Home / Romansa / Diadopsi Om Dokter / Ayo, Ikut Om dokter!

Share

Diadopsi Om Dokter
Diadopsi Om Dokter
Author: Cklara Laisha

Ayo, Ikut Om dokter!

Author: Cklara Laisha
last update Last Updated: 2025-03-02 15:43:30

Bab. 1

Pagi yang cerah tiba, terlihat seorang gadis baru saja tersadar dari tidurnya. Ia melihat langit-langit kamar yang asing, membuatnya beranjak duduk dan mengusap kedua matanya. Pandangannya di perjelas lagi, sehingga ia tau kalau dirinya tengah berada di ruangan rumah sakit. Kejadian kecelakaan tragis semalam mendarat di pikirannya, membuatnya teringat akan satu hal.

"Papa! Mama!" Teriaknya.

Gadis itu, Kamila Lestari, melepas infus di tangannya dengan asal. Ia beranjak dari brankar dan berlari keluar dari ruangan, berlari tak tentu arah menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari kedua orang tuanya. Tepat di depan sebuah ruangan, Kamila menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Awas!" Dokter itu, Keent Andareksa, meraih pinggang ramping Kamila yang hendak terjatuh. keduanya saling membalas tatapan satu sama lain.

"Dok, apa kau melihat kedua orang tuaku? Dimana dia?" Tanya Kamila.

"Apa kau..." Belum sempat Keent menjawab, seorang dokter juga keluar dari sana.

"Dokter Keent, kami tidak bisa menghubungi keluarga korban. Bagaimana ini?"

Dokter Keent langsung membawa Kamila masuk ke dalam ruangan itu, menunjukkan sepasang suami istri paruh baya yang terbaring di atas brankar dalam keadaan tidak bernyawa. Bagai di sambar petir di siang bolong, itulah yang di rasakan oleh Kamila. Bagaimana tidak? Ia melihat kedua orang tua yang sangat ia sayangi terbaring di atas brankar.

"Ti-tidak mungkin!" Kamila langsung memeluk tubuh kedua orang tuanya yang sudah dingin.

Kamila lalu menoleh ke arah dokter Keent dan mendekat.

"Dok, kenapa mereka tidak bergerak sama sekali? Tubuh mereka dingin dan..."

"Mereka sudah meninggal saat kecelakaan semalam, dan hanya kau yang selamat." Jawab Keent. Kamila langsung terbelalak, lelehan air mata langsung membasahi kedua pipinya.

"Ti-tidak mungkin. Aku tidak mau mereka mati! Kau berbohong!"

Kamila kembali memeluk tubuh kedua orang tuanya sambil terisak terus-menerus.

"Ma, Pa, jangan tinggalin Kamila. Kamila tidak punya siapa-siapa lagi. Hikss.. Hikss.." Kamila terus menumpahkan air mata dan kesedihannya di depan kedua orang tuanya yang sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Keent berjalan mendekat, lalu menyentuh pundak Kamila dengan lembut.

"Kita harus memakamkan mereka. Jika kau menyayangi mereka, Kau harus bisa mengikhlaskannya." Ucap Keent.

Kamila sempat memberontak berulang kali. Bahkan, dia tidak mau berpisah dari kedua orang tuanya. Seperti gadis frustasi, Kamila terus berteriak, menangis, dan tertawa secara bersamaan. Hal itu membuat Keent merasakan iba yang luar biasa. Bahkan hatinya tidak bisa di bohongi, Jika dia benar-benar peduli dengan gadis yang menangis dalam genggamannya itu.

Sampai akhirnya, Keent berhasil membujuknya. Kini, kedua jasad orang tua Kamila sudah berhasil di makamkan. Di sana hanya Terlihat Kamila dan Keent yang masih ada. Kamila masih bersimpuh di tengah makam kedua orang tuanya. Tangisnya tidak berhenti sama sekali, Membuat Keent ikut merasakan sesak di dadanya.

"Ayo, Ikut Om Dokter pulang ke rumah."

Sebuah uluran tangan terlihat di depan wajah Kamila. Hal itu membuat Kamila mendongak dan menatap ke arah pria yang berdiri di hadapannya. Wajahnya sangat tampan, karismatik, dan sepertinya sudah berumur.

"ikut Om Dokter?"

"Hmm.. Om akan mengantarmu menemui keluarga mu yang lainnya."

"Tapi aku tidak punya keluarga lagi selain kedua orang tuaku."

