangi kamar Sinta dan melihat novel berasa di wajah Sinta Ibunya pun mengambil buku itu dari wajah Sinta.

"Lah ini kok novelnya yang baca kamu sih Sin," ucap Ibunya sambil mengambil novel dari wajah Sinta.

"Ya ampun ternyata sudah tidur anak gadis Ibu," ucap Ibu Sinta.

Ibunya pun menarik selimut untuk menyelimuti Sinta yang sedang tidur dan mematikan lampu kamar Sinta dan Ibunya pun pergi beristirahat ke kamarnya.

Tidak terasa pagi pun tiba.

Krek krek krek

Sinta membuka tirai di jendela nya dan melihat pemandangan ke arah jendela dan melihat betapa indahnya suasana di pagi hari.

Tiba-tiba Ibunya memangginya dari arah dapur.

"Sinta bangun sudah siang ini nak!!" Ibunya berteriak memanggil anak gadisnya itu.

"Ya ampun Ibu hmm padahal aku sudah bangun dari tadi looh," gumam Sinta dengan pelan.

"Iya Bu, Sinta sudah bangun dari tadi Bu, tunggu ya Bu Sinta sedikit lagi bantuin Ibu," ucap Sinta.

Sinta membuka jendelanya dan mengikat rambutnya dan bergegas menemui Ibunya yang berada di dapur.

Kring kring kring

Tiba-tiba handphone Sinta berbunyi.

"Jam segini siapa yang nelpon aku ya, ih tapi nomernya kok gak ada namanya sih, siapa ya kok aku jadi penasaran," gumam Sinta dengan pelan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dia Milikku   Kesabaran seorang istri

    Entah apa yang ada dipikiran Dafa tetapi Dafa ketika melihat Sinta diperlakukan seperti itu dengan adiknya.Selalu saja Dafa apa tidak terima karena dia merasa dia masih menyayangi Sinta, maka itu selalu saja Dafa memantau ketika Feri dan juga Sinta berbicara.Sementara itu setelah berbicara dengan Sinta akhirnya Feri meninggalkan Sinta.Dan Sinta pun pergi ke kamar dan duduk, dia tidak ingin banyak pikiran Sinta berusaha sabar untuk mengatasi kelakuan Feri terhadapnya dan dia selalu saja terlihat baik-baik saja karena dia harus mengurus ibu mertuanya yang sedang sakit.Sinta harus mengurus Ibu mertuanya itu karena Feri sedang bekerja di kantor dan sedangkan yang berada di rumah hanya Sinta.Sinta sering kali di anggap remeh dengan Feri padahal Sinta yang selalu saja mengurus Ibu mertuanya.Tetapi adik dari Dafa tetap saja masih mencintai mantannya."Aku salah tidak sih mempunyai rasa seperti ini," batin Dafa ketika melihat Sinta.Sinta yang sedang mengurus Ibu mertuanya itu Dafa tida

  • Dia Milikku   Mencintai

    "Maaf ya mbak kalau aku lancang berbicara seperti itu kepadamu tapi memang aku baru kali ini mendapatkan seorang Istri yang sangat sabar seperti mbak Sinta," ucap Sari."Halah Sari sudahlah jangan berbicara itu ngapain sih aku juga masih memikirkan Ibu mertua aku bagaimana supaya dia cepat sembuh dan aku bisa kok untuk selalu saja mengurus dia," ujar Sinta kepada Sari.Beberapa hari kemudian Ibu mertuanya pun sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit dan menggunakan kursi roda.Ibu Tina sudah tidak bisa berdiri dengan tegak dan juga tidak bisa berbicara dengan lancar Sinta harus selalu mengurus Ibu mertuanya itu karena anak-anaknya sibuk untuk bekerja dan hanya dia yang bisa membantu mengurus Ibu mertuanya itu."Alhamdulillah sekarang Ibu sudah boleh pulang ke rumah," ujar Dafa."Iya, Alhamdulillah Ini Ibu kalian sudah bisa pulang ke rumah dan Bapak meminta kepada kalian harus bisa menjaga Ibu kalian ya," ucap bapak Heri kepada anak-anaknya itu."Tenang Pak selama masih ada Si

