Share

Aku Pria Kaya

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2025-05-28 13:50:36

“Key, bersihkan ini! Kami harus syuting sekarang,” titah Neal kemudian menjauh sambil menarik lengan Melodi tanpa menunggu jawabanku.

Aku menatap punggung mereka yang menjauh. Melodi melingkarkan tangannya ke lengan Neal. Entah apa dibicarakan, terlihat Melodi tertawa sangat lebar, bahkan ia menepuk-nepuk bahu Neal. 

Mungkinkah itu hanya gimmick? Gimik atau tidak, aku lihat Melodi sengaja menjatuhkan lunch box itu. Aku sudah hafal sifat Melodi. Dia juga salah satu teman kelas yang juga menyukai Neal. Dibanding aku, Neal lebih membelanya. Kadang aku bertanya-tanya, yang jadi kekasih Neal itu aku atau Melodi?

Aku menurunkan pandangan ke bawah. Hasil perjuanganku beberapa jam di dapur, dilakukan dengan sepenuh hati kini berserakan tanpa arti di lantai. 

Aku meletakkan kedua lututku ke lantai. Terbayang Neal yang menahan Melodi supaya tidak berjongkok, kemudian menyuruhku melakukannya. Denyut nyeri di hati kini lebih sakit dibanding melihat makanan buatanku menjadi sia-sia. 

Neal tak menghargai usahaku, bahkan lebih dari itu ia menyuruhku membersihkan kekacauan yang dibuat oleh kekasih gimiknya. 

“Benarkah ini hanya gimik?” gumamku sambil memungut makanan kemudian memasukkan kembali ke dalam lunch box untuk dibuang. 

Hari ini Melodi menjatuhkan makanan buatanku, besok entah apalagi. Dengan status lemahku sulit diharapkan adanya perlindungan dari Neal. Lebih mudah bermimpi kaya dalam semalam dibanding mengharap pembelaan dari Neal. 

Aku mengambil ponsel dan mengetik pesan. 

[Besok datanglah ke KUA. Jika tidak, hubungan kita berakhir.]

Aku langsung memasukkan ke dalam tas karena rasanya tak mungkin Neal membuka pesanku. Saat ini dia pasti sedang sibuk. 

Namun, ternyata dugaanku salah. Ponsel berbunyi pertanda masuk sebuah pesan. 

[Jangan membuat lelucon]

Aku langsung balas. 

[Aku serius.]

Aku menatap layar ponsel, tetapi tak ada lagi balasan meski dia centang biru sudah muncul. 

***

Tiba waktunya. Aku duduk di depan kantor KUA. Hanya duduk di atas motor. Nyatanya aku memang belum mendaftar di kantor ini. Aku hanya ingin tahu apa keputusan Neal. 

Beberapa orang lewat menatapku heran. Mungkin karena mereka melihatku yang tak beranjak dari motor meski di bawah terik matahari. 

Aku kembali membuka ponsel. Di layarnya memperlihatkan angka 12 : 30. Suara azan terdengar di mana-mana. 

Aku membuka pesanku kemarin. Masih tak ada balasan. Aku beralih membuka medsos ikon kotak berwarna ungu muda kombinasi pink. Langsung muncul di berandaku, hasil fancam yang memperlihatkan Neal sedang makan siang dengan Melodi. 

Inilah yang aku takutkan. Neal tidak memilihku. Aku takut sendiri. Aku tidak mempunyai keluarga lengkap dan teman. Karena itulah, delapan tahun aku mengabdikan diri pada Neal karena takut sendiri. Aku bertahan, meski sifatnya lebih sering menyebalkan dibanding menyenangkan. 

Iqamat kini tersebar di salah satu arah. Aku memutuskan menghidupkan motorku dan meninggalkan halaman itu meski hatiku masih saja tertinggal. 

Aku mampir di salah satu masjid guna menunaikan salat Zuhur. Setelah Zuhur  kembali membuka ponsel dengan masih berharap ada pesan dari Neal. Nyatanya nihil. 

***

Sampai di rumah aku masih saja membuka ponsel dengan harapan yang selalu sama.  Namun, hasilnya juga masih sama. 

Aku menghempaskan diri dan menatap langit-langit kamar kosku. Kamar sempit kini terasa menghimpit. Sebagai kreator dari akun yang memiliki jutaan follower, mempunyai pemasukan endorse dan afiliasi cukup tinggi, sungguh aku tergolong sangat miskin. Semua ini karena mendukung karir Neal, tapi akhirnya apa yang kudapatkan?

Hatiku terasa berdenyut nyeri. Andai ada tawaran pilihan kematian, aku akan memilih opsi ini. 