"kalau begitu, tinggallah di rumah Om Dokter, maka kau tidak akan kesepian lagi. "

Senyuman ramah dan lembut terlihat dari wajah Keent. Kamila yang awalnya ragu, perlahan luluh dan percaya pada pria di depannya. Kamila meraih uluran tangan itu dan berdiri di hadapannya. Sejenak, keduanya saling menatap satu sama lain.

"Om yakin akan membawaku pulang? Kehidupanku membutuhkan biaya yang banyak. Aku masih sekolah, aku suka jalan-jalan, dan aku suka menghabiskan uang. Orang tuaku saja kadang kualahan, apalagi Om dokter." ucap Kamila, polos.

"Karena kau sudah tidak punya keluarga lagi, Maka akulah yang akan mengadopsi mu. Lakukan apa yang kau mau, anggap aku sebagai Om doktermu, dan jangan bersedih. Maka Om dokter tidak akan memarahimu. Ingat, kau juga harus menjadi gadis penurut. Mengerti?"

Angin pagi yang sejuk berhembus, menerpa wajah Kamila yang sendu. Namun, Kamila bisa merasakan ketenangan yang luar biasa dari pria asing yang baru saja dia kenal. Kamila tidak peduli apa maksud dan tujuan Keent. Yang ada di pikirannya, ia ingin tetap bertahan hidup di kerasnya dunia yang semu.

"Aku akan menjadi gadis yang penurut. Tapi sebelum itu, Om harus ijin dan berpamitan pada kedua orang tuaku. Berjanjilah kalau Om akan memperlakukan ku dengan baik. Apa Om mau?"

"Tentu saja.."

Sesuai apa yang Kamila mau, Keent melakukannya dengan baik. Melihat wajah Keent yang tenang saat memanjatkan doa, membuat Kamila semakin yakin kalau pria di depannya adalah pria yang baik.

"Selesai. Ayo pulang. Kau bisa menjenguk mereka kapan pun." Ucap Keent.

"Hmm... Apa yang mereka katakan pada Om dokter?"

"Mereka bilang, kalau Kamila harus berjanji untuk selalu tersenyum."

"Lalu? Apa pendapat mereka tentang Om?"

"Mereka juga menyukaiku."

Kamila tersenyum, lalu ia menggandeng tangan Keent pergi dari sana. Melihat Kamila yang sudah mulai ceria, membuat Keent lega. Keduanya masuk ke dalam mobil dan berlalu dari pemakaman kedua orang tua Kamila.

"Ma, Pa, aku tau Om dokter berbohong. Tapi aku akan melakukan apa yang dia katakan. Aku tidak mau tinggal dengan Paman dan Bibi, mereka sepertinya bukan orang baik." batin Kamila seraya menatap ke arah makam kedua orang tuanya yang semakin menghilang dari pandangannya.

Tidak butuh waktu lama, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan sebuah halaman rumah yang cukup mewah.

"Ayo turun." Ajak Keent. Kamila mengangguk, lalu turun dan berjalan beriringan masuk ke dalam rumah itu. Baru beberapa langkah memasuki ruang utama, Kamila merasa bahwa suasana rumah itu sepi dan hening. Tidak ada suara apapun yang terdengar selain langkah kaki mereka.

Keent menoleh dan menatap wajah Kamila di depannya. Ia tau, kalau Kamila pasti merasa sedikit asing di rumahnya.

"Kamila, mungkin kau akan merasa kurang nyaman di sini karena baru pertama kali. Tapi, aku akan mengajari mu banyak hal di sini." ucap Keent. Kamila mengangguk, lalu meraih pergelangan tangan Keent dan mendekat.

"Om, apa di sini tidak ada orang lain selain kita berdua?" Tanya Kamila, penasaran.

"Tidak ada. Aku tidak suka jika ada orang asing di rumahku. Lagian aku bisa melakukan semuanya sendirian." Jawabnya.

Kamila langsung menatapnya dengan lekat, pegangan tangannya terlepas seiring dengan tentunduknya wajah cantiknya.

"Aku orang lain kan? Seharusnya aku tidak di sini. Aku tidak ingin mengganggu ketenangan Om." kata Kamila, lirih.

"Kata siapa kau orang lain? Bukankah aku sudah bilang kalau aku mengadopsi mu? Jadi, kau adalah keluargaku." Sentuhan di kedua pundak Kamila cukup membuatnya tenang.