  • Dia Milikku   Tipu daya

    "Aku kasihan lihat Sinta seperti itu dia sama sekali tidak dihargai dengan Feri padahal dia adalah wanita yang sangat baik dan sangat Setia menurutku," batin Dafa.Ketika melihat Sinta yang sedang duduk di taman bersama Sari Dafa pun tidak tega melihat istri dari adiknya itu ditelantarkan seperti itu drmgan adik dari Dafa yang menikahi mantan kekasih Dafa itu.Tetapi Daffa selalu saja memikirkan kebahagiaan Sinta bersama Feri karena yang sering dilihat Dafa Feri sama sekali tidak ada perjuangan yang diberikan kepada Sinta.Akhirnya Dafa pun pergi untuk pulang ke rumah sementara itu Sari dan juga Sinta yang sedang duduk berdua di taman depan rumah sakit itu pun bercerita dan menenangkan diri."Kamu kenapa sih mbak kok seperti banyak sekali yang dipikirkan," ujar Sari bertanya kepada Sinta."Tidak aku hanya ingin tenang saja masih memikirkan Ibu mertuaku," ucap Sinta."Sebenarnya aku tahu kalau mbak masih memikirkan tentang yang terjadi tadi kan di depan ruangan Ibu Tina," ucap Sari kep

  • Dia Milikku   Terdiam

    Feri pun terdiam ketika mendengarkan perkataan dari istrinya itu sementara itu Lita yang sangat takut ketika keluarga dari Feri mengetahui jika jus yang diminum oleh Ibunya itu adalah buatan dia dan dia memang sengaja untuk mencelakai Ibu Tina."Waduh gawat ini kalau mereka sampai mencari tahu sebenarnya apa yang ada di dalam kandungan jus yang aku buat itu, untung saja Ibu tidak bisa berbicara jadi aku aman," batin Lita."Nanti kita lihat sebenarnya siapa dari dalang semua ini aku juga penasaran kenapa Ibu meminum jus pagi-pagi sedang biasanya tidak pernah meminum jus sebelumnya," ujar Dafa."Sudahlah mungkin dibahas nanti saja sekarang kan Ibu harus beristirahat kita tidak boleh ribut dan tidak boleh mengganggu istirahat Ibu," ujar Sinta."Sudah kalau begitu Ibu istirahat dulu ya Bu kami semua ada di luar kalau Ibu membutuhkan apa-apa dan Bapak juga Istirahat di dalam sini," ucap Feri.Akhirnya mereka pun keluar dari ruangan di mana Ibu tidak dirawat, sedangkan di dalam ruangan itu

  • Dia Milikku   Suatu kesedihan yang mendalam

    Tidak lama kemudian dokter pun keluar dan memberitahukan hasil pemeriksaan dari Ibu Tina.Akhirnya Bapak Heri pun ikutdengan dokter dan dokter menjelaskan apa yang terjadi dengan Ibu Tina.Akhirnya dokter pun menjelaskan semuanya dan pada akhirnya Ibu Tina pun terkena stroke Bapak Heri sangat terpukul ketika mendengar kabar istrinya itu terkena penyakit stroke.Dia tidak menyangka jika Kejadian ini bakalan serius ini."Maaf ya Pak aku mau mengabarkan kalau bisa ke rumah sakit sudah mengusahakan dengan semaksimal mungkin tapi Ibu Tina terkena stroke," ujar dokter yang merawat atau yang memeriksa Ibu Tina.Bapak Heri pun kaget ketika mendengar kabar dari dokter itu."Ya ampun aku saja tidak tahu doa kalau dia mempunyai sakit itu," ucap Bapak Heri."Penyakit itu datangnya dari Allah dan kalau sudah seperti ini kita hanya bisa berdoa Pak," ucap dokter itu kepada Bapak Heri.Bapak Heri sampai lemas ketika mendengar berita dan informasi tentang istrinya itu Bapak Heri terduduk dan lemah ti

  • Dia Milikku   Ibu sedang dirawat

    "Mas kamu kenapa?" tanya Sinta dengan lembut kepada suaminya itu tetapi tetap saja Feri melamun dan memandangi istrinya itu dengan sangat tajam."Mas kamu memikirkan apa sih kok bengong seperti itu mas kamu sekarang lagi nyetir lah kamu harusnya fokus kedepan dan jangan sampai kamu bengong seperti ini," ujar Sinta kepada Feri."Ya Allah maafin aku ya aku tadi malah bengong memikirkan sesuatu ya sudah kalau begitu aku fokus bawa mobil dulu," ucap Feri.Feri tidak menyadari bahwa dia melamun dan memandang wajah istrinya itu.Sinta pun heran ketika melihat tingkah suaminya seperti orang yang baru saja membuat kesalahan tetapi Sinta sama sekali tidak memikirkan hal itu karena dia sekarang memikirkan keadaan dari Ibu mertuanya.Akhirnya Feri pun bergegas dan fokus untuk menyetir dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ibunya.Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit dan Feri memarkirkan mobilnya di parkiran di Rumah Sakit Cemara."Mas tarik nafas dulu ya, jangan sampai kamu khawat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status