Kecewa pengorbananku tiada berarti. Di sisi lain aku takut sendiri. 

“Sampai kapan kamu seperti ini, Key?” gumamku. “Hidup sendiri belum tentu buruk. Bekerjalah, dan nikmati hasil jerih payahmu.”

Aku mengalihkan perhatian dengan membuka aplikasi bergambar melody background hitam. Wajah Jake Enhypen langsung muncul dengan senyum cerianya. Tahu saja ini aplikasi kalau hatiku sedang bersedih. 

Aku terpaku menatap Jake. Beberapa tahun terakhir aku mulai jenuh dengan sikap Neal dan  selalu melarikan diri kepada Jake. 

Aku suka Jake karena dia bebas mengekspresikan perasaannya. Dia yang tersenyum atau merengut, suka atau tidak, ngambek atau marah. Sangat bertolak belakang denganku. Dia cerdas, aku lelet. 

Melihat Jake tersenyum, seakan-akan mewakili keinginanku. Aku juga ingin tersenyum tulus dan bersedih di depan orang lain. 

Tanpa sadar air mataku mengalir. Aku tau Jake tidak melihatku, bahkan tidak tahu ada aku di dunia ini. Tapi inilah realita. Antara bias dan fans tak lebih dari dunia halu. 

Tanpa sadar jari menyentuh ikon komentar. Di komentar pertama tertulis. 

“My bias is rich man.”

Aku tertegun menatap kalimat itu. Tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat. 

“Rich man?” ejaku. “Ya Allah, aku ingin pria kaya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   End

    “Sorry, aku ngaku salah,” ucap Javi sambil mendekat. “Berhenti di situ! Kenapa Indra tahu, sedang aku tidak? Kau tidak mempercayaiku?” “Bukan begitu! Indra tahu karena Prass yang bilang.” “Aku bilang jangan mendekat!” Kali ini ia meraih benda apa saja di atas nakas dan bersiap melempar. “Oke … oke. Aku berhenti di sini. Key, apa yang terjadi? Kau mens?” Key menggeleng. “Aku benci pembohong. Aku benci tidak dipercayai,” ucap Key dengan luapan emosi. Bahkan da-danya terlihat naik turun. “Aku tak bermaksud begitu,” sahut Javi sambil kembali mendekat. “Aku bilang jangan mendekat!” Hoeek. Key berlari ke kamar mandi. Mual yang sejak tadi ia tahan kini tak tertolong lagi. Hoeek. Ia mengeluarkan segala isi perut ke dalam closet. “Key, kau tidak apa-apa?” “Aku bilang jangan mendekat! Hoeek.” Key kembali mengeluarkan isi perutnya yang nyaris sudah habis. Kali ini perutnya benar-benar sakit. Ia menekan perutnya dengan napas tersengal. Keringat kini membanjiri seluruh tu

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Aku benci Pembohong

    “Key, kau keluar sebentar. Ada yang ingin kami bicarakan,” pinta Javi.“Kau tidak percaya padaku?”“Bukan begitu. Ada kalanya kita perlu mencerna, kemudian memproses untuk menyampaikan kepada orang lain.”Key terdiam beberapa saat hingga akhirnya ia mengangguk dan segera meninggalkan ruangan itu. Indra menghampiri Javi begitu Key menutup pintu. “Bagaimana Papa bisa dirawat, apakah juga karena obat itu?”Indra hanya bisa menggeleng. “Mungkin nanti bisa kita dapatkan infonya dari Prass. Tapi menurutku, ia syok karena saudaranya yang tiba-tiba sekarat dan meninggal, terlebih lagi jika memang dia menyimpan rasa sesal. Jika malam itu mereka memang memasukkan obat ke minuman ginseng, mungkin juga Tuan Ferren sakit karena ketakutan yang ekstrem.”Javi tertawa miring. “Siapa yang tidak takut dengan kematian seperti itu. Terlebih jika memang ada rasa bersalah, tapi aku tak yakin apakah dia masih memiliki hati nurani. Orang yang tidak memiliki hati nurani, jangankan merasa bersalah bahkan men