Kamila tidak tau alasan kenapa Keent begitu baik dengannya. Pikiran lainnya mulai berkecamuk di hati, namun Kamila menepisnya dengan kuat.

"Terima kasih, Om. Jika aku lulus dan bekerja, aku akan membayar semua yang sudah Om beri padaku!" Ucap Kamila, Antusias.

"Termasuk ketulusanku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Diadopsi Om Dokter   Mengagetkan

    Bab 2 "Berapa harga ketulusan Om?" Pertanyaan itu membuat Keent hanya terkekeh kecil. Usapan lembut ia berikan pada rambut Kamila yang panjang dan lurus. "Sudahlah. Sekarang pergi ke kamar dan bersihkan dirimu. Pakai baju yang baru kita beli di toko tadi. Kalau aku libur, Aku akan mengajakmu jalan-jalan dan membeli banyak baju. Aku mau berangkat lagi dan pulang sore nanti. Ingat, jangan membukakan pintu untuk siapapun selain aku, mengerti?" "Hmm..." Kamila mengangguk. Lalu Kamila mengantarkan Keent sampai teras rumah, melambaikan tangan, dan masuk kembali ke dalam rumah setelah Keent sudah benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Ia berjalan perlahan masuk, memadangi semua sisi rumah itu dengan seksama. "Rumahnya bagus, sayangnya, sangat sepi sekali. Kalau begini, aku jadi teringat mama dan papa terus." Gumam Kamila. Ia memberanikan diri menaiki tangga. Hingga kini tibalah ia di depan sebuah kamar. Perlahan, ia membuka pintunya dan melihat sebuah ruangan kamar utama y

    Last Updated : 2025-03-03
  • Diadopsi Om Dokter   Pindah Sekolah?

    Bab 3 Di ruangan kerjanya, terlihat Keent tengah mengemasi barang-barang di mejanya. Sore itu, dia hendak pulang ke rumah. Namun ia masih penasaran sekaligus menunggu telepon dari paman dan bibi Kamila. "Seharusnya jika mereka sudah ke pemakaman, mereka akan menghubungiku untuk menanyakan makam Kamila kan? Kenapa sampai sore begini mereka sama sekali tidak menghubungiku?" Gumamnya. Perasaan Keent berkecamuk. Di sisi lain ia sangat kesal dengan keluarga itu, tapi lain sisi dia juga kasian melihat keberadaan Kamila yang sama sekali tidak di hargai. Keent memutuskan untuk beranjak dan pergi dari sana. Ia mengganti jas dokternya dengan jas yang ia kenakan biasanya. Saat ia akan keluar, ponselnya berdering. Terlihat nomor asing di layar, membuatnya penasaran dan mengangkatnya. "Halo, dengan siapa?" Tanya Keent. "Ini Lina, keluarga dari Kamila. Hikkss... Hikss.. Aku dan suamiku baru saja kesana. Kami mengirimkan bunga dan berdoa untuk mereka bertiga. Terima kasih dokter Keent,

    Last Updated : 2025-03-05
  • Diadopsi Om Dokter   Iya, aku jujur..

    Bab 4 "Iya aku mau, Om. Kalau begitu aku pergi dulu.." Kamila hendak pergi, namun Keent meraih pergelangan tangannya lagi. Hingga kini keduanya sudah saling menatap satu sama lain. Keent menghela napas panjangnya, Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan suaranya tercekat. "Kau yakin ingin tinggal disini bersamaku selamanya?" Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulutnya. Kamila mengangguk dengan tegas. Dari raut wajahnya, Kamila memang sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama Keent. Hal itu bisa di rasakan dari cara Kamila menatap Keent, harapan yang nyata dan tak terbantahkan. "Om, kau juga tidak boleh menarik ulur ucapan mu kemarin. Kau bilang mengadopsiku dan aku akan nurut padamu. Jadi, kau tidak boleh membuangku." Kedua mata Kamila mulai memerah, menahan tangis yang akan keluar begitu saja. Sementara Keent, melihat raut wajah Kamila yang memelas semakin tidak tahan. Keent meraih tubuh Kamila dan membawanya dalam pelukan. Ia mengelus punggung Kamila den

    Last Updated : 2025-03-06
  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Membantumu, Kamila

    Bab 5 Pagi menyapa, terlihat sebuah mobil berwarna hitam baru saja terparkir di depan gerbang sekolah Nusantara X. Tepat hari ini, Kamila mulai bersekolah di tempat yang baru. Di jok samping kemudi, Keent bisa melihat Kamila yang begitu gugup. Hal itu membuat Keent meraih telapak tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Kamila menoleh ke arah Keent. "Ayo, turun. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam." Ajak Keent. "Ti-tidak usah. Aku bisa sendiri." "Kenapa seakan kau menolakku?" Tanya Keent. Kamila menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau jika perkataannya tadi membuat Keent berpikir yang tidak semestinya. "Bu-bukan menolak. Aku pikir.." "Turun dan ikuti aku sekarang juga." Keent memotong perkataan Kamila begitu saja dan keluar dari mobil. Sementara Kamila mengernyitkan dahinya dan menyusulnya. Di depan gerbang sekolah, keduanya berjejer menatap ke dalam kerumunan siswa siswi yang melihatnya. Kamila gugup, ia meremas ujung seragam barunya untuk meredakan rasa yang

    Last Updated : 2025-03-07
  • Diadopsi Om Dokter   Dia Memang Populer

    Bab 6 "Selanjutnya Ibu Lina!" Seru salah seorang perawat dari depan ruangan kerja milik Keent. Lina dan Intan langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam. Dari wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa kedatangannya sudah tidak baik. "Selamat pagi, dokter Keent." sapa Lina dengan senyuman yang mengembang. "Pagi, siapa yang sakit dan apa keluhannya?" tanya Keent, kedua matanya masih fokus pada kertas yang sedang berada di tangannya. Lina menyuruh Intan, anaknya, untuk berbicara. Intan yang sedari tadi terpaku menatap ketampanan Keent langsung tersadar. "Begini, dok. Payudara ku yang sebelah kanan terasa sakit. Saat di tekan sedikit rasanya nyeri, aku takut kalau terjadi sesuatu. Bukankah jika sudah seperti ini harus di operasi dok? Atau mungkin dokter punya solusi lain selain melakukan Operasi?" Jelas Intan. Keent langsung memanggil perawatnya masuk. "Kenapa, dok?" Tanya si perawat saat sudah masuk ke dalam. Keent lalu memberikan secarik kertas pada perawat

    Last Updated : 2025-04-15
  • Diadopsi Om Dokter   Aku Adalah Pacarmu

    Bab 7 Waktu sudah menunjukkan siang hari, yang mana sekolah Nusantara X baru saja membunyikan bel pulangnya. Semua siswa berhamburan keluar kelas dan pulang ke rumah masing-masing. Terlihat Kamila tengah berjalan ke arah gerbang bersama Kayla, teman sebangku nya. "Kamila, mau bareng nggak? Aku bawa motor loh!" Tawar Kayla. "Memangnya arah rumah mu kemana?" "Ke sana." Kayla menunjuk ke arah sebelah kiri jalan, sementara arah rumah Kamila di sebelah kanan. Yang artinya, mereka tak searah. "Ah, tidak usah Kay. Aku bisa pesen ojek online saja. Kau pulang saja." Kamila menolaknya dengan halus. Namun, Kayla tetap memaksa agar ia bisa mengantarkan Kamila dan bertemu dengan Keent, paman Kamila yang tampan itu. "Tidak masalah, Mila. Aku juga mau pergi ke arah rumahmu. Kita sejalan kok." "A-aku.." "Kamila!" Tiba tiba suara seorang pria mengagetkan mereka berdua di sana. Keduanya langsung menoleh ke sumber suara dimana nampak Keent berjalan mendekat. "Om?" Gumam Kamil

    Last Updated : 2025-04-16
  • Diadopsi Om Dokter   Kebohongan Besar

    Bab 8 "Di halaman samping rumahku. Kalian bisa datang ke sana untuk sekedar berduka sambil memberikan bunga di makam mereka bertiga. Aku sengaja memakamkan mereka di sana supaya kami merawatnya dengan baik." Jawab Herman dengan lantang. Sungguh di luar nalar, bahkan ini merupakan pembodohan publik yang di lakukan oleh Herman. Demi meyakinkan semua orang, dia rela melakukan kebohongan besar kali ini. Makam kedua orang tua Kamila berada di TPU Teratai, akan tetapi Herman justru membohongi semua orang dengan mengatakan hal tersebut. "Kalau begitu ijinkan kami datang kesana saat kami senggang, Pak." sahut salah satu dari mereka. "Tentu saja, aku justru senang jika kalian masih menghargai adikku meskipun dia sudah tidak ada di dunia ini lagi." jawab Herman. Menit terus berjalan, hingga akhirnya meeting siang itu selesai juga. Semua klien yang hadir berlalu dari ruangan itu masing-masing. Di ruangan hanya tersisa Herman saja. Ia berjalan ke arah balkon dan mulai menghubungi nom