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Kabar Baik

    “Dengan gejala yang sama seperti almarhum ayahku?” tanya Javi. Key menjadi kebingungan. Ia seperti sedang menonton drama pertengahan episode. Dari mana awal cerita dan akan dibawa kemana. Tuan Darren siapa? Saudara Ferren? Apa yang terjadi? Kenapa Javi tidak seperti orang baru bangun dari koma?“Belum dapat dipastikan karena aku belum melihat rekam medisnya.” “Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Tuan Darren?” Akhirnya Key tidak dapat menahan diri. Sesaat tiga pria itu saling bersitatap hingga akhirnya Indra bersuara. “Kalau begitu kami keluar dulu. Aku juga mau memantau keadaan. Kelihatannya Tuan Ferren tadi sedang tidak baik.”Javi mengangguk. Key terus menatap Javi hingga kedua bersaudara itu telah keluar dari ruangan.“Katakan apa yang terjadi? Mengapa kau tidak seperti bangun dari koma?”Javi terdiam beberapa detik, hingga akhirnya ia berkata, “Aku haus.”Key menggertakkan gerahamnya, tetapi segera membuang napas karena Javi memang belum menyentuh apapun hampir 24 jam. Key be

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Senjata Makan Tuan

    Susah payah Ferren menyeret langkah hingga akhirnya sampai di luar rumah sakit. Namun, kemudian tersadar kalau saudaranya mungkin saja di rumah sakit yang ia pijak sekarang.Dengan tangan bergetar ia mengangkat ponselnya. “Mel, ayahmu di mana?”“Di ruang ICU, Paman.”Ferren mematikan panggilannya dan kembali masuk ke rumah sakit. Ia mengayunkan langkah cepat sambil memeriksa anak panah penunjuk meski pernah mendatangi ruang ICU sebelumnya.***Isak tangis ipar dan dua keponakannya yang duduk ruang tunggu saat Ferren telah tiba. “Mel, bagaimana keadaan ayahmu?”Melodi menggeleng lesu. Wajahnya basah dan membengkak. “Paman, mungkinkah malam tadi ….”Bahkan Melodi tak berani membayangkan. Ferren sedikit terhuyung. Tanpa diingatkan pun ia telah menebak hal yang sama. Ia tak bisa menerka-nerka bagaimana bisa Darren si pengatur rencana terkena jebakannya sendiri. Andai Javi juga tidak kritis, ada harapan mangkuk itu hanya tertukar. Nyatanya … Ferren tak berani membayangkan. “Apa yang ter

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Wajah di Balik Topeng Ayah Tiri

    “Key!” Pada akhirnya ia harus menahan diri. Ia berjanji akan mendatangi dokter itu lagi di lain waktu. “Baiklah, kalau begitu aku undur diri. Dokter, maaf telah mengganggu waktunya.”“Kau mau sesuatu? Biar aku belikan.” Neal kembali menawarkan diri. Key tertawa kecil. “Aku jadi ingat waktu sakit dulu. Kau menawarkan berbagai makanan hingga aku kesel dibuatmu.”Neal ikut terkekeh. “Benar, tapi kau masih saja tidak memperlihatkan kekesalanmu. Andai waktu bisa diulang ….”“Sudahlah! Nyatanya itu tak mungkin. Andai diulang, mungkin semesta ini jadi kacau karena setiap orang ingin mengubah takdirnya. Neal, bisa kau jemput Ibu. Aku belum kasih kabar ke Ibu.”Neal mengangguk cepat. “Akhirnya aku bermanfaat untukmu.”Key kembali tertawa kecil. “Ngomong apa? Pergi sana,” seru Key sambil mendorong punggung Neal. Key berbalik. Ia tak berminat lagi mencari angin segar. Key mempercepat langkah, tapi tepat di persimpangan ia segera bersembunyi karena melihat Ferren yang berjalan dari arah lain.

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Kedalaman Cinta

    Yang ia tak mengerti mengapa menggunakan ginseng merah? Apakah Javi tidak bisa mengkonsumsi ginseng merah? Atau ginseng merah hanyalah kambing hitam atas obat yang tersembunyi?Seketika matanya memerah berselaput kaca. Jika dugaannya benar, ia tidak membiarkan mereka hidup dengan tenang. ***Tak lama Zivana datang dengan Melodi. “Ma,” sapa Key lesu. “Apa yang terjadi dengannya?” Zivana bergegas menghampiri Javi. “Kenapa ia tidak sadarkan diri?”Key menoleh pada Melodi. Tatapan tajam itu membuatnya tersentak. “Javi kritis. Besar dugaan dia keracunan makanan,” ucap Key tanpa mengalihkan pandangannya pada Melodi. “Keracunan makanan? Key, kau sangat ceroboh memberinya sembarang makanan. Aku akan menuntutmu,” teriak Zivana sambil menunjuk. “Menuntunku? Ia hanya sempat sarapan di rumahku, kenapa aku, Bibi dan Pak Isa baik-baik saja? Sebaliknya malam tadi, dia datang dari mana? Makan apa? Apakah Mama mengingatnya?”Zivana menggeleng cepat. “Ia memang makan di rumah Melodi, tapi tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status