    Last Updated : 2025-04-17
  • Diadopsi Om Dokter   Kedatangan Kairo

    Bab 9 "Kairo?" Seketika kedua bola mata Keent terbelalak saat melihat adiknya datang ke rumahnya dengan cara yang sama sekali tidak sopan. Kairo dengan santainya tertawa kecil sambil mendekati Keent dan Kamila. "Waahh... Ternyata kakakku yang dingin ini sudah ada kemajuan! Hebat sekali. Aku pikir gadis ini pasti bukan gadis sembarangan kan?" Kairo hendak menyentuh dagu Kamila, namun Keent menepisnya dengan kuat. Hal itu membuat Kairo semakin takjub meskipun sebenarnya ia sangat kaget sekali dengan perubahan kakaknya itu. Lagi-lagi Kairo terkekeh, ia seakan meledek Keent yang memiliki selera rendah. "Lain kali, jangan pernah datang ke rumah ku seenaknya. Atau, aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu!" Ancam Keent. "Yah.. Bisa aku pertimbangkan. Asalkan kakak tidak menyetujui apapun yang ayah katakan nanti malam, maka aku tidak akan mengusik mu." ujar Kairo. Keent menoleh ke arah Kamila yang masih memegangi ujung jas milik Keent dengan kuat. Ketakutan bersarang di pik

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Diadopsi Om Dokter   Dasar Om-om Nakal

    Bab 30 Pagi harinya, terlihat Keent baru saja memakai stelan jas setelah selesai mandi. Semalam, Keent pulang dari rumah Kamila setelah gadis itu tidur pulas. Ia merapikan rambutnya sebelum keluar di kamar. Baru saja menuruni tangga, Keent sudah melihat mobil Andrew di depan rumahnya. Ia membuka pintu depan dan menghampiri Andre yang duduk di teras. "Sejak kapan di sini?" Tanya Keent. "Setengah jam yang lalu. Ohya, aku sudah menemukan siapa yang ikut andil dalam perlawanan Herman kemarin." Andrew lalu mengambil ponsel dalam saku jasnya dan menunjukkan beberapa foto Kairo yang mengunjungi kantor perusahaan milik orang tua Kamila. "Darimana kau mendapatkan foto ini?" Tanya Keent. "Aku punya teman yang merupakan klien di perusahaan itu. Selama ini aku mendapatkan semua informasi Herman dari dia." "Ck, aku sudah menduga bahwa dia berulah lagi. Jika dia terus saja seperti ini maka aku tidak akan pernah memaafkannya!" Terlihat raut wajah Keent yang emosi, ia sudah sabar

  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Menjaganya

    Bab 29 "Iya, bu. Aku akan menjaganya seumur hidupku." Kata Keent dengan tegas. Ini pertama kalinya bagi kedua orang tua Keent melihat putranya bahagia denga wanita. Bahkan, mereka sampai hendak membatalkan perjodohan itu hanya karena melihat mereka berdua benar-benar saling mencintai. Apalagi di tambah dorongan bahwa Kamila merupakan teman lama Ayah Damian. Akhirnya, Keent dan Kamila berpamitan untuk pergi setelah selesai berbincang. Di sofa ruang utama kini hanya tersisa ayah Damian dan ibu Desi yang masih duduk termenung di sana. "Sayang, apa ini pilihan terbaik kita?" Tanya Ayah Damian yang masih belum percaya diri dengan pilihannya. "Iya, sayang. Bagaimana pun juga, Keent dan Kamila terlihat sangat saling mencintai. Dan lagi, dengan siapapun Keent, dia tetap akan menikah dan melahirkan anak sebagai penerus Andareksa." Ayah Damian menghela napas panjangnya. Ia lalu menoleh ke arah sang istri, meraih pinggangnya dan memeluknya dalam dekapan. "Iya kau benar. Lagian ji

  • Diadopsi Om Dokter   Di Restui

    Bab 28 "Jadi, kalian beneran pacaran?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Ibu Desi yang sangat penasaran. Keent berdiri di depan semua orang, ia menoleh secara bergantian ke arah kedua orang tuanya. "Iya, Kamila adalah pacarku dan dialah yang akan menjadi calon istriku. Jadi aku harap, tidak ada perjodohan yang kalian lakukan padaku." Jawab Keent. Tidak hanya Keent saja yang mengatakan semuanya, namun Kamila juga mendukung. Kamila ikut berdiri, lalu menggenggam tangan kekasihnya itu dengan erat. Ia juga membungkukkan setengah badannya untuk memberi hormat pada Ayah Damian dan ibu Desi. "Om, Tante, aku Kamila. Maafkan aku karena sempat membohongi kalian kemarin. Aku memang bukan anak pak Johar, aku melakukan itu hanya untuk melindungi kekasihku. Aku anak dari pak Dimas dan Ibu Diana yang sudah meninggal. Aku hanya punya pacarku di dunia ini, tolong jangan halangi kami." Ucap Kamila. Kata-kata itu tidak di sangka akan terlontar dari mulut Kamila sebelum kedua orang tua Keent

  • Diadopsi Om Dokter   Makan Malam Mencekam

    Bab 27 Hari berlalu begitu cepat, Hingga tibalah malam hari dimana nampak Kamila sudah rapi dengan balutan dress selutut berwarna hitam di tubuhnya. Ia menatap dirinya pada pantulan cermin rias di depannya. "Ah, aku yakin ini tampilan dewasaku. Bagaimana pun juga, aku harus mengimbangi wajah pacarku yang dewasa dan penuh dengan karisma." Gumamnya. Bersama dengan itu, terdengar suara pintu yang baru saja di buka oleh seseorang. Kamila menoleh ke sumber suara, terlihat Keent yang berjalan ke arahnya. Malam ini Keent juga memakai baju rapi. Stelan jas hitam membalut tubuhnya yang sangat gagah. Apalagi wajahnya, jangan di tanya lagi. Karena sudah pasti bisa membuat kedua bola mata Kamila tidak berkedip sama sekali. Kini, mereka berdua sudah saling berhadapan satu sama lain. Bukan hanya Kamila yang terpesona oleh tampilan kekasihnya itu, tapi Keent juga merasakan hal yang sama. "Malam ini pacarku cantik sekali." Puji Keent sembari menyentuh wajah Kamila dengan jemari tanganny

  • Diadopsi Om Dokter   Aku Tidak Peduli

    Bab 26 Kamila mengajak Keent untuk melihat seisi rumahnya. Keent merasa bahwa keluarga Kamila hampir sepadan dengan keluarganya dari segi materi. Rumah yang mewah itu kini menjadi milik Kamila sentuhnya dan Keent sangat bangga karena Kamila selalu merendah. "Ini kamar kedua orang tuaku saat masih hidup. Apa kau mau melihatnya?" Tanya Kamila. "Apapun yang kau tunjukkan, aku akan melihatnya sayang." "Baiklah, kita masuk saja." Kriieet.. Kamila membuka pintu kamar kedua orang tuanya yang terbuat dari kayu nomor satu di negaranya. Mereka berdua masuk ke dalam. Pemandangan di sana masih sama saja seperti dulu bagi Kamila. Bedanya, kini Kamila tidak bisa melihat mereka berdua yang biasa rebahan dan menghabiskan waktu liburnya bersama Kamila. "Hikkss... hikks..." Tiba-tiba isakan tangis Kamila terdengar lirih saat ia duduk di tepi ranjang itu. Keent berjalan mendekati Kamila dan duduk di sampingnya. Ia membawa Kamila dalam dekapannya, membiarkan Kamila bersandar dengan n

  • Diadopsi Om Dokter   Persaaanku Tidak Enak

    Bab 25 Mobil yang di tumpangi oleh Keent, Kamila, dan Andrew sudah sampai di depan rumah mewah dimana keluarga Herman berada. Mereka turun, lalu melangkah ke arah teras depan. Seketika Kamila terhenti tak jauh dari pintu utama. Ia menatap pintu itu dengan kedua bola mata yang nampak berkaca-kaca. Keent melihat wajah kekasihnya yang memerah, ia lalu meraih jemari tangan Kamila dan menggengamnya. Merasa sentuhan nyaman dari pria itu, membuat Kamila merasa nyaman. Kamila menoleh ke arah Keent dengan senyum tipis yang mengembang. Keent mengangguk, lalu mengajak Kamila masuk ke dalam. Dari sorot mata Keent mengisyaratkan bahwa Kamila tidak sendiri lagi. Masih ada orang-orang yang mencintainya di sekelilingnya. Mereka bertiga akhirnya bisa masuk ke dalam, di ikuti oleh beberapa pengawal di belakang mereka. Baru beberapa langkah mereka masuk, mereka sudah melihat Herman, Lina, dan Intan yang berdiri tak jauh dari mereka. Herman maju selangkah, merapatkan kedua tangannya di depan dada

  • Diadopsi Om Dokter   Kejanggalan

    Bab 24 "Maaf, Sayang. Ternyata tidak sesuai dengan harapan. Jadi.." "Tidak apa, aku memang sudah bisa menebak akan seperti ini." Kamila memotong pembicaraan Keent. "Tapi, Keent. Seharusnya mereka kaget dengan kedatangan Kamila kan? Kenapa mereka seakan biasa saja, Mereka seperti sudah tau kalau kita akan membawa Kamila kesini." Andrew merasa ada yang janggal dari kejadian barusan. Hal itu membuat Keent jadi berpikir ulang, bahwa memang benar ada yang tidak beres. "Kau benar. Pasti ada yang memberitahu mereka sebelumnya. Andrew, bisa kau menyelidikinya untukku?" Pinta Keent. "Tentu saja." Jawabnya. Kamila berbalik, lalu berjalan ke arah makam kedua orang tuanya. Sementara Keent dan Andrew hanya bisa melihatnya dari sana. Andrew menoleh ke arah sahabatnya itu. "Keent, selnjutnya apa yang akan kau lakukan pada keluarga Herman?" Tanya Andrew. "Kita harus mengusirnya dari rumah Kamila, lalu mengembalikan Kamila ke rumahnya. Ini akan lebih baik kan? Aku tidak mau jik

  • Diadopsi Om Dokter   Riuh

    Bab 23 Mobil yang di tumpangi oleh mereka bertiga akhirnya sampai di tempat pemakaman umum jalan teratai. Anehnya, Semua orang sudah berada di sana dan menatap ke arah mereka yang baru saja turun dari mobil. Herman, Lina, dan Intan terbelalak melihat kedatangan Kamila tepat di depannya. "Astaga, ternyata dia benar-benar masih hidup!" Pekik Lina. Herman maju selangkah di depan para klien dan semua orang yang hadir. Dia kini berada di tengah-tengah mereka semua dan menatap wajah Simon yang berdiri tak jauh darinya. "Lihatlah dokter ini, selama ini dia menyembunyikan keponakan ku. Aku sama sekali tidak tau apa tujuannya! Dia yang bilang kalau semua keluarga Dimas mati, pada kenyataannya, Dia menculik Kamila dan memanfaatkan kepolosan gadis itu!" Ucap Herman. Terlihat raut wajah Herman yang begitu sendu, ia sepertinya tengah berakting agar semua orang di sana mendukung dan mempercayai ucapannya. "Apa maksudmu? Bukankah kau sendiri yang berharap kalau Kamila mati? Sehingga

  • Diadopsi Om Dokter   Apa Lagi Ini??

    Bab 22 Herman terkaget bukan main. Ternyata, dokter yang dulu datang ke rumahnya adalah putra pertama Andareksa Group, Keent Andareksa. Pantas saja saat ia melihat namanya, ia merasa tidak asing. "Ha ha ha kenapa dunia seakan sempit sekali? Kita semua saling berhubungan. Tapi pak, bukankah kakak mu sudah menjadi dokter? Kenapa kau masih saja takut dan menganggapnya saingan?" Tanya Herman. "Kau tidak perlu tau privasiku lebih lanjut. Pada intinya, aku ingin membuat Keent pergi dari kediaman kedua orang tuaku. Itu saja!" Herman mengangguk dengan mantap, ia merasa bahwa sekarang ia memiliki power yang penuh karena mendapatkan dukungan dari Kairo. Sungguh bantuan besar tak di sangka, membuat Herman hanya bisa tersenyum karena keberuntungan sedang berpihak padanya kali ini. "Baiklah pak Kairo, aku akan mengatakan padamu. Karena sebuah insiden kecil, dokter itu menyuruhku untuk jujur di depan semua staf dan klien yang sudah aku bohongi. Lalu dokter itu menyuruh ku untuk datang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status